28. Katanya Rindu?

228 23 29
                                    

Happy reading, Raaders ✨🦋💙

***

Pagi ini kelas 12 IPS 3 sudah memulai pelajaran Matematika. Pagi-pagi sekali mereka dipaksa untuk berpikir dengan rumus.

Tidak bagi dua teman sebangku yang duduk di jejeran jendela di bangku ketiga. Zerian dan Yudha tampak sama-sama diam dengan keringat dikedua dahi mereka.

Keadaan kelas benar-benar sepi saat Guru Matematika sudah masuk ke dalam kelas, tak ada gairah sedikit pun untuk mereka bercanda, padahal biasanya sedikit ramai saat mata pelajaran lain sedang berlangsung, tapi tidak saat mapel Matematika, mereka menciut, barang bercanda atau tidak memperhatikan materi takut disuruh maju untuk mengerjakan soal di papan tulis.

Tapi, Zerian dan Yudha tampak sudah tak tahan lagi, Yudha berdiri terlebih dahulu setelah menulis materi phytagoras yang Ibu Riza―Guru Matematika tulis dan jelaskan di papan tulis.

Teman satu bangku Zerian itu menghampiri Ibu Riza di depan, entah, Yudha berbicara apa kepada Ibu Riza, yang Zerian lihat Ibu Riza tampak mengangguk, dan Yudha pun keluar kelas sedikit berlarian.

Belum lima menit kepergian Yudha, Zerian sudah mulai gelisah di tempat duduknya.

"Ah anjir banget! Seblak sialan!" batin Zerian meringis sambil mencekal perutnya yang terasa mules. Benar-benar mules.

Sudah tidak bisa menahan lagi, Zerian langsung berdiri walaupun catatannya belum selesai. Kini ganti Zerian yang menghampiri Ibu Riza ke depan.

"Bu, saya izin mau ke toilet, ya." Zerian menghadap Ibu Riza yang tengah menulis kembali rumus di papan tulis.

"Haduh, kamu ini, tunggu Yudha balik dulu, Zer," kata Ibu Riza sambil menghentikkan materi yang tengah diterangkannya di papan tulis dengan nadanya yang khas itu. Terdengar kencang yang kadang suka dengan nada bercandanya, agar setiap siswa-siswi yang diajarnya tak terlalu tegang

Zerian tak dizinkan ke toilet, karena Yudha belum kembali. Zerian menarik napas, wajahnya berubah pias seketika.

"Ya Allah Bu, perut saya udah sakit banget ini." Zerian memelas.

"Lagian kamu kenapa bisa barengan gitu si sakit perutnya sama si Yudha?"

"Sial! Ternyata Yudha juga sakit perut?!"

"Nggak tau bu, semalam si Yudha maksa saya makan seblak."

Pengakuan Zerian itu membuat Ibu Riza geleng-geleng kepala. Ada-ada saja tingkah anak satu di depannya. Ibu Riza tak habis pikir.

Semua teman sekelas Zerian bahkan terlihat menahan tawa. Kala telinga mereka semua mendengar fakta jika Zerian memakan seblak, padahal cowok itu tidak suka sama sekali dengan yang namanya seblak.

Zerian menatap pintu kelasnya yang sedikit terbuka, sekali lagi menatap Bu Riza sambil mengucap kata maaf dengan nada cepat Zerian langsung lari keluar kelas.

Seolah tak dengar jika Ibu Riza tengah teriak di dalam kelas detik itu juga. Memanggil nama Zerian dengan kencang.

Entah apa yang akan cowok itu dapatkan nantinya.

***

Sesampainya di toilet yang benar-benar tak ada satu pun toilet yang tersisa setelah Zerian masuk. Tapi Zerian tampak menggedor asal salah satu pintu toilet.

Zerian dan Rira [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang