21. Laut, Senja, dan Kamu

170 10 0
                                    

Aku mengagumi tiga ciptaan Tuhan: laut, senja, dan kamu

________________

Satu Minggu sudah terlewati. Penilaian tengah semester juga sudah selesai. Makam Angkasa tanahnya juga mulai mengering. Tapi, tidak dengan Lentera. Entah ada apa dengan gadis itu. Dia tidak masuk sekolah, bahkan guru datang kerumahnya untuk mengantarkan soal.

Biru menyugar rambutnya kebelakang. Ia frustasi saat Lentera menolak bertemu dengannya dihari kematian Angkasa waktu itu.

Flashback On

Biru memencet bel rumah tergesa. Beberapa kali bel berbunyi namun tidak ada tanda-tanda pintu akan segera terbuka.

Cklek

"Bang Biru?"

Bima mengerjap terkejut saat melihat Biru datang dengan nafas memburu. Sedangkan Biru lebih terkejut saat melihat penampilan Bima. Bagaimana tidak terkejut, saat ini Bima hanya memakai kolor dengan rambut basah. Jangan lupakan sikat gigi ditangannya yang masih berbusa.

Seolah sadar, Bima membanting pintu dengan keras membuat Biru terlonjak kaget. Terdengar umpatan dari Bima membuat Biru mengelus dada. Tak lama, pintu kembali terbuka. Menampilkan Bima dengan bathroomnya.

"Kenapa, Bang?" tanya Bima santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Biru berdehem singkat lalu mengintip kedalam rumah yang terlihat sepi. "Tera dimana?" tanya Biru membuat Bima tersenyum misterius.

"Tumben nyariin Kak Tera. Tadi kemana aja?" tanya Bima sembari menatap Biru dengan tatapan mengintimidasi.

"Maaf." cicit Biru.

"Jadi, dimana Tera?" tanya Biru sekali lagi.

Bima mengangkat bahunya. "Entahlah, Bang. Kak Tera gak mau ketemu sama siapapun. Dia mau sendiri dulu." jawab Bima.

Biru menghela nafas. Ia menatap keatas kearah balkon kamar Lentera. "Turut berdukacita, Bim. Titip salam buat Tera. Maaf."

Setelah mengatakan itu, Biru bergegas pulang. Ia tidak tenang sebelum bertemu Lentera. Namun, Lentera tidak ingin menemuinya.

Flashback Off

Handphone Biru bergetar. Ia melihat sebuah notifikasi dari aplikasi kalender. Melihat hal itu, Biru segera bangun dengan perasaan bahagia.

Hari ini tepat dua ratus hari sejak mereka resmi berpacaran. Biru tidak menyangka jika ia bisa bertahan selama ini dengan Lentera. Bersyukur masih bersama dengan Lentera walaupun nanti mereka akan berpisah.

Biru mengambil jaketnya lalu bergegas menuju ke rumah Lentera. Hari sudah sore, Biru akan mengajak Lentera ke suatu tempat. Semoga saja, Lentera mau bertemu dengannya.

Motor Biru berhenti di halaman depan rumah Lentera. Ia sedikit ragu untuk masuk. Takut jika Lentera tidak ingin bertemu dengannya.

"Loh, Biru?"

"Mama?"

Tari datang dengan sekeranjang buah ditangannya. Ia menerima uluran tangan Biru untuk bersalaman.

"Kenapa gak masuk?" tanya Tari.

"Masalahnya, Tera...."

"Ma!"

Biru dan Tari menoleh kearah pintu. Disana terlihat Lentera yang sudah rapi dengan cardigan dan tas selempangnya.

"Mau pergi kemana, Kak?" tanya Tari mengamati pakaian Lentera.

Lentera Biru [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang