10

597 72 0
                                    

"Ci?"

Shani menoleh, saat ia dan Gracia berada di laboratorium, mereka mendengar suara Freya memanggil. Gadis itu berdiri di ambang pintu dengan wajah yang berbeda dengan yang mereka lihat dua hari ini. Freya selalu ceria apalagi saat berkumpul dengan para gadis, tapi entah apa yang membuatnya seperti sangat ragu dan khawatir saat menemui Shani dan Gracia sekarang.

"Ada apa, Freya?" tanya Gracia. Ia menyuruh gadis itu masuk dan duduk di dekat mereka.

"Ci, aku mau kasih sesuatu," tangan Freya terulur dan disana ada sebuah micro sd, "ini isinya rekaman kamera di baju bodyguard Ayah. Ayah tau dia ga bakal aman selamanya, jadi dia pasang kamera-kamera di baju para bodyguard. Dan pas Ayah dibunuh, cuma ada satu bodyguard yang menjaga, jadi ini--"

"--bukti kriminal." Gracia mengambil micro sd itu dan menelisiknya sejenak. Ia menatap Shani dan Freya bergantian dan tanpa meminta izin Gracia memasukkan kartu itu ke dalam sebuah reader USB dan memasukkannya ke laptop.

Mata mereka memicing saat melihat samar-samar keberadaan Ayah angkat Freya tengah berjalan mondar-mandir di depan sang bodyguard. Entah apa yang mereka bicarakan, tidak ada suara yang terdengar dari video tersebut.

Tapi tak lama setelah itu, tiba-tiba sang bodyguard yang tadi dalam keadaan siap langsung bergerak seperti mengejar sesuatu. Ia keluar dari ruangan dan di lorong ada seseorang berhoodie hitam dan celana panjang jeans yang senada. Gracia menatap orang itu, sepertinya ia seorang gadis karena saat menoleh ke belakang, rambut panjangnya sedikit keluar dari kupluk hoodie yang ia pakai.

"Dia pakai masker, apa yang dia lakukan tadi?" Gracia kembali menatap serius pada gadis itu sebelum akhirnya sang bodyguard berhenti mengejarnya dan langsung kembali ke ruangan yang sebelumnya. Disana Ayah Freya tergeletak di lantai, sang bodyguard lantas berlutut dan memeriksa keadaannya. Ia berdiri dan seperti hendak memanggil seseorang melalui ponsel yang ia pegang di depan dada, tapi tiba-tiba ia jatuh tertelungkup di lantai. Badannya terbalik, Shani, Gracia, dan Freya bisa melihat wajah gadis itu yang tertutupi masker.

"Sayang videonya cuma 360p, Ci," ucap Freya sambil menunduk.

"Gre, puter balik pas orang itu ngebalikin tubuh bodyguard." Shani memberi kode gerakan jari untuk Gracia memutar kembali video ke beberapa detik sebelumnya. Dan saat Gracia melakukan itu, mata Shani memicing, "dia pakai gelang warna putih."

"Ci, jangan bilang Ci Shani mau jadiin barang itu sebagai patokan pelaku? Gelang kaya gitu banyak dijual di luar sana, Ci." Gracia mendelik pada Shani yang sepertinya memikirkan hal yang sama dengannya.

"Ci Shani ga serius, kan?"

"Kita kasih tau Jinan soal ini."

* * *

Buughh!!

"Mmphhh!!" Jinan meringis tertahan karena merasakan sakit di perutnya akibat hantaman bola basket yang tiba-tiba ia dapatkan. Bola itu tepat mengenai jahitan luka yang belum kering betul, tapi karena kerasnya hantaman itu membuat Jinan merasakan lukanya kembali perih.

"Kenapa kamu? Tumben kesakitan, padahal kena bola doang," ucap seorang gadis yang bisa dipastikan adalah pelakunya. Karena di lapangan ini, hanya ada ia dan Jinan.

"Ga, gapapa. Cuma ga siap aja tadi, kaget," jawab Jinan sebagai alibi. Gadis itu hanya mengangguk dan berusaha merebut bola dari tangan Jinan, dan dengan mudah, ia berhasil mendapatkannya. Tentu hal itu memancing perhatian sang gadis karena tidak biasanya Jinan jadi play fool seperti ini.

"Kamu kenapa? Kok pucat?" tanyanya. Jinan yang menunduk itu lantas mendongak untuk menatapnya, tapi yang ia dapatkan adalah mata khawatir dari orang itu. Tatapan yang tidak biasa ia lihat.

𝐕𝐚𝐥𝐤𝐲𝐫𝐢𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang