***
Winter tidak tahu kapan terakhir kali ia sekacau dan semenderita ini. Apa itu ketika nenek yang paling disayanginya meninggal atau ketika Mark pergi ke Canada, Winter sudah lupa. Dan kini perasaan serupa kembali ia rasakan.
Entah sudah gelas ke berapa, cairan berwarna putih itu tertelan olehnya. Yang Winter ingat sejak dirinya masuk ke dalam kedai kecil ini, hanya minuman dengan botol hijau yang dirinya inginkan.
Lagi, Winter mulai mendekatkan kembali bibir gelas yang berisi minuman memabukkan tersebut pada mulutnya, meminumnya dengan cepat dalam sekali tegukan dan berhasil mengaliri tenggorokannya yang terasa kering.
Kesadarannya sudah hampir hilang sepenuhnya. Kepalanya bahkan sudah terkulai lemas di atas meja rendah di depannya, namun Winter tetap bersikeras ingin minum. Tidak peduli apapun, yang ia inginkan hanyalah melupakan segala hal yang baru saja didengarnya.
“Bibi, beri aku satu botol lagi.” Perintahnya pada bibi pemilik kedai. Terhitung sudah empat botol soju yang Winter habiskan, tetapi perempuan itu sama sekali tidak berpikiran untuk berhenti.
Sambil menunggu pesanannya diantar, Winter kembali meracau seraya memukul-mukul kepalanya. “Dasar bodoh! Perempuan tidak tahu malu! Kau tidak layak dicintai, Winter! Arrghh!” Kali ini Winter merasakan seolah kepalanya sedang berputar-putar, rasa pening menyergapnya. Winter memijit pelipisnya pelan, sedangkan mulutnya tetap tidak mau berhenti meracau.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl: Love Me Out Loud [COMPLETED]
Fanfiction[ATTENTION: Romance for 21+] Saat teman-temannya bertanya, "What's Winter ideal type?" Winter akan dengan bangga menjawab. "I just like someone manly. I like someone smart and passionate about his job." Tetapi kenyataannya, menemukan pasangan hidup...