Lentera Biru [END]

08. Mulai Ikhlas

Papa adalah cinta pertama untuk putrinya. Namun, untukku papa adalah patah hati pertama dan terbesarku.

_____________

Weekend biasanya menjadi hari paling dinanti oleh Lentera dan Bima. Namun, sepertinya weekend kali ini adalah hari paling buruk bagi mereka berdua. Karena diakhir pekan ini, Angkasa Putra Wardana akan menikah dengan perempuan lain.

Lentera mematut dirinya didepan cermin. Ia mengambil botol parfumnya dan mulai menyemprotkan ke seluruh tubuhnya.

Brokat modern yang dijahit langsung oleh Tari terlihat sangat pas ditubuh indahnya. Lentera mengambil tas selempangnya dan bergegas keluar.

Baru diujung tangga, langkah Lentera terhenti saat melihat Bima yang duduk santai di sofa. Mata Lentera membulat saat melihat penampilan Bima. Bukan karena terpesona, melainkan outfit yang dikenakan Bima.

Hei, ini mereka akan datang ke pernikahan bukan sedang jalan-jalan. Sudah berapa banyak nama hewan di kebun binatang yang Lentera absen.

"Lama banget. Udah kayak nungguin ayam jantan bertelur," gerutu Bima saat melihat Lentera berjalan mendekat.

Lentera hanya diam menatap Bima dengan tatapan dingin. "Kenapa pakai baju ini? Kemana baju yang Mama buatin?"

"Ada di lemari," jawab Bima santai.

"Kenapa tidak dipakai?"

"Malas. Takutnya nanti mempelai prianya tersaingi sama aku,"

Lentera mendengus saat mendengar jawaban Bima yang terlewat narsis. Karena tak ingin terlalu lama berdebat, Lentera dan Bima langsung berangkat ke hotel tempat resepsi diadakan.

"Kok naik motor?" tanya Lentera kesal.

"Lah, kenapa? Ada yang salah, kak?" tanya Bima tak mengerti.

"Kamu tidak melihat pakaian aku kayak gini?"

Bima menatap Lentera dari ujung kaki sampai kepala lalu mengangguk. "Kalau gitu, ganti!"

Pupil mata Lentera membesar. Bagaimana Bima dengan santainya menyuruhnya untuk ganti pakaian? Tak tahukah ia bahwa Lentera butuh 2 jam untuk memakai semuanya.