Puas telah diraih olehpada Lu Yifei karena sudah dapat mengentaskan kerinduannya yang mendalam bersama seseorang yang dirindukannya di dalam wilayah yang jua ia rindukan. Tak dapat ia takar seberapa bahagianya ia sekarang, tetapi kembali mengambil ingat bahwa dia bahkan tiada bisa mengungkapkan perasaannya melalui senyuman. Cukuplah hanya sampai perlakuan, itu sudah jangkap melukiskan hatinya.
Usai ia bercakap dengan Mu Lingqu, ia justru melalaikan sesuatu yang lebih penting dari hidupnya. Baru masa ini dia mendapat keingatan tentang dua sosok pemuda yang kini bahkan keselamatan dan keamanan mereka pun menjadi tanggung jawab prioritas daripada nyawanya sendiri.
Berlari gegas ia keluar bilik untuk cuma sekadar mencuri pandang keadaan kedua pemuda yang membuatnya kerepotan. Lumayan sulit untuk mendapatkan batang hidung mereka, atau mungkin mereka sedang mencoba bermain petak umpat bersamanya:
sungguh telah ia kerahkan semua otot matanya membelalak, tetapi, ah! mereka sungguh makhluk yang merepotkan selama perjalanan ini!
Hanya untuk cuma-cuma melakukan duduk manis, berdiam diri sembari menikmati kudapan, melainkan itu hanya menjadi ketakturutan mereka yang memang sulit untuk diatur. Ya, dan sekali lagi menyandang ingat, bila dia merupakan putra raja, tiada pula Lu Yifei memiliki hak untuk mengaturnya.
Oh ayolah! Apakah mereka sedang bermain-main dengan nyawa yang telah sulit dia pertahankan itu?! Sekali goresan tergurat indah pada tubuh berharganya, gadis itulah yang pertama mendapatkan kematiannya.
Lu Yifei telah sepenuhnya mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru, tetapi tiada pun walau sehelai rambut mereka yang meninggalkan jejak. payah! Dia kemudian menggerutu kesal, itu bukan gaya tampilannya, hanya mungkin dia sedikit dongkol dari biasanya atas kelakuan dua putranya yang menghilang sesuka hati. Lihatlah saja, jika lapar mereka pasti akan kembali pula.
Serta benar saja perkataannya, Pangeran Zu bersama pelayannya menyempul dari balik gubug. Lu Yifei gegas menghampiri seraya bertanya, "Anda dari manakah sahaja, Yang Mulia? Tidak tahukah Anda kerisauan yang dimiliki saya?"
Dengan ringan dan ringan Feng Zugui hanya membalas, "Kami usai berjalan-jalan. Kau tahu? Kami juga merasakan kebosanan terduduk menung di atas dipan menunggu percakapan kalian yang entah kapan usai."
"Namun, setidaknya Anda beritahukan kepada saya jika Anda hendak pergi. dan juga, apa hal menariknya daripada kawasan belakang gubug? Bukankah benar bila itu hanyalah hutan semata yang pada sepanjang jalan cuma pohon, ranting, dan daun yang dapat Anda tengok."
Pangeran Zu tiadalah langsung kemudian berjawab, melainkan dirinya hanya mengangkat kedua bahunya, "Ya, cuma untuk mengusir kebosanan saja, lagipun itu bukan permasalahan besar. benar, bukan?"
Lu Yifei cuma bisa mengembuskan napas panjang sembari memutar bola matanya dengan kesal. Hanya tetapi, pada detik selanjutnya, mata ia tiada sengaja menemukan sesuatu yang mengganjal. Ialah terdapat bercak cairan merah dari sepatu kedua pemuda di depannya itu. Walau sebagaimanapun dia berontak, itu tetap menunjukkan pada pembenaran: noda merah itu adalah darah.
Ia tiada berani untuk berlontar tanya, tentu saja apakah dia akan merelakan nyawanya melayang cuma untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan mematikannya itu? Yifei sekarang sedang bergelut dengan pemikirannya, bagaimana bisa Pangeran Zu mendapatkan noda itu? Apakah sesuatu telah menimpa mereka sewaktu dirinya tidak berada di sampingnya?
Dia juga selanjutnya mendapati kenyataan menggidikkan: ialah bahwa punggung tangan Pangeran Zu memiliki goresan luka yang ada padanya mengucur darah segar yang telah terseka.
"Yang Mulia, tangan Anda terluka?! Bagaimana bisa?!"
"Ini saya dapatkan sewaktu menyibak ranting pohon yang rendah. Tanpa disangka ujungnya terlalu runcing dan melukai tangan saya," dalihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark Mask
Historical Fiction"Kala senja sudah tak lagi indah dan mentari telah kembali ke peraduannya, mungkin hanya tekad yang bisa mengokohkan segalanya." . . . Judul : Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark Mask Penulis : Raygiyan . . Dalam kisar 1500 kata tergurat, lebih da...