Red Soldier (Mission Report #2)

4 0 0
                                    


The Changing World


            Ketika membuka mata, aku mendapati diriku duduk di atas kursi kayu dengan kondisi tangan dan kaki terikat. Di sekitarku, nampak beberapa pria menyeramkan berdiri mengelilingiku. Dari situasi tersebut, aku langsung sadar kalau aku sedang diculik! Siapa orang-orang yang terlihat mengerikan ini?? Teroris?! Betapa bodohnya aku mengharapkan tumpangan dari orang-orang seperti mereka... Aku hendak berteriak, tapi kuurungkan begitu menyadari mulutku disumpal dengan lakban hitam. Berusaha melepaskan diri pun sia-sia, tali tampar yang mengikatku itu begitu kuat. Para teroris itu saling bicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Salah seorang dari mereka kemudian mendekatiku. Sepertinya dia pemimpin kelompok teroris tersebut. Auranya terlihat lebih berwibawa dibanding yang lain. Pria itu melepas lakban di mulutku dengan hati-hati. Ia kemudian berbicara padaku dengan bahasa yang sama yang tidak kumengerti. Aku begitu ketakutan sampai tidak bisa bicara. Merasa sia-sia mengajakku bicara, pria tadi kemudian berkata sesuatu kepada temannya. Setelah itu, mereka melepaskan ikatanku dan menggiringku ke suatu tempat.

            Dari titik itu dan kedepannya, kehidupanku kembali berubah 180 derajat. Kelompok teroris itu mengurungku di dalam sel. Setiap hari mereka memberiku makan seperti hewan peliharaan. Aku dipaksa untuk mempelajari bahasa mereka. Tidak hanya itu, aku juga dipaksa untuk mencuri. Mereka memanfaatkanku untuk melakukan berbagai tindakan kotor mereka. Jika menolak, hukuman cambuk akan langsung menghampiriku. Karena sering bersama dengan pak Hans, aku jadi memilki banyak keterampilan. Para teroris itu menyukainya. Aku dijadikan budak oleh mereka. Tak jarang juga mereka menghajarku tanpa alasan yang jelas. Pernah terbesit dalam pikiranku untuk kabur. Tetapi aku tak kuasa melakukannya. Para teroris itu mengawasiku dengan ketat. Jika aku ketahuan berbuat macam-macam, bukan tidak mungkin kalau mereka akan memberikan hukuman yang lebih kejam, yang mungkin dapat membunuhku. Terkadang aku berfikir, apakah itu yang terbaik untukku, daripada harus menjalani hidup penuh siksaan seperti ini?

            Selama berbulan-bulan, aku seperti hidup di neraka. Siksaan dan perlakuan semena-mena para teroris itu kepadaku membuat mentalku semakin hancur. Punya banyak keterampilan tidak membuat hidupku lebih mudah. Karena itu, aku diperlakukan layaknya barang. Para teroris itu menjualku di pasar gelap. Yang membeliku adalah seorang pria Jepang botak dan buncit dengan tuxedo ungunya yang khas. Air wajahnya selalu tenang dan tanpa rasa takut. Seolah-olah ia yang paling berkuasa di dunia itu.

            Awalnya kupikir itu hanyalah jeda sesaat sebelum aku kembali menjalani hari-hariku yang penuh siksaan selanjutnya. Tetapi tak disangka, pria buncit yang kutahu bernama Entei itu memperlakukan budak sepertiku dengan baik. Aku dirawat dan diperlakukan layaknya anaknya sendiri. Pria itu bahkan memberiku makan 3x sehari, dan mandi 2x sehari. Perlahan-lahan aku mendapatkan kembali kehidupan normalku seperti beberapa tahun sebelumnya. Kondisi mentalku membaik. Tapi aku masih tidak tahu maksud di balik pak Entei memperlakukanku seperti itu. Apakah murni ingin memerdekakan budak, atau punya tujuan lain? Jujur saja, setelah menjalani kehidupan penuh siksaan dari para teroris bajingan itu, aku jadi sulit percaya pada orang lain.

            Beberapa minggu tinggal di rumah pak Entei yang mirip seperti kastil kecil, aku jadi tahu kalau beliau rupanya adalah ketua organisasi tentara bayaran yang cukup besar bernama HITEN. Aku mengetahuinya tanpa sengaja. Meski begitu, pak Entei tidak marah padaku. Entah kenapa beliau malah terlihat senang.

            Selain merawatku, pak Entei juga mengajariku bahasa Jepang untuk memudahkanku berkomunikasi di sana. Kharisma dan kelembutan pria itu seolah menyihirku untuk menuruti setiap perkataannya. Berkat beliau, aku perlahan-lahan bisa membuka diri terhadap orang lain. Aku bahkan sempat mengakrabkan diri dengan beberapa anggota HITEN. Selama ini kupikir tentara bayaran itu kejam dan bengis seperti yang pernah kulihat di film-film. Tapi kenyataannya malah sebaliknya. Mereka cukup friendly dengan orang luar sepertiku. Aku bahkan diajari macam-macam oleh mereka. Hal baru paling menarik yang kupelajari di sana adalah seni berpedang menggunakan pedang khas Jepang. Dalam bahasa mereka, aku disebut "gaijin-kun", yang artinya kurang lebih adalah "bocah bule". Pada detik itu aku mulai nyaman berada di organisasi tersebut. Kebahagiaan yang selama ini kupikir takkan bisa kudapatkan lagi semenjak kehilangan rumah dan kedua orang tuaku, sekarang aku mendapatkannya di sini. Pada detik itu aku mulai menganggap HITEN sebagai rumah baruku.

            Beberapa tahun sudah aku tinggal bersama organisasi HITEN. Kini aku sudah menjadi seorang remaja. Layaknya remaja lain, di masa-masa itu, muncul perasaan menggebu-nggebu untuk mencari jati diri. Tetapi berbeda dengan remaja lain yang kebanyakan mencari jati diri bersama teman-teman sebaya, aku malah lebih tertarik menjadi seorang tentara bayaran. Tetapi keinginanku itu ditolak oleh pak Entei. Beliau ingin aku tumbuh sebagai remaja normal. Dunia tentara bayaran adalah dunia yang keras. Aku tahu kalau pak Entei melakukannya untuk melindungiku. Namun jiwa puberku memberontak. Suatu hari, secara diam-diam aku nekat membuntuti salah satu kelompok HITEN yang sedang pergi melakukan pekerjaan mereka. Aku yang sudah lama tinggal dan mendapat banyak pelajaran bersama mereka, membuatku merasa yakin kalau aku akan baik-baik saja. Namun ternyata keputusanku yang gegabah itu membawa petaka. Akibat pengalamanku yang masih minim di dunia bawah, salah satu organisasi musuh berhasil menemukan markas organisasi HITEN. Mereka pun menyerbu tempat persembunyian tersebut. Kami tidak sepenuhnya siap dengan serangan tersebut. Banyak dari anggota organisasi kami yang menjadi korban. Dan salah satu dari para korban itu adalah ketua mereka, pak Entei. Tragedi berdarah itu membuat perasaanku campur aduk. Perasaan sedih dan takut karena melihat 'keluarga baru'ku dibantai di depan mataku. Perasaan marah dan menyesal karena menghiraukan ucapan pak Entei. Semua itu berkecamuk dalam dada, sembari aku menyaksikan pria botak itu menghembuskan nafas terakhirnya. Aku tidak tahu bagaimana harus bersikap, jadi aku hanya bisa berteriak sekencang-kencangnya di tengah pertumpahan darah tersebut.

            Pada akhirnya, kami berhasil bertahan dari serangan tersebut. Aku sendiri pun selamat. Tetapi luka yang kami terima sangat dalam. Organisasi HITEN telah hancur. Organisasi yang awalnya cukup berpengaruh di dunia bawah, runtuh hanya dalam waktu semalam. Tak perlu waktu lama bagi berita tersebut untuk menyebar di dunia bawah. Organisasi lain pun memburu kami seperti hewan. Untuk menghindarinya, aku dan beberapa anggota yang selamat pergi meninggalkan markas. Kami menghapus jejak kehidupan lama dan memulai hidup baru di tempat lain dengan identitas yang berbeda untuk mengelabuhi musuh. Sayangnya dunia bawah itu sempit. Kami tak bisa menetap di satu tempat dalam waktu yang lama. Karena itu kami harus terus berpindah-pindah untuk bisa bertahan hidup.




End of File

Arkham Novelization UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang