Kita mendapatkan luka yang sama dengan cara yang berbeda
_______________________
Waktu berlalu begitu cepat. Bulan Januari telah berganti dengan bulan Februari. Bulan yang tidak pernah genap 30 hari diantara 11 bulan yang lain. Bulan dimana, hari penuh cinta datang.Siang ini, Lentera bersiap untuk pergi. Ia mengenakan sweater rajut berwarna toska dengan rok diatas lutut berwarna gelap. Rambut panjangnya terurai dengan jepit rambut disisi kanan kepalanya. Memoles wajahnya dengan make up tipis dan parfum yang sudah berbaur di baju. Lentera menyambar tas selempangnya dan berjalan keluar.
"Mau kemana, Kak?" tanya Bima.
"Mau kerja kelompok di cafe depan kompleks!" jawab Lentera tanpa menatap kearah adiknya.
Bima Sakti Wardana, adik Lentera yang usianya terpaut 2 tahun dibawahnya. Walaupun adik, Bima mempunyai tubuh yang lebih tinggi dari Lentera. Tak jarang mereka sering disangka sepasang kekasih daripada adik-kakak.
"Aku anterin ya, Kak?"
"Nggak usah. Cuman didepan kok. Aku bisa jalan kaki!" tolak Lentera sembari memakai sepatunya.
Bima mendengus saat mendengar jawaban Lentera. Tak terkejut, Bima sudah tahu bahwa Lentera akan menolak tawarannya. Sejak sekolah, Lentera lebih memilih untuk naik angkutan umum atau ojek online. Padahal, semua fasilitas sudah dipenuhi oleh sang Papa, Angkasa. Bahkan, Lentera sudah dibelikan mobil sendiri, walaupun tidak pernah digunakan karena belum mempunyai SIM dan KTP.
Lentera berjalan keluar gerbang dan mulai menyusuri jalanan kompleks yang lengang. Mulutnya bersenandung kecil sembari tersenyum menatap langit biru favoritnya. Langit cerah dengan semburat awan seputih kapas itu terlihat indah.
"Cantik, seperti biasa," gumam Lentera saat mengagumi keindahan langit ciptaan Tuhan.
Karena terlalu asyik mengagumi langit, Lentera sampai tidak sadar bahwa ia sudah berada didepan cafe. Dihalaman cafe juga sudah terparkir motor Beni, motor Yoga dan satu motor yang Lentera tidak tahu milik siapa.
"Maaf telat!" ucap Lentera saat melihat semua teman kelompoknya sudah berkumpul.
"Santai aja, Ra. Kita juga baru dateng!" jawab Anna.
"Ini kopinya!"
Lentera menoleh saat mendengar suara yang familiar di telinganya. Matanya mengerjap beberapa kali. Tunggu, bukankah ia tidak satu kelompok dengan Biru? Lalu kenapa pemuda tampan itu bisa disini?
"Jefri mau sekelompok sama ayang nya. Karena itu, Bu Ratna nuker Jefri sama Biru. Nggak masalah kan, Ra?" tanya Yoga saat paham dengan sikap Lentera yang diam.
"Tentu tidak apa. Aku tidak keberatan," jawab Lentera tersenyum.
Setelahnya, mereka berlima mulai kerja Kelompok. Untuk tugas kali ini, mereka harus membuat makalah Bahasa Inggris tentang penggunaan teknologi dan dampaknya bagi manusia.
Namun sepertinya, ini bukan kerja kelompok. Karena hanya Lentera dan Biru yang mengerjakannya. Yoga, pemuda dengan rambut sedikit ikal itu sibuk dengan game onlinenya. Anna, gadis cantik berambut cokelat itu sibuk dengan makanan yang dia bawa sembari menonton K-drama. Lalu Beni, pemuda satu itu sibuk membucin.
"Bagaimana dengan ini?" tanya Lentera sembari menyodorkan hasil pemikirannya kepada Biru.
Biru membaca setiap kata yang tertulis di kertas putih milik Lentera lalu mengangguk. "Bagus. Ini kalimat yang benar," balas Biru.
Lentera hanya tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya. Tanpa keduanya sadari, Beni, Anna, dan Yoga memperhatikan semua gerak-gerik mereka. Ketiganya saling pandang dengan gerakan mata yang berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Biru [END]
Подростковая литература"Kamu akan tetap menjadi tokoh utama dalam setiap ceritaku, Biru!" _Lentera Bumi Wardana_ "Berjanjilah untuk selalu bahagia, Tera. Walaupun nanti bukan aku lagi penyebab kebahagiaan itu terjadi," _Langit Biru Pranata_ 🥀🥀🥀 Tentang kisah romansa mi...