***
Kamar Jaemin, hujan salju, dan mereka berpelukan erat tanpa sehelai benang pun.
Dulu, ketika Jaemin mengajak Winter pertama kali datang ke rumah pribadinya, laki-laki itu selalu memiliki keinginan jika di masa depan nanti, mereka akan terbangun di ranjang yang sama setiap hari. Dan kini, keinginan tersebut benar-benar terwujud. Pemandangan dirinya terbangun di ranjang yang sama dengan Winter menjadi rutinitas mereka setiap hari.
Jaemin selalu tersenyum ketika ia membuka mata dan menemukan Winter berada tidak jauh dari jarak pandangnya. Pemandangan ini, akan selalu menjadi pemandangan terindah sepanjang hidupnya.
Semalam, setelah menghabiskan waktu di panti asuhan, Jaemin dan Winter pergi ke rumah orangtua Jaemin. Seperti Winter yang memiliki rutinitas untuk pergi ke panti asuhan setiap malam natal, maka Jaemin pun juga memiliki sebuah kebiasaan untuk makan malam dengan keluarganya di malam natal. Dan setelah mereka menjadi pasangan seperti ini, mereka saling memahami dengan membagi waktu agar rutinitas yang sebelumnya mereka lakukan sebelum bersama tetap dilakukan.
Winter bergabung untuk pertama kalinya dengan keluarga lengkap Jaemin. Perempuan itu memang sudah akrab dengan orangtua Jaemin, tapi malam itu adalah pertama kalinya Winter bertemu dengan keluarga kecil kakak Jaemin—yakni Jaehyun. Dan Jaemin tidak pernah menyangka jika Winter akan secepat itu akrab dengan kakak iparnya—Miyeon juga keponakan kembarnya.
Hati siapa yang tidak bahagia melihat orang yang ia cintai diterima oleh seluruh keluarganya? Jika sudah begini bolehkah Jaemin merasa dunia hanya miliknya? Semua begitu nyata dengan kebahagiaan.
Ya, itulah yang terjadi pada Jaemin malam itu. Maka setelah makan malam selesai, Jaemin benar-benar tidak berhenti berucap dan mengalunkan sebuah kalimat cinta yang ditujukan pada Winter. Tentu saja hal itu yang akhirnya membuat mereka terbangun dalam keadaan sama-sama telanjang pagi ini.
“Win..” panggil Jaemin lembut.
Posisinya yang sedang memeluk Winter dari belakang membuatnya tidak perlu repot-repot untuk memanggil kekasihnya dengan suara lantang. Karena di posisi sedekat ini, detakan jantung mereka berdua pasti akan terdengar.
“Ya, oppa?”
Pandangannya masih menatap jendela besar yang kordennya sudah terbuka sejak semalam. Sementara sebelah tangannya memainkan jari-jari Jaemin yang melingkar erat di bawah payudaranya. Kamar Jaemin yang ada di rumah orangtuanya memang tidak memiliki balkon. Tetapi ada jendela kaca besar yang menampakkan pemandangan luar. Dan disana, Winter bisa melihat hujan salju yang dari semalam masih turun menemani mereka.
“Aku sangat bahagia. Kau tahu?”
Jaemin menutup kedua matanya dan langsung menempatkan hidungnya di lekukan leher kiri Winter. Tangannya yang melingkari tubuh Winter tidak mengendur sedikit pun, justru semakin erat. Mengecupi bagian belakang telinga, leher putih mulus, hingga bahu terbukanya. Menghirup aromanya, mencium dan mencecap setiap rasanya yang masih sama menggodanya dengan saat pertama kali ia rasakan. Bukan cumbuan yang sarat akan sebuah hasrat, namun kecupan itu seolah sedang menunjukkan perasaannya sekarang.
Perasaan bahagianya.
Winter tersenyum sangat manis. Walaupun ekspresinya tidak terlihat oleh Jaemin, tapi ia yakin laki-laki itu pasti dapat merasakannya.
Winter lalu berbalik dari posisinya untuk berganti menghadap Jaemin. Ia tersenyum sangat tulus dan penuh cinta saat keduanya sama-sama saling berpandangan, menyelami diri satu sama lain.
“Aku lebih bahagia, oppa,” ucapnya begitu tulus.
Jaemin tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya. Laki-laki itu mengusap kepala Winter dengan sayang. Mencium dahinya singkat. Senyumannya yang manis dan tatapan lembutnya yang penuh cinta benar-benar tulus menyapa Winter.
“Aku mencintaimu dengan segenap hatiku. Mari hidup bersama untuk waktu yang lama. Berdua. Bersama anak-anak kita kelak.”
Kalimat itu serupa sebuah pernyataan telak yang tidak bisa dibantah siapapun. Winter tahu, perjalanan cinta mereka tidak berakhir sampai disini. Akan ada momen-momen yang akan mereka lalui di masa depan. Walaupun begitu, Winter siap. Menghadapi apapun itu.
Selama dengan Jaemin, Winter akan selalu siap.
Berdua.
Selamanya.
***
THE END*
*
*
Yup, dengan berakhirnya epilog, cerita ini sudah resmi tamat yaa.
Terima kasih untuk semua temen-temen yang dari awal sudah meluangkan waktunya untuk baca cerita ini. Yang dari awal konsisten vote, komen, juga supportnya terima kasih banyak!
Aku tahu cerita ini masih belum sempurna dan banyak banget kekurangannya. Tapi lebih dari itu, aku berharap cerita ini bisa jadi salah satu penghiburan kecil untuk temen-temen yang baca.
Ini cerita Winter pertamaku. Dan mungkin kita bakalan ketemu di cerita Winter yang lain, karena aku masih punya tanggungan projek lain yang baru aku publish sedikit.
Kiss of fire bakalan aku lanjutin setelah ini yaa. Jadi tunggu kelanjutannya!
Masih ada dua ekstra chapter yang udh selesai dr lama outline-nya. Mungkin ngga bakalan aku publish dalam waktu dekat, tapi kalau temen-temen bersedia nunggu pasti akan aku publish cepat atau lambat.
Sekali lagi, terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl: Love Me Out Loud [COMPLETED]
Fanfiction[ATTENTION: Romance for 21+] Saat teman-temannya bertanya, "What's Winter ideal type?" Winter akan dengan bangga menjawab. "I just like someone manly. I like someone smart and passionate about his job." Tetapi kenyataannya, menemukan pasangan hidup...