25. Missing Without Meeting

153 13 0
                                    

Sampai kapan aku bertahan?~
Sampai dunia tidak ingin kamu berada ditempatnya lagi

______________

Hari ini adalah hari terakhir penilaian akhir semester. Dalam satu Minggu kedepan, akan diadakan class meeting sembari menunggu penerimaan raport.

Sejak dirawat, Lentera sering mengunjungi Biru sepulang sekolah. Ia mampir sebentar untuk melihat Biru, walau hanya sampai depan pintu.

Hari ini, Lentera, Frista, Yoga, Anna, dan Beni datang menjenguk Biru. Kelimanya langsung datang dengan seragam pramuka masih melekat ditubuhnya.

"Biru!!"

Biru menoleh. Ia tersenyum hangat menyambut kedatangan teman-temannya. Sahara yang sedang menyuapi Biru beranjak memberi ruang bagi mereka berbicara.

"Gimana kondisi lo?" tanya Beni.

"Lumayan."

"Belum mau dioperasi, Ru?" kali ini Yoga yang bertanya.

"Besok sore jadwal operasinya." jawab Biru.

Biru menatap Lentera yang berdiri dibelakang Frista. Menyadari tatapan Biru, Frista menggeser posisinya dan menarik Lentera untuk mendekat.

"Biru dari tadi ngeliatin lo, Ra. Mau ngobrol kali!" bisik Frista.

Lentera membalas tatapan Biru. Kedua diam. Tapi hati mereka yang berbicara. Lentera tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangannya.

"Ini buah jangan lupa dimakan ya, Ru! Cepet sembuh!" Anna meletakkan keranjang buah di meja.

"Makasih. Maaf jadi ngerepotin kalian."

"Kita sama sekali nggak ngerasa direpotin kok, Ru."

"Pokoknya, lo fokus aja sama operasi. Biar Tera kita yang jagain." ucap Yoga membuat Biru tersenyum simpul.

"Kalau gitu, kita pulang, ya, Ru? Besok kita datang lagi." ucap Beni.

Hanya tinggal Lentera dan Biru disana. Lentera masih berdiri ditempatnya. Ia melihat Biru yang sedang menatapnya dengan pandangan tak terbaca.

"Besok, kamu ada waktu nggak, Ra?" tanya Biru.

"Ada. Kenapa?" Lentera balik bertanya.

"Mau quality time sama kamu sebelum operasi. Boleh?"

Lentera mengerjap. Otaknya sudah menangkap maksud Biru, namun ia menepisnya. Berusaha berpositif thinking walaupun feelingnya tak pernah keliru.

"Boleh. Mau aku bawain apa?"

"Kamu datang aja, udah cukup, Ra."

***

Sepulang dari rumah sakit, Lentera berjalan menyusuri trotoar jalan. Hari sudah sore. Jalanan juga ramai. Ah, kenapa Lentera selalu melupakan fakta bahwa ibukota selalu ramai?

"Kak!"

Langkah Lentera berhenti saat mendengar suara teriakan dari seberang jalan. Ia menyipitkan matanya saat seorang remaja laki-laki melambaikan tangannya.

"Bisa-bisanya belum pulang." gumam Lentera menghela nafas.

Bima berpamitan dengan teman-temannya lalu menghampiri Lentera dengan motornya.

"Kok nggak langsung pulang?" todong Lentera bahkan sebelum Bima turun dari motornya.

Bima menelan ludah. Bola matanya bergerak panik saat melihat aura menyeramkan dari Lentera.

Lentera Biru [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang