Kepercayaan itu mahal. Maka jagalah sebaik mungkin. Karena jika rusak tidak akan bisa diperbaiki
____________________
Tari berjalan menyusuri koridor sekolah dengan raut wajah khawatir. Bagaimana tidak khawatir? Ia mendapat telepon dari sekolah jika anaknya melakukan tindakan bullying.Selama ini, Tari tidak pernah dipanggil karena kasus yang diciptakan oleh anak-anaknya. Tari selalu mendidik anaknya untuk selalu bersikap sopan saat di sekolah. Mendapat kabar seperti ini, tentu membuatnya terkejut sekaligus bertanya-tanya.
Siapa? Bima atau Lentera? Dan kenapa?
"Permisi!"
"Silahkan masuk, Bu!"
Tari mengambil posisi duduk disebelah Lentera yang memasang raut wajah datar. Didepannya ada guru BK dan wakil kepala sekolah. Disisi kanan ada seorang siswi yang menangis dengan sebuah jaket yang terpasang di bahunya. Dan, Biru?
Kening Tari berkerut saat melihat Biru duduk disebelah siswi itu sembari memeluknya dari samping. Tari langsung tersenyum miring dengan tatapan yang berubah tajam.
"Maaf, Pak. Apa ada bukti yang memperlihatkan langsung bahwa Lentera melakukan tindakan bullying? Jika memang ada bukti valid, saya tidak akan membelanya." ucap Tari tegas.
Mendengar perkataan Tari, semua orang terkejut, terutama Biru. Tatapannya mengarah pada Lentera yang masih bergeming dengan raut datar.
"Bullying terjadi di toilet siswi yang tidak terpasang CCTV. Jadi....."
"Jadi anda langsung menuduh putri saya? Sebelum ada bukti yang benar-benar mengarah pada Lentera, anda sudah menyalahkan Lentera? Begitu?"
"Bu-bukan begitu, Bu. Tapi, waktu Biru datang untuk menolong Kayla, dia melihat Lentera berdiri disana dengan keadaan Kayla yang seperti ini." jelas wakil kepala sekolah.
Mendengar nama Biru disebut, tatapan Tari mengarah pada pemuda yang sedari tadi menatap Lentera.
"Kamu juga menuduh Tera, Biru?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Tari membuat Biru tersentak. Ia menatap Tari yang tengah menatapnya. Biru menggigit bibir bawahnya bingung. Ia tidak bermaksud untuk tidak mempercayai Lentera, tapi melihat kondisi Kayla dan Lentera yang ada ditempat kejadian, membuat kepercayaan Biru pudar.
"Diam, berarti iya."
Biru menatap Tari yang memalingkan wajahnya. Satu helaan nafas lolos dari mulut Biru. Ia sedang berada dalam dilema yang membingungkan.
"Tera, kamu bisa ceritakan dari sudut pandang kamu. Mama selalu percaya, jika anak-anak Mama tidak pernah melakukan kejahatan, kecuali Bima yang dulu sering ikut balapan. Tapi sekarang udah gak." ucap Tari.
Lentera menghela nafas panjang. Tatapannya mengarah pada Kayla yang masih terisak di pelukan Biru.
Flashback On
Lentera berjalan cepat menuju toilet untuk membuang hajat yang sudah diujung tanduk. Sesekali ia harus berhenti saat mules diperutnya terasa.
Saat hendak masuk ke toilet, Lentera mendengar suara dan teriakan dari dalam. Lentera mengintip dari balik pintu. Terlihat dua orang siswi seangkatannya dan satu siswi lain yang duduk di lantai dengan pakaian basah kuyup.
Lentera menutup mulutnya terkejut saat menyadari bahwa siswi itu yang ke kantin bersama Biru tadi.
"Lo baru jadi adik kelas udah mau jadi jalang, ya? Gatel banget sama Biru. Lo gak tahu kalau Biru udah punya pacar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Biru [END]
Roman pour Adolescents"Kamu akan tetap menjadi tokoh utama dalam setiap ceritaku, Biru!" _Lentera Bumi Wardana_ "Berjanjilah untuk selalu bahagia, Tera. Walaupun nanti bukan aku lagi penyebab kebahagiaan itu terjadi," _Langit Biru Pranata_ 🥀🥀🥀 Tentang kisah romansa mi...