Bola basket berwarna hitam itu masuk kembali ke ring yang sama selama 9 kali berturut-turut. Fokus Jinan tidak hilang bahkan ketika ia mencoba berpindah angle atau gaya saat melakukan shoot. Sudah lama ia tidak bermain basket, ia bersyukur karena kemampuannya tidak hilang selama dua bulan ini. Meski hanya bermain solo, ia menikmatinya.
Sudah jam 5, itu berarti sudah satu jam ia disini. Lapangan basket yang lama tidak dipakai itu sudah seperti miliknya sendiri. Selama 3 tahun, Jinan selalu datang kesini. Satu tahun pertama selalu bersama Kinal dan Ve, tapi setelah mereka pergi, ia menjadikan tempat ini sebagai pelampiasan emosinya sendiri. Bukan hanya Shani dan Gracia yang sedih atas kepergian mereka, tapi Jinan dan adik-adiknya juga. Bahkan Marsha sampai depresi selama dua bulan.
Triiinng
Bola itu kembali masuk ke dalam ring setelah berputar diatas besi ring. Tapi saat Jinan menangkap lagi bola itu dan berbalik, matanya melihat seorang gadis berdiri di tengah lapangan dengan senyum padanya.
Jinan diam tak berbicara, ia membawa bolanya di samping pinggang lantas mendekati gadis dengan jaket varsity biru tua itu.
"Apa kabar?" tanyanya.
Jinan diam di depannya tanpa ingin menjawab. Tatapannya tajam menusuk ke kedua retina gadis itu dan kemudian turun ke kakinya yang sudah sedikit berbeda sejak terakhir kali mereka bertemu.
"Fine. I bet your leg is fine, too?" jawab Jinan pada akhirnya.
"Never felt better since i lost it," balas gadis itu lagi dengan senyum yang masih mengembang. Jinan kemudian memberikan bola basket itu padanya, "1 o 1 sama aku? Katanya kalau kaki kiri kamu udah balik mau tanding? Sekarang kan udah ada lagi."
Dengan malas, gadis itu memutar bola matanya, "inget aja kamu sama janji itu, aku baru sampai padahal. Lagipula, ini kan cuma kaki palsu."
Jinan tersenyum miring dan menatap ke arah lain, "i know this model isn't that cheap one, Miss Fire. Aku tau kau bisa leluasa bergerak dengan itu," ucap Jinan, "unless, you afraid of me. Afraid to lose."
Gadis itu langsung menyipitkan mata, ia lantas mengangguk, matanya menatap Jinan dengan intens. Bola itu ia tubrukkan ke dada Jinan hingga gadis itu mundur satu langkah.
"So, now the Ice Cold Princess have a big mouth, huh? Ayo! Siapa takut!"
Gadis misterius itu melempar bola ke udara dan Jinan langsung melompat, tapi sebelum Jinan menyentuh bola itu, tubuhnya terdorong ke belakang karena ia di dorong oleh sang gadis. Membuatnya terjengkang ke lantai lapangan sementara bolanya diambil gadis itu.
"Hei! Kamu curang!" teriak Jinan. Matanya menatap sang gadis yang tidak menghiraukannya sama sekali, ia justru berlari ke ring dan memasukkan bola itu kesana.
"Tidak ada aturan untuk tidak saling dorong, kan?"
Jinan berdiri dan langsung berjalan mendekati gadis itu, "oh Lord, i like this mf."
Beberapa kali gadis itu memasukkan bola lagi ke dalam ring, tapi Jinan lebih banyak mencetak angka. Ia sama sekali tidak membiarkan gadis itu menang setelah apa yang ia lakukan di awal permainan tadi.
Setelah setengah jam bermain, mereka akhirnya merasa lelah dan Jinan langsung duduk di bangku yang ada di samping lapangan.
"Aduh!" Saat gadis itu hendak duduk, Jinan mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai. Sama seperti yang ia terima tadi darinya, "kok jahat, sih?" sungut gadis itu.
Jinan terkekeh karena melihat wajah marahnya, "itu buat yang tadi."
"Dih, kamu dendam sama aku?!"
Ia akhirnya memutuskan untuk duduk di lantai saja, meluruskan kakinya dan sedikit membenarkan kaki palsu yang terasa sedikit longgar. Melihat itu Jinan langsung turun dan ikut duduk di samping sang gadis.
"Kamu kemana aja setahun ini? Kok baru muncul lagi sekarang?" tanya Jinan.
Tangan gadis itu menepuk-nepuk kaki kirinya yang merupakan kaki palsu, "aku ke luar negeri, bikin kaki ini."
Jinan mengangguk, lantas diam menatap langit yang tiba-tiba mendungnya hilang. Padahal tadi gelap seperti sudah mau malam.
"Kenapa? Kamu nungguin aku dateng, ya?" Gadis ini selalu membuat Jinan bertanya kenapa kepercayaan dirinya bisa sebesar semesta? Tapi benar juga apa yang ia tanyakan. Dengan malu-malu, Jinan menunduk, "aku selalu kesini tiap sabtu sore. Baru menyerah dua bulan ini. Tapi entah kenapa tadi pengen main basket."
"Uuuu, the Ice Cold Princess bisa gemes juga, deh." Pipi Jinan ditarik gemas oleh gadis itu sampai terasa sakit, "aw! Sakit!"
"Sorry, ya, aku pergi gitu aja. Tapi sekarang udah disini lagi, kok. Mommyku juga udah selesai sama pekerjaannya di luar."
Jinan mengangguk sambil mengusap-usap pipinya yang terasa panas.
Gadis ini, kenapa dia selalu membuat Jinan kesal dan senang di saat yang bersamaan? Padahal mereka tidak pernah bertukar nama, apalagi alamat rumah. Yang Jinan tahu hanya gadis ini cacat karena kehilangan kaki kirinya, dan sekarang ia memakai kaki palsu.
Mereka hanya bertemu disini setiap sabtu sore untuk bermain basket, saling memanggil dengan aku-kamu, atau Miss Fire dan the Ice Cold Princess. Entah sejak kapan mereka memberi julukan se-intim ini, tapi yang jelas Jinan memanggilnya begitu karena gadis di sampingnya ini selalu membuatnya kesal, dan emosinya sendiri yang tidak stabil. Juga karena Jinan melihatnya so hot as fuck.
Sedangkan kita semua tahu kenapa Jinan dipanggil seperti itu.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐥𝐤𝐲𝐫𝐢𝐞
FanfictionPembalasan dendam akan datang pada saat era baru. Dua kubu yang saling berseberangan harus membunuh terlebih dahulu sebelum mereka terbunuh. Jatuh cinta, tidak ada dalam pilihan. Tapi pemberontak akan selalu ada. Another JKT48 story. gxg HeroesLeg...