Lama perjalanan ia tempuh bersama beberapa prajurit yang mengawalnya. Dengan menunggangi kuda setidaknya dapat menyingkat waktu dari pada berjalan kaki dari titik ia dan nonanya berpisah.
Lu Yi Fei masih menundukkan kepalanya. Merenung. Ia berpikir keras tentang kejadian singkat yang dialaminya tadi. Jika diingat kembali saat penyerangan itu, ada satu keganjilan yang tak dimengerti oleh akal sehatnya. Ketika Yi Fei beradu pedang dengan seorang pria hitam yang kemampuannya setara dengannya. Saat Yi Fei kehilangan fokus karena satu pedangnya terlempar, pria itu berniat menyerangnya lagi. Namun, karena Yi Fei berdiam diri tak membela dirinya, pria itu mengubah arah mata pedangnya menjadi ke arah atas dan bawah.
'Mungkinkah kelompok hitam itu tidak mengincar nyawaku..?' Tanyanya dalam batin. Jikalau memang benar kelompok itu tidak mengincar nyawanya, lantas atas tujuan apa mereka melakukan hal itu terhadapnya..? Dan mengapa harus Keluarga Mu yang menjadi sasarannya..? Apakah Keluarga Mu pernah menyinggung seseorang..? Ataukah ada musuh yang dengki dengan keluarga itu..? Semakin ia pikirkan semakin membuat tubuhnya penat tak keruan.
"Nona baik-baik saja..? Jika Anda tidak larat menunggang kuda sendiri, Anda bisa meminta bantuan kami untuk mengendarai kuda itu untuk nona." Ucap salah seorang prajurit di sampingnya.
"Ah, tidak. Tidak perlu. Lagipun sebentar lagi kita akan sampai di gerbang masuk kerajaan." Sahutnya menyanggah dengan sopan.
Sanggahan tersebut diterima oleh para prajurit dengan rasa takut dan ragu-ragu. Sifat Lu Yi Fei yang kokoh dan tegar tetap saja tak dapat menutupi kenyataan bahwa tubuhnya sedang lemah dan ringkih. Kantung matanya yang sedikit terlihat dapat mengisyaratkan bahwa ia kelelahan. Meskipun begitu, Yi Fei tidak sekali pun mengucapkan keluhan pada orang yang pernah ditemuinya semenjak tragedi besar di kerajaannya.
Hingga beberapa jam lamanya, mereka pun sampai pada kediaman Keluarga Mu yang sudah ia tinggalkan berhari-hari. Sinar matahari pagi menyorot ke arah dalam kediaman itu, hingga menampakkan beberapa lusin mantan pelayan dan pengawal Keluarga Mu bediri menyambut kedatangan Yi Fei. Semua mata tertuju padanya dengan terheran-heran seperti tengah mencari sosok lain yang dinantinya.
"Nona Mu Ling Qu telah kami antarkan menuju tempat pengasingannya dengan selamat. Harap kalian semua dapat tenang." Ucap Kepala Prajurit yang mengawal kepulangan Yi Fei tadi.
Mendengar penyataannya, semua pelayan dan pengawal mengembuskan napas lega. Kepala Pengawal itu kemudian menganggukkan kepalanya kepada bawahannya seperti mengisyaratkan sesuatu. Akhirnya detik berikutnya, dua prajurit berhasil mengunci kedua tangan Yi Fei sama seperti para pelayan dan pengawal di sana.
"Apa maksudnya ini..?" Tanya Lu Yi Fei bingung.
"Kita akan dijual sebagai budak, Yi Fei." Sahut Ying Rourou di belakangnya.
"Apa.?! Dijual.?! Bukannya waktu itu kamu bilang jika semua orang di kediaman Menteri Mu diasingkan.?!" Tanya Yi Fei tak percaya, begitu pun semua orang di sana.
"Euh itu..."Kepala Prajurit itu tak dapat menjawab.
"Lebih baik kami diasingkan, karena selama apa pun pengasingan itu pada akhirnya kami dapat terbebas juga. Namun, jika kami dijual kembali sebagai seorang budak, maka selamanya kami akan terjebak di dalamnya bila bertemu dengan majikan yang tidak tepat." Ucapan Yi Fei mendapat persetujuan dari para pelayan dan pengawal di sana.
Meskipun begitu, Kepala Prajurit tetap enggan melepaskan mereka dengan alasan dekrit kekaisaran dan titah raja. Pada akhirnya, para pelayan itulah yang mengalah, karena mereka mulai mengancam dengan nyawa. Mereka mulai digiring menuju tempat penangkaran budak.
Namun, tak lama setelah itu, belasan anak panah datang menghujam entah dari mana arah datangnya. Mereka menargetkan para prajurit yang menggiring para pelayan itu hingga tewas tak tersisa. Semua orang di sana berhambur ketakutan menjadikan jalanan itu penuh dengan sampah.
Para pengawal mulai melindungi pelayan perempuan dengan sikap kuda-kudanya. Tiba-tiba seseorang berpakaian hitam menabrak tubuh Yi Fei hingga ia mundur beberapa langkah.
"Yi Fei, kaubaik-baik saja..?" Tanya Xuan Sheng.
"Aku baik-baik saja." Yi Fei sadar bahwa orang yang menabraknya itu telah memberinya sebuah kertas di tangannya. Lalu dibukalah kertas itu setelah Xuan Sheng pergi untuk mengamankan para pelayan.
'Untuk para pelayan dan pengawal : pergilah dari kerajaan ini dan jangan sampai kembali lagi, karena kalian merupakan buronan setelah ini. Untuk Lu Yi Fei : ...' Seketika Yi Fei membelalakkan matanya setelah selesai membaca surat itu. Kemudian, ia langsung memberi tahu hal tersebut kepada teman-temannya. Dan alangkah senangnya mereka dapat terbebas dari ancaman perbudakan dan bisa menjalani kehidupan yang diidamkannya.
Mereka lalu berpisah dengan sedih dan pilu. Entah kemana mereka akan pergi, asalkan tidak menginjakkan kaki di kerajaan itu lagi.
Lu Yi Fei pun berjalan letih tak tahu arah. Ia terduduk di sebuah pohon di hutan tepi sungai. Dengan menikmati semilir angin yang datang menerpa, ia kembali membuka kertas yang orang hitam tadi berikan padanya.
'...Untuk Lu Yi Fei : sadar dan renungkanlah dimana letak kesalahannya terjadi.! Sejak awal Keluarga Mu tidak pernah memiliki musuh sebelum Mu Lian Shuang pergi ke Kerajaan Bai.' Setelah membaca surat itu untuk yang kedua kalinya, ia tak terlalu terkejut dengan kalimat akhirnya. Pikirannya sudah terlalu lelah untuk bekerja, ia pun menyandarkan punggungnya di dahan pohon sambil mengipas lehernya menggunakan kertas di tangannya.
Tak disangka, matanya mendapati sebuah gambar di belakang kertas itu. Yi Fei yang penasaran mulai mengamati gambar itu. Seperti mengingat sesuatu, Yi Fei membelalakkan matanya. Ia menurunkan tas kain di bahunya dan merogoh barang-barang yang sempat ia bawa dari kediaman Keluarga Mu. Ia mengambil secarik kain yang berlumuran darah yang dulu ia dapatkan saat di istana kerajaannya.
Ia membandingkan dua gambar logo itu dengan saksama. Sama.
"Eh tunggu dulu. Meskipun kedua logo ini nampak serupa jika dilihat sekilas, tetapi ternyata ada perbedaan di dalamnya." Mata Yi Fei mengerut untuk memastikan bahwa logo itu berbeda. Sangat sulit melihat perbedaannya karena noda darah di kain itu kian memudar."Yap, akhirnya dapat aku temukan." Serunya.
Logo itu benar-benar logo yang berbeda jika diamati dengan teliti. 'Maka jika demikian, berarti kelompok hitam tersebut memiliki dua haluan yang berbeda tujuan.?!' Logo pertama yang ia dapat selagi menjadi Bai Zi Young kemungkinan adalah logo asli kelompok hitam yang menghancurkan kerajannya. Sedangkan logo kedua yang ia dapati baru saja kemungkinan ialah kalompok hitam yang mempunyai maksud baik.?? Semua kemungkinan itu masih menjadi tanda tanya besar bagi Yi Fei.
Ia mencoba memaksakan otaknya untuk kembali bekerja. Mulai dari pembantaian di kerajannya, hingga tuduhan kepada Tuan dan Nyonya Mu yang menyebabkan keduanya dihukum penggal. Yi Fei kembali mencerna kalimat terakhir dari kertas yang digenggamnya itu.
'Jika penyebab Keluarga Mu menjadi incaran adalah setelah Tuan Mu berhubungan dan menjalin kerja sama yang baik dengan Kerajaan Bai Selatan, maka akar masalahnya ialah kerajaanku sendiri.?! Mereka dengan sadis membunuh keluargaku dan seisi istanaku tanpa ampun, tetapi tetap membiarkanku hidup tanpa tergores sedikit pun. Mereka dengan sengaja membiarkanku dan Mu Ling Qu memasuki Kerajaan Tang, apakah dengan maksud agar kami terpancing.?! Kami..? Aku.!!' Yi Fei mulai menemukan titik cerah dari kerja keras otaknya.
'Namun permasalahannya, mengapa mereka hendak memancing amarah dan egoku.?! Jika telisikanku benar bahwa yang menjalankan kelompok itu ialah orang yang berwewenang, maka aku memiliki seorang kandidat tersangka.' Lu Yi Fei mulai yakin akan kata batinnya. 'Seseorang yang dapat bergerak eksis di antara Keluarga Mu, Kerajaan Feng Utara, dan Bai Selatan hanyalah satu orang.'
"Feng Yu Ming."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark Mask
Historical Fiction"Kala senja sudah tak lagi indah dan mentari telah kembali ke peraduannya, mungkin hanya tekad yang bisa mengokohkan segalanya." . . . Judul : Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark Mask Penulis : Raygiyan . . Dalam kisar 1500 kata tergurat, lebih da...