Aku berharap, kamu selalu bahagia. Walaupun nanti bukan aku lagi penyebab kebahagiaan itu terjadi.
___________________
Biru mengendarai motornya dengan kecepatan sedang ditengah jalanan ibukota yang padat. Tenangnya Biru dalam mengenai motor, nyatanya berbanding terbalik dengan pikirannya yang kalut.
Biru menatap langit malam karena senja sudah berpulang sejak 15 menit yang lalu. Beberapa kali Biru menghela nafas guna meredam rasa khawatirnya.
Motor Biru berbelok ke perumahan elit dan berakhir di halaman sebuah rumah bercat putih. Rumah Lentera. Ya, tujuan Biru adalah rumah Lentera.
Tadi, Bima memberitahunya bahwa Lentera tidak mau makan sejak pulang dari resepsi pernikahan Angkasa. Karena khawatir, Biru bergegas pergi.
"Bang!" seru Bima saat melihat Biru berdiri didepan pintu utama.
"Dimana Tera, Bim?"
"Ada di kamarnya, Bang!"
Bima mengantar Biru ke kamar Lentera. Ini adalah pertama kalinya Biru memasuki rumah Lentera. Ternyata, lebih mewah dari luar bangunan.
Mengenai Bima, ia sudah tahu tentang Biru karena Lentera yang juga menceritakan semuanya kepadanya dan Tari.
"Masuk aja, Bang. Dari tadi Kak Tera nggak mau keluar kamar. Dipanggil nggak nyahut. Udah aku teleponin Mama juga, tapi tetep nggak mau keluar," adu Bima yang langsung diangguki Biru.
Setelah itu, Biru masuk kedalam kamar bernuansa abu-abu dan putih. Pintu kamar sengaja dibuka sedikit untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Walaupun Bima sudah percaya kepada Biru, tapi Biru tidak ingin merusak kepercayaan itu.
Pandangan Biru menatap ke sekeliling kamar mencari Lentera. Hingga matanya menangkap sosok gadis yang ia cari duduk dilantai dengan punggung bersandar pada ranjang.
Pandangan Lentera mengarah ke balkon kamar yang pintunya terbuka menampilkan suasana malam ditemani rembulan.
"Tera!"
Lentera mematung saat mendengar suara lembut yang memanggil namanya. Dengan cepat, Lentera menoleh dan mendapati Biru yang sedang berdiri dengan paper bag ditangannya.
"Biru!" gumam Lentera.
Lentera beranjak dan memeluk Biru. Menyembunyikan wajahnya dipundak pemuda itu. Tangannya melingkar erat di pinggang Biru dengan nafas yang memburu.
Biru membalas pelukan Lentera dan membiarkan gadisnya menangis dipundaknya. Biru tahu, sedari tadi Lentera menahan diri untuk tidak menangis.
"It's okay, Tera. Cry if it can ease your pain," ucap Biru sembari mengusap surai hitam Lentera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Biru [END]
Fiksi Remaja"Kamu akan tetap menjadi tokoh utama dalam setiap ceritaku, Biru!" _Lentera Bumi Wardana_ "Berjanjilah untuk selalu bahagia, Tera. Walaupun nanti bukan aku lagi penyebab kebahagiaan itu terjadi," _Langit Biru Pranata_ 🥀🥀🥀 Tentang kisah romansa mi...