CH-14

542 41 29
                                    

PLAKKK!!!

"sudah kubilangkan berhenti meminta maaf brengsek!!!"

Bee berkata sambil menahan emosi di dada, nafasnya naik turun karena menahan teriakan. Tentu saja ia tidak bisa berteriak di hadapan William karena Vivian sedang tertidur di belakang mereka, hingga yang bisa ia lakukan hanyalah menampar suaminya.

Ini adalah kali pertamanya Bee memukul seseorang, bahkan tangannya masih gemetar karena ia sendiri masih ragu apakah ia benar-benar telah memukul seseorang tadi? Sama halnya dengan Baekville, William juga shock, wajahnya menyamping dan memerah, sudut bibirnya sobek karena kuku istrinya melukainya.

Mulut William sedikit terbuka, ia tak percaya, Bee memukulnya, istrinya yang ia cintai dengan begitu amat sangat, memukulnya dengan sangat keras. William tak marah, ia hanya kaget dan masih belum bisa mempercayainya.

Bee memilih untuk mendorong tubuh William hingga sang dominan melepaskan kakinya. William yang masih shock pun tak bisa berbuat banyak selain menjatuhkan pantatnya di atas lantai. Langkah Bee terhenti ketika ia melihat Kai sedang berdiri lemas di ujung pintu.

Suami lainnya juga menatapnya dengan tatapan sendu, tapi Bee sudah memantapkan hati untuk tidak cepat luluh kepada kedua suaminya, ia harus keras, ia harus memberikan sinyal kepada semua orang bahwa ia bukan orang yang mudah ditindas.

Bee mengangkat wajahnya tinggi saat ia berjalan mendekati Kai, suami berkulit tannya tersebut menghalangi jalan keluar istrinya. Ia menatap wajah cantik istrinya yang tengah diliputi amarah, pengalaman baru bagi Kai karena melihat wajah emosi istrinya, wajah yang selalu tersenyum ceria, hilang entah kemana.

"haruskah aku berlutut dan meminta pengampunan juga?" katanya pelan

"kau mau kutampar juga?" jawab Bee lalu berjalan meninggalkan kedua suaminya.

Bee berjalan ke arah dapur, tubuhnya memanas karena emosi, ia meneguk air dengan cepat, lalu berusaha untuk menenangkan diri, ia sadar tengah hamil, emosi dan perasaannya sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental sang buah hati. Bee tidak ingin egois seperti Kai dan William yang hanya mementingkan nafsu mereka saja, Bee juga memikirkan masa depan anak serta keluarganya.

Dirasanya sudah mulai tenang, Bee berjalan menuju kamar Thomas dan Owen, ia melihat kedua putranya sudah tertidur tenang. Melihat wajah kedua putranya membuat Bee merasa lebih baik, ia mendudukkan diri di ujung ranjang Thomas sambil mengelus perut besarnya.

"maafkan ibu, hari ini kalian pasti terganggu di dalam sana, maafkan ibu, dan jangan membenci ayah kalian ya"

Bee memejamkan mata lalu menyenderkan tubuhnya di dinding, ia terlalu lelah. Mungkin ini juga akan menjadi kali pertamanya tidur di kamar putranya setelah sekian lama. Bee enggan untuk satu kamar bersama kedua suaminya.

Di kamar para bujang, Luke sedang menekuk wajahnya kesal karena Lee mengambil selimut yang tebal, dan ia hanya diberikan sebuah kain tipis untuk menemani malamnya. Hari ini Bee menyuruh Lee menginap karena sudah terlalu larut untuk kembali ke rumah kepala desa.

"jangan memajukkan bibirmu, ingin kucium atau bagaimana?"

"katakan saja, dominan atau submisif, semua sama saja bagiku, karena aku selalu berada di atas, I'm a top babe"

"ckh, cihh" Luke hanya membalas bualan temannya dengan sebuah decihan. Bagaimana bisa orang termunafik sedunia sepertinya bisa mendapatkan perhatian Baekville? Luke harus memberitahu kakak ipar kesayangannya bahwa orang yang selama ini dia anggap anak polos hanya sebuah cover baik atas sifat bejatnya.

"dia semakin cantik saja, tubuhnya juga masih bagus, aku penasaran bagaimana bagian dalamnya" Luke menghembuskan nafasnya berat, ia benci topik pembicaraan yang dipilih oleh Lee.  "aku tahu kau belum tidur, aku juga tahu kau pasti suka membayangkan hal kotor tentang kakak iparmu bukan?"

[NC21++]DARK LILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang