Pavinone ; 18xx
Gelapnya malam tak membuatnya berhenti, Hogan semakin berjalan menuju rimbunnya hutan mengikuti aroma yang tercium olehnya. Rasa takut bercampur dengan rasa marahnya menjadi satu. Ancaman para vampir mulai terlihat di depan mata, jika ia hanya berdiam maka ia akan terancam. Rasa trauma membuat Hogan menjadi lebih waspada. Ia akan memperjuangkan janjinya agar kejadian yang sama seperti kakaknya dulu tidak terjadi untuk kedua kalinya.
Tak berselang lama, netra indahnya menangkap sosok pria tinggi yang berjalan sembari memegangi tangannya. Hogan menggeram dan berlari menerjang pria itu. Ia membuat sang pria jatuh terjerembab dan mencekik lehernya. "Berani-beraninya kau menyusup ke wilayah ku, Julien," geram Hogan melihat pria itu tercekat.
Sedetik kemudian, Julien sudah berpindah di belakang Hogan dan menendang pria itu. Ia tertawa congkak, "kau terlalu lemah, aku dengan mudah bisa masuk wilayah mu."
Hogan menyerang Julien, tapi pria itu bergerak dengan cepat untuk menghindar. "Aku tidak akan pernah menaikkan bendera perdamaian dengan keparat sepertimu. Dan aku sangat tidak menerimamu di wilayah ku."
"Aku tau, Alpha," ucap Julien, ia menyunggingkan senyum miring di sela ucapanya. "Bahkan kau tidak mengundangku dalam penobatan Luna mu itu, aku baru tahu dia sangat cantik. Sayang sekali, dia hanya akan bernasib sama seperti kakakku jika berada di sisimu."
"Omong kosong!" Hogan kembali menyerang pria itu. Ia memang tidak bertukar tubuh dengan Houser, tapi serangannya membuat Julien kewalahan.
Julien meninju Hogan tepat di hidungnya, membuat cairan berwarna merah keluar dari sana.
"Kita akan bertemu lagi, dan di pertemuan kita selanjutnya, aku akan menghabisimu beserta Rubelga," senyum sini Julien keluarkan sebelum menghilang begitu saja.
"Pengecut sialan!" umpat Hogan di tengah keheningan malam, pria itu dan aromanya perlahan menghilang dari penciuman Hogan.
"Kejar dia, Hogan!" seru Houser.
"Tidak," Hogan menolak. Ia berjalan kembali ke kastil.
"Kita bisa membunuhnya sekarang," Houser tahu, Julien sedang dalam keadaan lemah. Hal itu bisa menjadikan peluang untuk mereka untuk menang.
"Kita harus kembali ke kastil."
"Manusia bodoh!" Houser bergerak, ia hampir membuat tubuh mereka bertukar. Namun, Hogan berhasil menahannya, ia terus memaki Hogan dari dalam sana.
"Aku harus memeriksa keadaan di kastil."
"Belga aman untuk saat ini, apalagi yang mau kau tunggu? Kau sudah mendapatkan celah untuk mengalahkan musuhmu." Tidak ada balasan dari Hogan, "cih! Mengapa aku harus mendapat bentuk manusia bodoh sepertimu?!"
"Bukankah menyerang lawan yang sedang dalam keadaan seimbang dengan kita adalah hal yang tidak dibenarkan?"
"Persetan! Itu adalah strategi, kau terlalu naif."
Hogan masih terus berjalan menuju kastil, ucapan Houser sama sekali tidak didengar olehnya. Ia berjalan menuju kamarnya dan terkejut saat ia tidak melihat siapapun di sana. Hogan berjalan cepat menuju pintu kamar mandi. Saat ia membuka pintu itu, seseorang juga membukanya dari dalam.
Tampak Belga yang masih mengenakan kemejanya berdiri dengan tatapan kebingungan. Kemeja itu menenggelamkan tubuhnya, lengan dari kemeja itu hampir menyentuh lututnya. Dan kerah yang terlalu besar membuat bahunya sedikit terekspos. "Bertarung dengan siapa lagi kau, Tuan Ludolf?" gadis itu mengusap darah di hidung Hogan.
Pria itu tidak menjawab, ia menarik Belga ke pelukannya dan mulai menyesap aroma di leher gadis itu.
"Lepaskan aku, aku ingin tidur," Belga masih merasakan rasa sakit di setiap sendinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADOLPHINE: Ddeungryu [END]
WerewolfHai, namaku Rubelga. Aku tergabung dalam barisan prajurit khusus untuk mengawal Ratu di istana. Sebenarnya, itu adalah suatu ketidaksengajaan. Aku disebut-sebut memiliki kemampuan diatas rata-rata. Aku juga tidak tau bagaimana itu bisa terjadi, pada...