"Dian!" Teriakan dari orang itu mampu membuat langkahnya terhenti.Dian menoleh pada si pelaku yang kini sudah tak memainkan ponselnya lagi.Tak menjawab Dian hanya menggerakan bibirnya saja seakan sedang berkata 'Apa?' dengan wajah cueknya.
"Kita perlu ngomong"Ujar orang itu kemudian menarik tangan Dian yang ntah ingim dibawanya kemana.Axel cowok itu masih diam saja dan memperhatikan perdebatan yang sepertinya akan terjadi diantara dua insan ini.
"Ngomong apa lagi sih,bukannya semua udah jelas" Tutur Dian berusaha melepas cengraman dari Raksa.Yang diajak bicara malah diam saja,sepertinya dia sangat marah.Namun kenapa marah,bukannya ini juga kan tujuannya.Mereka berdua sampai di taman belakang rumah milik Dian.Raksa juga melepas keras cengraman itu.
"Lo ngk bisa seenaknya Dian"Katanya dengan nada yang sedikit tinggi.
"Seenaknya maksud lo?"Tanya Dian heran.
"Lo ngk bisa seenaknya batalin semua ini"Jelas Raksa lagi.
"Bukannya lo ya yang seenaknya jalan sama cewek lain disaat gua masih tunangan lo.Lo juga seenaknya ngk meduliin persaan gua.Lo juga seenaknya bersikap kasar ke gua.Dan sekarang disaat lo bebas,percakapan ini seharusnya ngk ada Raksa.Seharusnya lo senang,ngk malah memperumit semuanya.Lo juga bisa tuh bebas mau ngapain aja sama si Maya"Ujar Dian panjang lebar,kemudian berjalan meninggalkan cowok itu dengan pikirannya.
Dian memang benar,mengapa ia harus memperumit semuanya.Dan percakapan ini memang tak seharusnya terjadi,namun ada apa dengan dirinya.Seharusnya dia senang bisa terlepas dari Dian yang mengganngu hari harinya,bahkan orang yg ia cintai.Namun anehnya tak ada sedikitpun rasa senang itu menjalar ditubuhnya.Ada apa dengannya,apa dia sudah gila atau apakah dia......Tidak.Tidak mungkin. Dia tak mungkin jatuh cinta pada Dian,bagaimanapun Dian adalah cewek yang dia benci sampai kapanpun.Mungkin.
Cewek itu menghempaskan diri dikasur empuk miliknya.Hari yang sangat tak terduga,pikirnya.Mulai dari membatalkan pertunangan dengan Raksa kemudian sikap Liam yang pikirnya dingin ternyata tak seperti itu.Capek berkutat dengan isi kepalanya Dian memejamkan matanya dan beberapa menit kemudian berhasil terlelap.
~~~~
Mentari telah menampakan sinarnya. Seorang gadis sudah tampak mengenakan seragam sekolah miliknya.Seperti biasa alasannya bangun pagi dan bersiap siap lebih awal adalah supaya tak bertemu dengan saudaranya yang menjengkelkan itu.Dian turun ke lantai bawah dan dilihatnya Bi Ina sudah siap dengan sarapan dan tak lupa susu panas dimeja makan.
"Eh non Dian udah selesai aja"Ujarnya memperlihatkan senyum ramah kearah majikannya itu.
"Iyaa nih Bi"jawab Dian dengan senyum juga.
"Non sudah banyak berubah ya sekarang,non juga sikapnya sudah dewasa.Bibi senang sekali melihat non Dian seperti ini"Ucap Bi Ina mengelus lembut kepala Dian.Dian yang mendapat perlakuan itu hanya tersenyum tipis,sudah lama sekali sejak mamanya meninggal tak ada yang pernah mengelus kepalanya seperti itu.
"Aku berangkat dulu ya Bi"Pamit Dian setelah menghabiskan sarapannya.
Atmosfer terasa berbeda oleh Dian kala menginjakan kakinya di sekolah.Kenapa sepertinya orang orang ini memperhatikannya,ataukan ini cuma perasaannya saja.Iyaa mungkin ini cuma perasaannya saja.
Setelah memasuki kelas,dia langsung diajukan pertanyaan pertanyaan tak jelas dari dua orang yang kini ia sebut sebagai sahabat itu."Di lo beneran batalin pertunangan sama Raksa?"
"Atau itu cuma trik lo buat dapatin perhatian?"
"Kalo iya lo membatalkan pertungan apa semua ini karna Maya?"
"Atau karna si kapten futsa itu yang bikin lo berpaling dari Raksa?"
Begitulah kira kira isi pertanyaan itu yang diucapkan oleh Dira dan Leni secara bergantian.
"Baru juga semalem udah kesebar aja"Gumam Dian yang masih dapat didengar oleh dua orang itu.
"WHAT!Jadi bener Di?"Tanya Dira dengan wajah kaget.Oke dia sedikit lebay.
"hm"Jawab Dian singkat.
"Wah gila lo,ini beneran Dian kan?" kini Leni yang berbicara."Gua kira lo cuma mau buat tuh cowok nyesel,ternyata sampai sejauh ini"Sambungnya.
"Btw bener ngk karna si Maya itu?"Tanya Leni lagi.Dian hanya menggeleng sebagai pertanda jawaban.
"Oh oh,gua tau pasti karna kapten futsal itu kan Di"Celetuk Leni mengakibatkan ia mendapat toyoran dari Dian.
"Ngk,ini murni keputusan gua"Pertanyataan Dian memperlurus pikiran pikiran negatif yg ada di dalam otak kedua orang itu.
"Wah gila,gua pastiin tuh si Raksa bakal nyesel"Kata Dira diiringi tepuk tangan olehnya.
"Tapi lo beneran ngk ada rasa lagi gitu Di sama Raksa?"Leni bertanya.
Dian menggeleng sebagai pertanda jawaban.Ya memang dari awal kenal dia juga tak ada rasa dengan cowok iti,ditambah lagi perlakuannya yang kasar.Mungkim berbeda dengan Dian yang dulu,kalo untuk Dian yang sekarang memang sudah tak suka dengan Raksa dari awalnya walaupun ganteng sih.
Introgasi dari Leni dan Dira pun selesai sehubungan dengan bel masuk yang telah berbunyi diiringi oleh guru yang telah memasuki kelas.Dian berpikir apakah keputusannya ini sydah tepat,walaupun terlihat pasti namun masih ada sedikit ragu di dalam hati kecilnya.Bisa jadi kan dengan seperti ini membuat kehidupannya makin sengsara,namun ia harus yakin kalo ini semua bakal berubah.
~~~~
"Liat tuh si Maya,makin menjadi jadi jijik gua liatanya.Apalagi setelah tau kalo lo sama Raksa batal tunangan" Ucap Leni dengan muka julidnya."Tau tuh,rasa pengen gua jambak sumpah"Dira pun ikut nimbrung.
"Lo ngk kesel Di sama dia?"Tanya Dira melihat ke arah Dian yang kini sibuk dengan makanannya.Dian menggidikan bahunya menandakan tak peduli.
"Oh ya Di btw siapa sih nama si kapten futsal itu?"Tanya Dira lagi.
"Alden"Jawab Dian singkat.
"Kayak ngk asing ya"Ucap Dira sambil berusaha mengingat.
"Iyaa temen cowok lo"Kata Dian membantu mengingatkan.
"Oh iyaa baru ingat gua,oh jadi itu tuh si Alden yang sering ngajakin pacar gua tawuran.Bener bener ya tu orang,awas aja kalo ketemu"Kesal Dira.
"Oh pantesan kemarin lo ceritain ke kita kalo di dikejar kejar kan,trus minta bantuan lo lagi"Kini Leni yang mulai menyambar.Dian hanya mengangguk pertanda setuju dengan opini Leni.
"Btw lo masih ada berhubungan ngk sama dia,kayak chatan gitu atau apalah"Tanya Dira kini.Dian hanya menggeleng pertanda jawaban,memang benar dia tak ada berinteraksi lagi dengan Alden,terakhir saat acara futsal itu.
"Huh..syukurlah cowok kayak gitu emang haru dijauhin,bisa bisa nanti lo jadi sandraan musuh dia.Dimana mana orang kayak gitu pasti ada musuhnya."Ujar Dira ada benarnya.
Mereka menyelesaikan makannya sembari dengan bel masuk yang berbunyi.Tumben sekali sejauh ini harinya Dian tak ada yg mengganggu. Hanya perbincangan kecil dari orang orang sekitar tentangnya dengan Raksa,namun itu tak begitu menganggu.Semoga hari ini dia bisa tenang dari masalah,hanya itu harapannya untuk saat ini.
Hello guys...
Thanks udah baca vote dan komen juga..
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA BAGI YANG MENJALANKAN.
See you next chap♥
![](https://img.wattpad.com/cover/296236803-288-k670181.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of Mind
FanfictionJessyca Anindiya,seorang gadis yatim piatu yang memiliki sifat cuek,jutek,dan tak peduli pada lingkungannya.Namun dibalik sikapnya itu ia termasuk murid favorit yang selalu mendapatkan juara kelas,bahkan ia sering menjadi perwakilan sekolah dalam me...