𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟑𝟖❀.・゜゜・

122 58 0
                                    

Happy Reading!! 🌞

-

-

-

"Apa ini Bianca? "

Bianca menggeleng seraya tersenyum sebagai jawaban. Ia menatap kosong lembar kertas yang menuliskan kondisinya saat ini yang semakin hari kian memburuk. Kao mengusap kasar wajahnya tak habis pikir dengan kelakuan pasien di hadapannya

"Udah stop kemo sekarang stop obat juga? Bianca pikirkan baik baik! Hidup kamu berharga... Gak seharusnya kamu nyerah gitu aja"

"Aku hanya menikmati hidup, apa salahnya? "

"Maksudmu menikmati hidup dengan menyiksa diri? "

"Aku lebih tersiksa dengan obat obatan itu! " Bianca menunjuk obat baru yang kao berikan padanya. Susah payah ia membuangnya kenapa sekarang ia diberi lagi? Lagian ia tak ingin meminumnya. Daripada membuangnya terus-menerus bukankah lebih baik diserahkan kepada orang yang lebih membutuhkan?

"Aku tidak mau tahu, kau bawa obatnya lalu minum dirumah! Sekarang pulang dan istirahat"

Bianca memutar bola matanya malas. Ia mengangguk pelan, mengambil obatnya kemudian pamit pergi dari ruangan tersebut. Kao memijat keningnya saat dirasa pening menyerangnya. Entah apa yang dipikirkan oleh remaja seusia Bianca, kao benar-benar tidak mengerti

Bianca berjalan menunduk dengan hoodie oversizenya yang menutupi kepalanya. Ia berjalan ke arah taman rumah sakit kemudian duduk disebuah kursi disana yang menghadap sebuah taman bunga matahari

Bianca menatap kosong pemandangan di depannya, pikirannya benar benar sangat terbagi saat ini, hingga sebuah objek menarik perhatiannya

Seorang laki-laki tengah menangis, ralat tengah menyembunyikan tangisannya. Dia berkali-kali mengusap area matanya. Walau air mata itu dapat ia usap namun isakan tersebut tak dapat ditahannya. Bianca beringsut mendekat, wajah itu sepertinya tidak asing?

Bianca berjalan mendekatinya, menepuk bahu seseorang yang tengah menunduk memainkan jari jarinya itu, terlihat sedikit tersentak namun Bianca dengan cepat tersenyum. Pria dihadapannya terlihat sangat kaget, terlihat dari reaksi nya yang membulatkan matanya dan sedikit mundur

"Bianca??? "

Tunggu, dia kenal gue?

"S-siapa? "

Lelaki dihadapannya berhambur memeluk Bianca erat membuat sang empu terkejut. Siapa gerangan manusia yang tengah memeluknya? Bianca merasa wajahnya tidak asing?

"Lo lupa? Gue tama"

-

-

-

Perbincangan itu terbilang serius, terlihat dari kening Bianca yang mengkerut karena mencoba memahami apa yang dikatakan oleh tama. Terkadang ia membelalakkan matanya, menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya tak percaya dengan cerita seseorang dihadapannya

"G-gue gatau harus ngehibur lo kaya gimana. Tapi, percaya sama gue, hazel bakalan sembuh oke? "

Tama mengangguk lemah, di tatapannya wajah Bianca yang tidak banyak perubahan, hanya pipinya yang mengecil dan kantung mata yang sedikit menghitam

"Thanks, eh btw siapa yang lagi sakit? "

"Gue"

"Hah? Pantes aja lo pucet banget, " Tama menyentuh pipi Bianca yang memang berwarna pucat, " Lo kenapa? "

𝐁𝐈𝐀𝐍𝐂𝐀 (TERBIT)  tahap revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang