CH-22🔞

1.2K 38 2
                                    

Dua hari telah berlalu semenjak kepergian Bee, tinggal menunggu lima hari lagi untuk menanti kepulangannya. Selama dua hari, William tak pernah tidur tenang, kepalanya selalu diisi oleh sang istri, ia terus berandai-andai apa yang sedang dilakukan oleh submisifnya tersebut. Belum lagi dengan rasa nyeri akibat penis patahnya, dan putrinya yang terus menempel tak mau melepas, William serasa ingin meledak.

Vivian menjadi sangat manja dan sensitif, ditinggal sebentar saja ia akan menangis, padahal yang dilakukan William adalah pergi ke kamar mandi sebentar atau mengambil makan siangnya. Seperti saat ini, Vivian terus menempel di pundaknya, enggan untuk turun, bahkan ia menolak keras neneknya. Vivian benar-benar merindukan ibunya.

"sssh mmh" William mengerang sakit saat ia kembali merasakan nyeri di area selangkangan. Penisnya masih menimbulkan rasa sakit, ia telah pergi berobat bersama Kai ke tabib desa. Sang tabib mengatakan penisnya membutuhkan waktu penyembuhan yang cukup lama karena kondisinya sangat parah. William ingin marah, tapi kelakuan istri sendiri, jadi tak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah.

William memperbaiki posisi tidur putrinya, Vivian baru saja meminum susu, dan sekarang sang ayah berusaha menidurkannya. William tak pergi bekerja karena penisnya sedang sakit, selain itu juga  ia juga harus mengawasi anak-anak. Jadi, William melimpahkan semua pekerjaan peternakan kepada sahabat hitamnya, dan untung saja Kai tak keberatan karena merasa iba atas hal yang menimpa penis sahabat putihnya.

Setelah putrinya tertidur pulas, William meletakkannya di dalam boks kayu, lalu pergi untuk merebahkan diri sebentar, ia ingin beristirahat. William memejamkan mata, tapi saat ia melakukannya, bayangan wajah Haana melintasi pikirannya hingga membuatnya terkejut.

Haana sering menghampiri mimpinya, dan tak ada yang bisa William lakukan selain meminta maaf dan mendoakannnya agar ia tenang di sana.

William yang tak bisa memejamkan mata pun memutuskan untuk mendudukkan diri di pinggir ranjang, ia memijit pelipisnya sambil membuang nafas.

Hidupnya menjadi cukup rumit akhir-akhir ini, istrinya membuat penisnya patah, istrinya kerasukan, mantan asisten yang ia sayangi mati mengenaskan, dan sekarang ditambah dua baby sitter yang cukup menggoda imannya.

Suara teriakan Owen Thomas membuyarkan lamunan William, sang dominan segera pergi mengecek keadaan dua jagoan kecilnya. Owen Thomas sedang bermain dengan pengasuh mereka, keempatnya terlihat cukup akrab dan William bersyukur karena itu. Ia tak bisa membayangkan jika harus mengasuh Owen dan Thomas juga, ia benar-benar bisa gila.

Mungkin William mulai memaklumi alasan istrinya meminta berlibur, mengurus lima orang anak disaat yang sama membuatnya jenuh dan lelah.

Setelah melihat Owen dan Thomas, William pergi ke kamar sebelah untuk mengecek keadaan bayi kembarnya. Sang dominan kembali menghembuskan nafasnya lega karena dua bayi rakus tersebut sedang tertidur pulas.

Merasa keadaannya aman, William memutuskan untuk kembali ke kamar, ia harus memeriksa keadaan perban pada penisnya. Kata tabib, perbannya harus sering-sering diganti karena minyak obat yang diberikannya harus dalam keadaan baru setiap saat. Biasanya Kai yang akan membantunya mengganti perban, berhubung sahabatnya tak ada di sini sekarang, William akan mencoba menggantinya sendiri. Ia harus belajar mandiri.

William menarik turun celananya setelah mengambil perlengkapan obat, ia duduk di pinggir ranjang sambil menatap miris penisnya yang masih diikat kain perban bersama batang kayu kecil.

"dulu kau sangat gagah dan banyak dikagumi para submisif, bagaimana bisa kau berakhir seperti ini?" ujar William pada penisnya sendiri.

"ssh ahh" William meringis kesakitan saat ia menyentuh penisnya, rasanya masih nyeri, tapi sudah tak senyeri pertama kali. Sang tabib benar-benar hebat, tak sia-sia William memberikannya seekor sapi betina dan sekantung koin emas.

[NC21++]DARK LILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang