Si "Pembunuh"

41 10 10
                                    

Telah jua mereka berada dalam kondisi kelelahan, sampai tiada dikira, kedua pelupuk mata mereka pun sayup terpejam melepas penat. Namun, siapakah dapat menerka kemudian, bila-bila roda kereta kuda yang mereka tumpangi melangkahi sebuah kerikil di jalan itu;

menyebabkan sampai kepala Lu Yifei dan Pangeran Zu tak sengaja berbenturan cukup keras hingga membuat keduanya tersentak dan terbangun dari tidur singkatnya.

Merasa bersalah sangat, tetapi hanya untuk menampilkan Lu Yifei yang cepat-cepat berlutut membungkuk meminta pengampunan Pangeran Zu.

"Maafkan hamba, Tuan. Sebab kelengahan saya, Anda harus menanggung kesakitan demikian karena saya."

Dengan masih mengelus kepalanya, Pangeran Zu tersenyum jua berkata, "Kepalamu keras juga, Pelayan Lu, hahaha," kekehnya membuat seketika raut wajah Lu Yifei kian tenggelam pada ketertundukan. "Sudahlah tak apa. Berdirilah kau, Pelayan Lu. Kamu masih harus merawatku, bukan?

A Fu! Kita istirahat sejenak di sini!" seru Pangeran Zu kepada A Fu yang sedang mengendalikan kuda mereka.

"Baik, Yang Mulia!" Tidak butuh waktu lama untuk membuat A Fu menuruti perintahnya, melainkan saat itu juga langsunglah dia menghentikan laju keretanya dan berhenti dengan masih berada di dalam pelukan hutan rimbun.

Pangeran Zu turun dari gerbongnya, dan lalu kemudian disusul pula oleh Lu Yifei. Menilik sekali lagi untuk mendapatkan petunjuk bahwa bekal air minum mereka telah habis, berlalulah A Fu pergi untuk menjumput air bersih yang bisa dia dapatkan di dalam hutan itu; dan itu: tentu saja untuk menjadikan Lu Yifei berdua saja bersama Pangeran Zu.

Tak ingin waktu terbuang dalam keheningan, Lu Yifei berinisiatif untuk bertanya; "Yang Mulia, apakah kepala Anda sudah baik-baik saja?"

Mengerti maksud itu, Pangeran Zu memanfaatkan suasana itu untuk mengerjai Lu Yifei. Pura-puralah ia mengaduh di kepalanya: berdusta bahwa kepalanya masih terasa sakit.

Dengan gelisah, dan tentu saja tak ingin sesuatu yang serius terjadi pada putranya, Lu Yifei terburu menengok kepala Feng Zugui dengan mendekatkan wajahnya lalu meniup area yang dikeluhkannya, dan kemudian memijit dengan lembut kepala Pangeran Zu secara impulsif.

Pangeran Zu yang terkejut akan tindakan sembrono Lu Yifei secara tak terduga itu pun hanya mampu dapat disikapinya dengan mematung dan membeku. Tiada dapat ia berlontar kata, tetapi ia takut pertahannya goyah, hingga membuatnya harus mengakhiri itu secepatnya. 

Dipegangnyalah tangan Lu Yifei yang tengah memijit kepalanya, dan berlalu kemudian itu sontak membuat nona itu refleks menatap mata Pangeran Zu. Seakan terhipnotis oleh keindahan matanya, lagi dan lagi, Lu Yifei tak dapat berpaling darinya.

"Tindakanmu sungguh lancang, Pelayan Lu," celetuk Pangeran Zu membangunkan Lu Yifei dari keterpakuannya. Segera ia menarik tangannya dan bersujud di hadapan Pangeran Zu meminta pengampunan atas kelancangannya.

Dengan hati yang masih berdebar, Pangeran Zu menarik napas panjangnya, dan lalu menyuruh pelayannya untuk berdiri: ia mengampuninya.

Tak ada lagi perkataan terlontar, lama, dan lama menunggu kembalinya A Fu dari menjumput air. Entah ke belahan bumi manakah dia mencari air hingga selama itu mereka menunggu.

"Yang Mulia," akhirnya Lu Yifei kembali berlontar. "Ampunilah lagi atas kelancangan saya, tetapi semalam Anda menjatuhkan kantung wewangian ini yang harumnya persis sama dengan dupa yang Anda pakai sewaktu perjalanan kita berangkat. Hamba hendak memberikannya pada Anda semalam,

tetapi menyesal saya dapat bahwa Anda telah terlelap beristirahat pulas, jadi saya simpan hingga kini. Namun hal yang saya dapat semasa itu, dalam tidur, saya mendengar Anda bergumam mengatakan "Pembunuh, Pembunuh" dan menyebutkan satu nama, yakni Tuan Xia," mendengar itu, spontan Pangeran Zu tersentak dan menatap Lu Yifei. 

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang