I tired

2.2K 129 13
                                    

"Ayo naik gua antar pulang"ujar orang itu.

Baju seragam yang berbeda dengan miliknya jelas menjadi pertanyaan besar bagi Dian,mengapa cowok ini berada disini?Apakah hanya kebetulan lewat atau ada keperluan lain entahlah ia tak tau.

"Ngk usah,makasih"Tolak Dian dengan nada dingin khasnya.

"Loh loh loh sayang,gua udah jauh jauh loh"Protesnya dengan jawaban Dian.

"Siapa suruh kesini"Ujar Dian membuatnya lama terdiam.

Alden,ya cowok yang sudah beberapa hari tak ia lihat kini muncul dihadapannya.

"Ya karna gua pengen"Jawabnya setelah sedikit lama terdiam.

"Gak mau,gua masih ingat terakhir kali lo antar gua pulang"Kata Dian, mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

"Oke oke,kali ini gua beneran pengen antar lo,janji"Ujar cowok itu,sampil meletakan kelingkingnya diudara.

"Ngk usah,gua bisa sendiri"Tolak Dian lagi.Tak kehabisan cara Alden kembali bersuara.

"Lo ngk takut,didaerah sini banyak kejadian pelecehan gitu loh.Apalagi jam jam sekarang lagi rawan rawannya,mana sepi lagi.Tapi kalo lo nol-"

"Oke oke"Putusnya akhirnya.Alden tersenyum menang saat melihat wajah ketakutan Dian.

"Nah gitu dong,dari tadi kek"Katanya tersenyum puas.

Motor milik Alden pun akhirnya meninggalkan gerbang SMA Dewangga.

Tak ada percakapan antara mereka sepanjang perjalanan.Aneh,itulah yang Dian rasakan.Biasanya cowok didepannya ini akan selalu mengoceh,namun berbeda dengan sekarang dia hanya diam saja.Buka psikolog sih namun bisa terlihat jelas olehnya raut wajah gelisah Alden dari spion motornya.

Jangan harap ya Dian akan bertanya,tentu saja ia lebih memilih mati penasaran daripada harus bertanya pada manusia satu ini.

Sesampainya didepan rumah milik Dian,Alden berpamitan untuk pergi walau sempat melayangkan senyum tengilnya,namun ia masih tak bisa menutupi wajah gelisahnya itu.

"Senyum fake"Kata Dian pelan saat motor cowok itu sudah tak tampak lagi.

Ditempat lain,Alden yang beru saja mengantar Dian pulang berhenti ditepi trotoar.Terlihat cowok itu seperti sedang menerima panggilan dari seseorang.

"Hahaha,jadi itu cewe lo sekarang?udah lo jual berapa malam?"Ujar seseorang deselingi tawa disebrang sana.

"Anjin*,dia bukan cewe gua"jawab Alden dengan wajah garang.

"Oh bukan cewe lo ya,jadi boleh dong kalo gua main main sama dia?Atau...boleh dong gua pakai se-"

"Bangsa*,kalo lo berani sentuh dia mati lo!"Tegas Alden dengan rahang mengeras.

"Wah wah wah,baru tau gua seorang Alden bisa takluk sama cewe.Setelah sekian banyak cewe yg lo ju-"

Alden memutuskan panggilan secara sepihak sebelum seseorang itu menyelesaikan ucapannya.

"Bangsa*"Kata cowok itu kemudian kembali melajukan motornya.

~~~
"Dian!buka pintunya!"Teriak seseorang dari luar sana,membuat Dian terbangun dari tudur lelapnya.

"Dian!ayo buka"Tak hanya berteriak kini seseorang itu juga menggedor pintu kamarnya.

Dian dengan nyawa yang masih belum terkumpul,akhirnya berjalan kearah pintu dan membukanya.Dia dihadapan langsung dengan papanya.

"Ini apa hah!Apa pernah papa mengajarkan kamu berbuat seperti ini.Kamu ini,apa bisa sekali saja tak bikin malu keluarga!"Bentak papanya langsung setelah menunjukan foto dirinya tengah membully Maya yg entah darimana ia dapat.

Out Of MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang