Semilir udara yang bergerak terhempas menimpa pucuk kepala Bai Zi Young. Embusan napas hangat nan lembut membuatnya terlena bahwa dirinya tengah menyembunyikan diri dari kelompok hitam yang mencarinya. Perempuan itu bahkan sempat membayangkan sosok pemuda di belakangnya, berangan bila sosok itu ialah seorang pria yang memakai pakaian hitam bercadar yang sempat menyelamatkan nyawanya. Lalu kemudian dia bertanya pada hatinya sendiri, jika benar dialah orangnya lantas mengapa Gu Ren enggan untuk mengungkapkan identitasnya..?
Meskipun dia tidak menanyakan hal itu, tapi Zi Young yakin bahwa dialah orangnya. Mau dia mengaku atau tidak, Zi Young tetap yakin akan pemikirannya. Sangat jelas dari tingkah lakunya dan sifatnya si Gu Ren apabila dilihat dari sudut pandangnya. Pria itu memiliki maksud kepadanya. Dia telah menyelamatkan nyawa Zi Young tanpa pamrih bahkan tak ingin mengungkapkan identitasnya, lantas apa maksud dia jika bukan karena ada maksud, 'kan..? Zi Young merenung. Diliriknya mata Feng Gu Ren. Mirip. Mata Phoenix itu benar-benar serupa dengan pandangan pria hitam yang telah dua kali ditemuinya. Suaranya. Bahkan suaranya pun sama. Jadi tak mungkin jika bukan dia orangnya.
"Sudah cukup memandangku..?" Bisik Feng Gu Ren tanpa menatap mata Zi Young.
Gadis itu terlonjak kaget mendengar ucapannya. Jadi, sedari tadi Gu Ren menyadari bahwa dirinya tengah menatapnya..? Wah, sungguh malu dirasakan oleh Zi Young. Pipinya telah memerah panas.
Lama mereka berdiam diri mematung, sebuah bayangan muncul dari mulut gua. Tiga empat orang hitam muncul bersamaan. Gu Ren dan Zi Young cepat-cepat menyelimuti tubuh mereka dengan bebatuan. Mereka bersembunyi dengan secermat mungkin agar tak ketahuan. Tanpa bicara, mereka berpencar hingga ke sudut-sudut gua. Salah satu dari mereka mulai mendekati tempat Zi Young bersembunyi. Matanya sempat melirik ke dalam sela-sela batu. Tangannya mulai melayang hendak meraih batu itu. Namun, belum sempat disentuhnya, sebuah suara peluit menggema dari kejauhan.
Ya, suara peluit yang sama persis dengan yang Zi Young dengar malam itu. Empat orang tersebut pun berlari keluar menuju sumber suara yang Zi Young yakini adalah atasan mereka.
"Sudahkah aman..?" Tanya Feng Gu Ren. Zi Young mengangguk untuk menanggapi pertanyaannya. "Ada apa sebenarnya..?" Tanyanya lagi sambil berlepas diri dari selimut batu yang mengelilingi mereka.
"Suara peluit. Itu tanda dari atasan mereka bahwa semuanya harus berkumpul."
Feng Gu Ren nampak menganggukkan kepalanya. "Dari mana kamu tahu..?"
"Panjang ceritanya. Sebaiknya kita lari menjauhi tempat ini terlebih dulu. Akan kuceritakan semua yang aku tahu. Namun aku menginginkan satu hal kepadamu."
"Apa itu, Yi Fei..?" Tanya Gu Ren.
"Jangan pernah memberitahu siapa pun tentang yang kamu dengar dari aku, hari ini. Janji..?" Bai Zi Young mengangkat jari kelingkingnya ke udara, lalu satu jari kelingking lainnya manautkannya.
"Baiklah, aku janji." Gu Ren melukiskan senyum indah nan lebarnya ke hadapan Zi Young. Gadis itu yang melihat tingkah konyol seorang Pangeran Kerajaan Feng Utara, Feng Gu ren seketika mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum tipis. Hampir meledak senyumannya, tapi segera ia sembunyikan.
"Eih, kamu barusan tersenyum..? Sungguh..? Aku sedang tidak salah lihat, 'kan..?" Tanya Gu Ren penuh semangat.
"Kamu salah lihat." Sanggahnya.
"Tidak. Aku sungguh melihatnya dengan jelas. Kamu tersenyum. Hayo mengaku." Desak Gu Ren.
"Ah sudah sudah. Ayo cepat jalannya." Bai Zi Young mempercepat langkahnya.
***
Sepuluh orang lebih yang mengenakan pakaian hitam itu tengah termenung. Duduk bersimpuh di bawah sebuah kaki perkasa. Feng Yu Ming. Wajah sangarnya dengan mata yang sedingin salju menatap tajam para bawahannya. Alasannya sederhana, yaitu belum menemukan Bai Zi Young.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark Mask
Historical Fiction"Kala senja sudah tak lagi indah dan mentari telah kembali ke peraduannya, mungkin hanya tekad yang bisa mengokohkan segalanya." . . . Judul : Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark Mask Penulis : Raygiyan . . Dalam kisar 1500 kata tergurat, lebih da...