CH-10

721 55 52
                                    

"Heii!! William!!!"

William menoleh ke arah orang yang memanggil namanya. Ternyata yang memanggilnya adalah teman-teman William, mereka melambaikan tangan mengisyaratkannya untuk menghampiri mereka.

William mengintip ke atas, putranya sedang sibuk memakan tulang iga bakar yang baru saja mereka ambil. Entah sudah menjadi sekotor apa rambutnya berkat remah-remah makanan Owen.

"son, papa pergi ke sana ya? ada teman-teman papa di sana"

Owen yang sedang duduk di pundak William pun hanya mengangguk sebagai persetujuan, ia tidak terlalu peduli kemana sang ayah akan membawanya. Yang penting adalah ia bisa menyantap semua hidangan nikmat yang disediakan di acara desa mereka malam ini.

Ini adalah kali pertama Owen datang, jadi ia harus memanfaatkannya dengan baik.

William melangkahkan kaki panjangnya menuju segerombolan dominan yang berstatus ayah sama sepertinya. Mereka sedang meminum bir sambil menikmati malam, sembari menunggu kepala desa memanggil untuk acara inti.

"baru pertama kalinya aku melihatmu ke sini"

"iya, istriku secara mengejutkan ingin pergi kesini" William menjawab sambil menerima segelas bir yang diberikan oleh temannya. Mereka duduk melingkar dengan sebuah api kecil berada di tengah mereka.

"Owen, ayo berikan salam" William menegur putranya karena sedari tadi Owen hanya fokus dengan daging di tangannya, itu sangat tidak sopan. Setelah mendengar perintah sang ayah, dengan tak rela Owen melepas dagingnya untuk beberapa detik untuk menyapa kolega ayahnya.

Sekumpulan ayah-ayah tersebut berbicara banyak hal, mulai dari politik, istri mereka, anak mereka, dan berbagai keluh kesah tentang rumah tangga masing-masing. Hingga sebuah topik diangkat dan topik itu membuat William terdiam.

"wahh, dia sangat seksi, coba saja tubuh istriku seperti itu, aku pasti akan betah di rumah" ujar seorang dominan, lalu disusul oleh tawa dominan lainnya.

William memperhatikan wajah para koleganya satu per satu, dari raut wajah mereka, tak ada satu pun yang merasa bersalah karena telah berpikir kotor terhadap seseorang yang bukan istri mereka. Apakah hal ini wajar dilakukan oleh seorang dominan beristri?

William tak tahu, tapi dari apa yang ia perhatikan, sepertinya hal tersebut dianggap enteng oleh para koleganya. Jadi, apa William boleh memiliki nafsu terhadap Haana? Apakah itu hal wajar? Apa itu tidak berdosa karena penisnya bangkit karena perlakuan Haana dan bukan Bee?

Apa tidak apa-apa kalau ia berhubungan badan dengan istrinya tapi otaknya terisi oleh orang lain? Yang terpenting William tidak benar-benar bersetubuh dengan Haana bukan? Meskipun otaknya membayangkan Bee adalah Haana waktu itu, tapi ia tidak benar-benar berhubungan seks dengan Haana, hanya pikirannya saja.

Setelah seks hebat beberapa hari lalu bersama Bee, William menangis lalu memeluk tubuh istrinya erat. Ia merasa bersalah dan berdosa karena telah membayangkan Haana dalam pikirannya, terlebih lagi ia telah berlaku kasar terhadap Bee.

Ia membuat Bee seperti pelampiasan nafsunya, dan hati William sakit karena itu. Hal yang membuat William lebih menangis lagi dan merasa dirinya brengsek adalah Bee memaafkannya dengan begitu mudah. Bee berkata ia tidak apa-apa, tetapi buktinya lubangnya lecet akibat perlakuannya.

Bee hanya bertanya mengapa William begitu birahi? Dan tentu saja William tidak mungkin mengatakan hal yang sesungguhnya, ia tidak mungkin berkata bahwa Haana ingin mengisap penisnya. William berbohong dan berkata bahwa ia tidak sengaja memergoki dua pekerjanya sedang melakukan hubungan badan di dalam kandang sapi.

[NC21++]DARK LILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang