***
Musim semi, 2011
Ketika bunga-bunga mulai bermekaran, memperlihatkan warna-warni cantik yang indah, mungkin begitulah cerita diantara dua insan, yakni Mark dan Winter dimulai.
Pagi itu, di awal musim semi, angin berhembus tipis dan terasa sangat menyejukkan. Winter pergi bersama dengan ayah dan ibunya ke gereja untuk beribadah. Gereja yang terletak di sebuah perbukitan yang cukup jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan rumah-rumah penduduk. Gereja yang menyimpan memori indah kedua orangtuanya, karena dulu mereka menjadikan gereja tersebut sebagai tempat persembunyian untuk bertemu dan menghabiskan waktu berdua—jauh dari kehidupan mereka sebagai public figure.
Tepat di sebelah gereja tersebut, ada sebuah panti asuhan yang dikelola oleh para biarawati, karena selain mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan mereka juga mendedikasikan hidup mereka untuk anak-anak kurang beruntung. Ada lebih dari tiga puluhan anak di bawah umur yang tinggal disana.
Winter beserta ayah dan ibunya sudah menyelesaikan kegiatan ibadah mereka. Karena ia harus menunggu ayah dan ibunya yang sedang berbincang dengan kepala biarawati, Winter memutuskan untuk pergi ke halaman gereja dibandingkan harus mendengar pembicaraan orang dewasa yang sudah pasti akan lama. Ia memilih untuk duduk di sebuah bangku panjang yang menjadi tempat favoritnya saat berkunjung kesini.
Ada alasan kenapa spot ini menjadi favoritnya. Yakni karena dari tempatnya duduk, Winter bisa melihat sebuah lembah bunga yang ada di bawah sana. Tepat di bawah pegunungan tempat gereja. Apalagi ketika musim semi seperti ini, bunga-bunga tersebut bermekaran memperlihatkan kelopak-kelopak indahnya. Sungguh sangat mempesona.
Winter pernah menyuruh Doyoung untuk mengantarnya kesana. Tapi kakaknya itu menolak karena menurut laki-laki itu, jaraknya pasti sangat jauh. Memang dari halaman gereja terlihat dekat, tapi sebenarnya jaraknya sangat jauh. Alhasil Winter hanya bisa melihatnya dari bangku ini.
Biasanya ada banyak anak-anak panti yang berlari-larian disini, tapi entah kenapa Winter tidak melihat satupun dari mereka. Hanya beberapa mobil milik pengunjung gereja yang berlalu-lalang. Membuatnya agak kesepian.
Huh, harusnya tadi Doyoung ikut saja, jadi dirinya tidak sendirian seperti ini.
Winter dan Doyoung itu, jika disatukan pasti ada saja pertengkaran diantara mereka. Tapi jika dipisahkan seperti ini, pasti akan saling merindukan satu sama lain.
Pandangan Winter yang sejak tadi hanya terarah pada lembah bunga di bawah sana, kini mengedar setelah mendengar samar-samar gelak tawa milik anak-anak kecil. Winter tersenyum saat pandangannya menemukan mereka. Ternyata anak-anak itu sedang berkumpul di halaman belakang. Jaraknya mungkin cukup jauh dari Winter duduk, tapi ia bisa merasakan suasana hangat yang ada disana.
Sepertinya sedang diadakan kegiatan volunteering. Terbukti dari beberapa orang dewasa yang menurut Winter adalah sekumpulan mahasiswa yang sedang memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak kurang beruntung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl: Love Me Out Loud [COMPLETED]
Fanfiction[ATTENTION: Romance for 21+] Saat teman-temannya bertanya, "What's Winter ideal type?" Winter akan dengan bangga menjawab. "I just like someone manly. I like someone smart and passionate about his job." Tetapi kenyataannya, menemukan pasangan hidup...