***
Setelah ia mengembalikan sapu tangan itu, Winter kira dirinya tidak bisa lagi memiliki alasan untuk memperhatikan Mark di dekat tangga, dan dimanapun laki-laki itu berada. Nyatanya, Mark justru membuka lebar-lebar kesempatan itu. Sampai-sampai ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
Dari situlah kedekatan mereka mulai terasa semakin intens. Mereka menjadi lebih sering bertemu jika sedang di kampus dan lama-kelamaan, pertemuan mereka berlanjut ke tempat yang lebih pribadi. Bahkan Mark sudah beberapa kali pergi ke apartemen Winter untuk sekedar bermain atau belajar bersama di waktu senggangnya.
Mark tidak pernah pelit ilmu dan bersedia mengajari Winter saat perempuan itu memiliki kesulitan mengerjakan tugasnya. Walaupun mereka berbeda jurusan, Mark memang cukup menguasai beberapa mata kuliah dasar yang Winter pelajari.
Seperti malam ini, keduanya kembali menghabiskan waktu di apartemen Winter karena perempuan itu mengeluh tidak bisa menyelesaikan tugasnya.
Winter mendudukkan dirinya di sebuah karpet bulu dan sedang fokus dengan laptop yang ada di depannya, sementara Mark di sampingnya tengah membaca beberapa jurnal sambil meneliti apa yang Winter tengah ketikkan ke dalam papernya.
“Sepertinya ini kurang tepat,” kata Mark sambil meneliti lagi tulisan Winter dan menyerahkan jurnal yang baru saja dibacanya pada perempuan itu. “Coba kau baca. Ku rasa teori ini yang lebih tepat,” ucapnya setelah itu dengan tenang mendekatkan kepalanya ke arah laptop Winter dan mengetikkan sesuatu disana.
Winter sedikit mengerjapkan matanya. Pasalnya sedari tadi mereka hanya duduk berdampingan, tapi ketika Mark mengambil alih laptopnya, maka posisi laki-laki itu semakin dekat dengan wajahnya.
Kedua lengan mereka sukses bersinggungan. Sementara jarak wajahnya dengan Mark hampir tidak memiliki celah. Gerakan tidak sengaja itu mau tidak mau membuat hati Winter berdebar. Wajahnya memanas dan mungkin sudah memerah seperti tomat.
“Aku menyuruhmu untuk membaca jurnal itu, bukan justru memandangiku. Kau boleh memandangiku sepuasnya bahkan selamanya, tapi lakukan itu nanti. Sekarang kerjakan dulu tugasmu agar cepat selesai,” ucap Mark dengan seringai manisnya tanpa menatap Winter.
Dari ekor matanya, Mark dapat melihat jika Winter sedang membulatkan kedua matanya dan merubah ekspresi wajahnya sehingga terlihat sangat lucu.
“Sunbae!” Winter merengek mendengar godaan Mark. Wajahnya memerah sambil memanyunkan bibirnya.
Mark tertawa. “Jangan cemberut seperti itu. Apa kau ingin ku cium?” ledeknya lagi yang membuat kedua mata Winter kembali membola sementara pipinya semakin memerah.
“Huh, dasar!”
Maka sebelum Winter kembali salah tingkah akibat perkataan Mark, perempuan itu langsung memfokuskan dirinya untuk membaca jurnalnya sesuai arahan Mark. Ia mencoba berkonsentrasi pada jurnal tersebut sementara degupan jantungnya terus berpacu lebih cepat. Winter bertekad menyelesaikan tugas ini dengan cepat dan menyudahi penderitaan jantungnya yang kini berdegup tidak normal karena sosok disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl: Love Me Out Loud [COMPLETED]
Fanfiction[ATTENTION: Romance for 21+] Saat teman-temannya bertanya, "What's Winter ideal type?" Winter akan dengan bangga menjawab. "I just like someone manly. I like someone smart and passionate about his job." Tetapi kenyataannya, menemukan pasangan hidup...