Berjumpa

179 24 1
                                    

Lu Yi Fei sungguh terkejut akan hadirnya burung Beo yang telah terlepas tadi. Bagaimana dia bisa kembali, dan tahu bahwa pembelinya ada di tempat itu..?

Apa pun dan bagaimana pun itu terjadi, ia hiraukan. Yang terpenting, itu adalah sebuah kelegaan untuknya karena berhasil bebas dari hukuman. Mu Ling Qu yang tengah duduk diam menikmati suasana gembira itu pun seketika terperanjat shok. Seekor burung dengan sempurna menyebutkan namanya. Matanya hampir keluar memandangi burung yang kini bertengger di daun jendela biliknya.

'Halo, Mu Ling Qu. Halo, Mu Ling Qu. Halo, Mu Ling Qu.'

Dengan geram nona Mu menatap empat pelayannya sangat tajam. Gerakan matanya seakan mengisyaratkan bahwa ia berkata 'bagaimana hal ini dapat berlangsung.?!' Empat pelayan itu pun menggeleng cepat dengan ekspresi ketakutan.

"Karena si Beo telah terbang pada pemiliknya dengan selamat sentosa, berarti tugas hamba telah rampung. Bolehkah hamba mengundur diri, Nona..?"

Bibir Mu Ling Qu bergerak tanpa suara berucapkan nama pengawalnya, Lu Yi Fei dengan penuh kedengkian. "Baiklah, kalau begitu. Kauboleh pergi. Tapi dirimu masih perlu ingat, bahwa hukumanmu yang satu lagi, masih berlaku, Lu Yi Fei."

"Akan saya simpan dalam memori saya yang terdalam, Nona. Saya permisi." Yi Fei pun berlalu terbang tinggalkan wisma utama secepat mungkin. Ia sudah tak larat bila harus terus di sana, karena hawa yang panas tapi mencekam.

Prang.!
Satu guci telah pecah, dilambungkan oleh nona muda gila Mu. Empat pelayannya merinding ketakutan. Aura kematian terkoar dari satu titik. Mu Ling Qu menatap pelayannya yang tunduk tak berani mendongakkan wajahnya.

"Kalian... Sungguh tidak becus.! Kupinta kalian kaburkan Beo itu.! Mengapa kalian bisa lengah begini sih.?!" Amarah Mu Ling Qu kian membara.

"Sayangi nyawa saya, Nona. Hamba sungguh telah mengaburkan burung itu. Dan sudah menonton bahwa ia berlepas dari sangkar." Jawab satu di antaranya.

"Lantas, mengapa bisa Beo itu... BERADA DI SINI.?!" Amuknya membanting perabotan di sekelilingnya.

"Ampuni jiwa saya, Nona..." Empat pelayan itu bersujud di lantai, menyembah nona gila itu.

"Huh... Menarik." Mu Ling Qu bernada rendah sekarang. Ia berjalan menghampiri Beo pintar yang bertengger di jendela biliknya. "Burung yang terbebas dari sangkar, tapi bisa temui jalan yang semestinya. Aahh... Dan yang lebih menarik. Bagaimana bisa Yi Fei berjumpa dengan Beo yang langsung dapat sebutkan namaku dengan lancar..? Dari mana ya agaknya..?" Nada rendah dan santai itu justru yang terdengar paling menyeramkan.

Pelayan itu bergetar mendapat hujaman panah dari mata Mu Ling Qu. Yang bisa mereka lakukan hanyalah diam tak bersuara.

***

Sepulangnya Menteri Mu, ia mendapat ocehan dari putri dan istrinya, dan itu lagi-lagi tentang Lu Yi Fei. Mereka berkicau bahwa Yi Fei tiada mau menuruti perintah baiknya untuk istirahat di pembaringannya.

Mu Lian Shuang telah mengerti situasinya, hanya saja tuk menggembirakan keluarganya, ia mematuhinya. Dipanggillah Lu Yi Fei menghadapnya. Dengan tenang dan kalem, Yi Fei memberi hormat pada keluarga Mu. Apa lagi yang hendak mereka lakukan padanya..? Yi Fei telah siap sedia.

"Hormat Lu Yi Fei pada Tuan, Nyonya, dan Nona Mu."

"Tak perlu basa-basi. Mengapa perintah nonamu tiada kauturuti, Yi Fei..? Bukankah sudah kuserukan tuk lakukan segala pintanya..?" Gelegar Mu Lian Shuang di atas kursi.

"Telah hamba lakukan semua pintanya, Tuan. Adakah yang terlewat walau sehasta..?" Ujarnya.

"Bukankah kautelah menolak kehendak baik nonamu tuk berbaring sebentar di kasurnya..? Jika benar kaumenolak, artinya kautak mengikuti kemauannya. Sama saja dengan satu hukuman." Ucap Mu Lian Shuang.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang