***
Kedua pelupuk mata Winter bergerak-gerak tidak nyaman saat ia merasakan ada deru nafas teratur menggelitik lehernya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya mata itu terbuka dengan sempurna. Winter masih merasa mengantuk, namun entah kenapa matanya justru ingin terjaga. Ia menatap sekeliling dan mengingat bahwa dirinya tidak berada di kamarnya sendiri.
Winter melirik ke arah jam dinding. Pukul lima pagi.
Pandangannya melirik ke sisi kirinya, Jaemin masih tertidur dengan nyenyaknya. Tangannya memeluk erat tubuh telanjang Winter, tidur dengan damai tepat di sebelahnya. Sepertinya laki-laki itu sangat kelelahan, sama sepertinya.
Winter mencoba memutuskan pelukan Jaemin yang sangat erat pada tubuhnya. Ia bangkit perlahan-lahan dengan sangat hati-hati tanpa menimbulkan suara yang berarti dari atas tempat tidur. Menyelimuti tubuh telanjang laki-laki itu. Kemudian memakai kembali pakaian dalam serta pakaiannya yang sebelumnya tergeletak di lantai kamar. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari tasnya. Yang ternyata berada di atas sofa di pojok kamar tersebut.
Setelah merasa bahwa tidak ada barangnya yang tertinggal di sana, Winter segera meninggalkan kamar Jaemin tanpa meninggalkan pesan.
Jujur saja, alasan kenapa ia pergi dengan cara seperti ini adalah karena ia sangat malu setengah mati. Winter tidak menyesali apa yang sudah terjadi kemarin malam. Ia juga tidak berpikir jika semua kejadian ini hanya akal-akalan Jaemin agar mau tidur dengannya.
Tidak.
Bukan seperti itu.
Winter seratus persen sadar dengan apa yang sudah ia lakukan dengan Jaemin kemarin malam. Laki-laki itu juga melakukan itu atas kemauannya juga. Winter pergi, karena ia merasa tidak bisa menghadapi Jaemin saat ini. Ia benar-benar malu, bagaimana mungkin dia bersikap seperti itu kemarin. Apalagi Winter tidak pernah bercinta dengan seseorang yang baru ia kenal hanya dalam kurun waktu tiga hari. Winter memang pernah beberapa kali bercinta, tetapi itu ia lakukan dengan laki-laki yang memiliki ikatan jelas dengannya.
Winter belum siap untuk menghadapi Jaemin.
Membayangkan kejadian semalam benar-benar buruk untuk kesehatan jantungnya, bahkan otaknya sekalipun. Kenapa dia menikmatinya? Kenapa Winter tidak melawan sama sekali saat Jaemin meminta izin dan justru terbuai? Bagaimana jika Jaemin menganggapnya sebagai wanita gampangan? Berbagai pikiran abstrak bermunculan seperti serangga-serangga di dalam kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl: Love Me Out Loud [COMPLETED]
Fanfiction[ATTENTION: Romance for 21+] Saat teman-temannya bertanya, "What's Winter ideal type?" Winter akan dengan bangga menjawab. "I just like someone manly. I like someone smart and passionate about his job." Tetapi kenyataannya, menemukan pasangan hidup...