Eksekusi

122 20 3
                                    

"Benarkah aku boleh menjemput mereka di sana..?" Mata Ling Qu seketika berbinar-binar.

"Jika itu dapat menghibur hati nona walau secuil, akan saya lakukan tugas itu." Ucap Yi Fei bersumpah.

Mu Ling Qu lalu bergembira dan bersorak ria. Ia lalu masuk ke dalam wismanya untuk mendandani dirinya.

"Apa.?! No-nona hendak pergi ke Kerajaan Tang sendiri..?" Tanya Alin terkejut.

"Kalau begitu izinkan kami ikut nona." Ucap Azheng.

"Tidak.! Kalian tetap di sini. Aku akan pergi bersama Yi Fei. Jaga kediaman dan wisma ini selama aku pergi." Ujar Ling Qu tegas.

"Tapi—"

"Tak ada tapi. Kalian harus tetap di sini. Ingat, jika aku tidak kembali lagi, hiduplah dengan tenteram dan damai." Ucapnya lalu menghela napas panjang.

Yi Fei yang tengah menunggu di depan pintu bilik dengan sebilah pedang di tangan kirinya, menatap mereka sendu. Lagi-lagi ia teringat akan Shuo Lin, sahabat terbaiknya. Ia pejamkan mata dalam-dalam membiarkan rasa sakit itu menghilang perlahan-lahan dari hatinya. Lalu terbukalah matanya. "Nona, hari sudah semakin siang. Kita harus bergegas."

"Aku pergi sekarang. Jaga diri kalian baik-baik."

"Nona juga jaga diri. Yi Fei, lindungi nona dengan baik, ya. Kami berharap padamu." Ucap Alin memohon.

"Akan kulakukan. Mari, Nona." Mereka pun keluar bilik dan menuju pelataran.

Seekor kuda telah berdiri tegap di sana dengan seorang pemuda yang menjaganya. Gu Xuan Sheng.

"Kami pergi dulu, Xuan Sheng. Jagalah kediaman ini sampai maut menjemput. Jangan pernah melepaskannya." Ucap Ling Qu dengan menatap sendu wismanya.

"Tentu saja, Nona. Kalian jaga diri baik-baik. Kami menunggu kepulangan kalian." Ujar Xuan Sheng mendapat anggukan dari Ling Qu dan Yi Fei.

Mereka berangkat. Ling Qu yang duduk di belakang Yi Fei masih tak bisa luput dari kediaman tercintanya. Meski begitu, ia harus menemui kedua orang tuanya sebelum semuanya terlambat dan berakhir dengan penyesalan.

Yi Fei semakin kuat memacu kudanya. Kini, mereka berhasil keluar dari gerbang masuk-keluar dengan aman. Kemudian, pohon demi pohon mulai berdatangan, menandakan sebentar lagi mereka akan tiba di sebuah hutan. Sebenarnya Yi Fei belum pernah pergi keluar kerajaannya. Kali ini dia hanya mengandalkan insting kuatnya dan sedikit bantuan berupa sebuah peta kecil dari Gu Xuan Sheng.

Waktu terus berjalan. Hutan demi hutan dilaluinya perlahan. Jarak masih jauh di ujung sana. Membutuhkan berhari-hari lamanya untuk sampai di Kerajaan Tang.

Bermalam di dalam hutan bukanlah yang pertama untuk Yi Fei. Ia sering mengalaminya ketika ikut ayah maupun kakaknya ke tambang demi tambang yang dimilikinya untuk diseleksi. Namun, ini adalah malam pertama Ling Qu tidur di hutan. Banyak nyamuk, dan suasana suram hutan itu membuat Ling Qu bergidik ngeri.

Hari berubah malam, malam berubah pagi, begitu pun seterusnya hingga akhirnya sampailah mereka di gerbang masuk-keluar Kerajaan Tang. Karena kerajaan itu tengah dilanda peristiwa besar, maka tak ayal jika pengamanannya bertambah kuat, yang tentunya takkan mengizinkan seorang anak narapidana masuk sembarangan ke kerajaan mereka. Namun, Yi Fei telah mengakalinya.

"Berhenti.!" Seru penjaga gerbang itu. Yi Fei patuh. "Serahkan tanda pengenal kalian.! Dan juga buka penutup kepala kalian.!"

"Maaf, Tuan. Kami dari gurun. Saya tabib Keluarga Chu tengah membawa pasien yang terkena wabah membahayakan untuk mendapatkan obat-obatan dari Kerajaan Tang." Ucap Yi Fei dengan menyerahkan tanda pengenal palsu pada prajurit itu.

"Kalian boleh masuk setelah kami cek."

"Kami sedang buru-buru. Pasien saya sudah berada diambang batas kematian." Yi Fei menatap mata Ling Qu yang tertutup kain memberi isyarat.

Paham, Ling Qu pun pura-pura batuk. "Uhuk uhuk.! UHUKK UHUK UHUKK.!" Batuknya semakin keras ke arah mereka, membuat mereka sedikit waspada.

"Baiklah, silakan masuk." Akhirnya mereka pun masuk.

Dengan cepat, kuda itu dipacunya menerobos keramaian di kota itu. Tak sedikit orang yang mengumpat pengendara kuda tersebut.

Di depan sana adalah istana Kerajaan Tang. Namun, yang mereka tuju adalah tahanan istana yang berada di haluan kanan luar istana. Perjalanan mereka yang tenang-tenang saja tanpa hambatan, Yi Fei tahu itu. Kelompok hitam itu sengaja membiarkan mereka menemui Tuan dan Nyonya Mu karena satu alasan, pasti untuk kelancaran rencana mereka. Yi Fei yang memiliki pendengaran tajam, tak bisa untuk tak mengetahui bahwa ada mata-mata yang mengawasi mereka sepanjang perjalanan. Malam-malamnya di hutan belantara, yang tentunya banyak binatang buas serasa hening tak masalah. Itu karena semua binatang di sana telah dimatikan oleh kelompok itu. Sehingga mereka dapat tiba dengan selamat. Ya, Yi Fei tahu mereka membiarkannya menemui majikannya.

Di seberang sana ialah tempat tahanan istana. Yi Fei dan Ling Qu turun dari kuda dan mulai mengendap-endap. Dua prajurit penjaga pintu masuk dengan mudahnya ditikam oleh Yi Fei menggunakan pedangnya. Mereka masuk. Empat lima prajurit patroli pun dibunuhnya dalam diam tanpa suara.

Hingga sampailah mereka di penjara Tuan dan Nyonya Mu. Keadaannya begitu mengenaskan. Darah dan luka di sekujur tubuh mereka. Ling Qu yang melihatnya membekap mulutnya agar tak berteriak melihat hal itu.

"Qu'er..? Yi Fei..?"

"Ayah... Ibu..." Ling Qu langsung menghampiri mereka dengan hati yang amat pilu.

"Saya akan berjaga di luar." Ucap Yi Fei pergi.

"Bagaimana... Kalian terluka parah. Qu'er..." Air matanya tak lagi dibendungnya. Menangislah ia sejadinya di sana.

"Hust. Qu'er jangan menangis, ya. Ibu sama ayah baik-baik saja." Ujar Tuan Mu menenangkan.

"Baik-baik saja.?! Kita akan dieksekusi besok, Lian Shuang.! Seperti ini yang dikatakan baik-baik saja, huh.?!" Bentak Ji Lin. "Qu'er dengarkan ibu. Ibu dijebak. Sungguh.! Orang itu menjebak ibu.! Ibu tak bersalah.!" Teriaknya tak menerima menambah perih hati Ling Qu.

Agak lama mereka bersua, akhirnya Ling Qu keluar. "Ayahku memintamu masuk." Ucapnya pada Yi Fei.

"Saya..?" Begitu mendapat anggukan kecil, Yi Fei pun menemui Mu Lian Shuang.

"Lu Yi Fei.! Kemarilah, Nak." Ucapnya. Setelah Yi Fei berada di depannya, ia kembali berujar. "Aku sebenarnya tahu—"

"—Bahwa saya putri Kerajaan Bai Selatan, bukan..?" Sambungnya mengejutkan Tuan Mu dan istrinya.

"Apa..? Kaubilang apa.?!" Ji Lin menyahuti.

"Saya tahu Anda mengenali saya sebagai putri Kerajaan Bai Selatan. Walau awalnya saya tak mengenali Anda, tapi kemudian saya teringat kenangan bahwa ayah saya pernah akrab dengan seorang Menteri Luar Negeri Kerajaan Feng Utara. Dan itu adalah Anda. Saya juga tahu Anda dijebak. Saya tahu bahwa ada seorang pengkhianat dalam tambang kuningan milik Anda. Namun, saya tak bisa mengetahui untuk siapa pengkhianat itu bekerja." Jelasnya.

"Yi Fei, ingat kata-kataku. 'Cacing telah menjadi umpan. Ikan pun dapat dipancingnya dengan mudah. Ikan itu akhirnya dapat mengenyangkan perut si pemancing'." Ucapan Tuan Mu tak dimengerti oleh Yi Fei. Gadis itu mengerutkan dahinya. "Benar, kita merupakan um—"

"Lu Yi Fei.!" Teriakan Ling Qu memotong ucapan Mu Lian Shuang. "Ada prajurit di depan yang menyadari bahwa pera penjaganya sudah mati terbunuh."

"Kalian harus cepat pergi.!"

Mu Ling Qu menuju ayahnya. "Eh, Nona mau apa..?" Yi Fei menyadari bahwa ia hendak membuka pintu penjaranya dengan tangan kosong.

"Bertahanlah, Ayah Ibu, aku akan membebaskan kalian." Usahanya sia-sia. Prajurit itu akhirnya menyadari bahwa ada penyelinap masuk.

Yi Fei lalu menarik Ling Qu pergi dari sana, dan berhasil lolos dari prajurit itu.

***

Guuunggg... Guuunggg...
Duk duk duk duk...
Suara gong dan beduk ditabuh, menandakan eksekusi dimulaikan.~~

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang