7

660 83 4
                                    

Dengan lincahnya seorang gadis memberi perlawanan pada lawan yang ada di depannya sekarang. Langkahnya maju dengan cepat sementara yang ia lawan ikut berjalan mundur untuk menghindari serangannya.

Gadis itu bertarung dengan gaya kungfu khas Tionghoa. Gerakannya gesit, membuat lawannya harus selalu siaga jika tidak ingin terkena serangan. Tapi sepertinya ia memang belum sehebat gadis berwajah oriental itu. Terbukti dengan lengahnya ia saat sang lawan memberi serangan dan mengenai kaki kanan, ia langsung terjatuh ke lantai kayu dengan keras.

Buughhhh!!

Ia langsung meringis ketika merasakan punggung bagian belakangnya terbentur ke lantai. Ini sudah yang kesekian kalinya ia jatuh dalam latihan hari ini.

"Maaf, Cindy. Sepertinya aku terlalu berlebihan tadi, jatuhmu keras sekali." Gadis oriental itu mengulurkan tangan pada Cindy-- gadis yang kalah tadi, untuk membantunya berdiri. Dengan segera ia meraih uluran tangan tersebut dan merasakan badannya tertarik lalu kembali berdiri.

"Nah, it's okay, Celine. Keknya emang aku aja yang lemah."

Celine menggeleng, ia tersenyum dan menepuk bahu Cindy, "kamu hebat, Cindy. Cuma emang belum terbiasa aja sama kaki barumu."

Keduanya lantas menatap ke bawah, lebih tepatnya ke kaki Cindy, "yeah, pergerakannya masih sedikit kaku. Jadi sulit buat gerak cepat gitu. But i'm sure it will be fine soon."

Celine mengangguk, "aku juga yakin itu, Cindy. Semangat, ya?"

"Pasti."

Keduanya lantas membereskan botol minum dan beberapa barang yang mereka bawa hari ini di ruang latihan sebelum kembali ke ruang utama untuk melapor.

"Cindy, kalau Sensei tanya soal latihan hari ini, biar aku yang jawab, oke? Kamu diem aja pokoknya."

"Eh, kok gitu?"

"Udah, nurut aja sama aku."

Keduanya berjalan santai menyusuri koridor mansion yang luas itu, lantai-lantainya terbuat dari kayu yang membuatnya berdecit saat terinjak telapak kaki.

Ketika mereka sampai di depan sebuah ruangan, Cindy langsung menggeser pintu dan nampaklah seorang wanita duduk bersimpuh diatas bantal dengan tenang. Nampaknya masih bermeditasi, tapi tentu ia bisa merasakan seseorang datang.

"Masuklah," perintahnya. Cindy dan Celine lantas masuk dan duduk dengan hormat di depan wanita itu.

"Kamu menang lagi, Celine?" tanyanya.

Celine langsung membungkuk pada wanita berperawakan tinggi itu, "tidak, Sensei. Nona Cindy berhasil menjatuhkan Saya 3 kali dalam 7 ronde."

"Itu berarti dia jatuh 4 kali. Tetap saja kamu yang menang, Celine."

"Hait, benar, Sensei. Tapi ini adalah kemajuan dari Nona Cindy dari latihan yang sebelumnya, Sensei."

Wanita itu membuka mata ketika mendengar pernyataan itu dari Celine, mata tajamnya menatap dua gadis itu secara bergantian. Namun saat tatapnya bertemu dengan Cindy, hunusan pedang terasa keluar dari retina mata sang wanita dan seakan menusuk Cindy saat itu juga.

"Kau masih lemah. Menjatuhkan Celine 3 kali dari 7 ronde bukan hal yang bisa kau banggakan," ucapnya dengan remeh.

Cindy lantas menunduk dalam, rahangnya mengeras dan hatinya sakit menahan emosi karena ia selalu di remehkan seperti ini. Kedua tangannya mengepal diatas paha. Rasa-rasanya ia ingin mengamuk saat itu juga di ruangan ini, tapi ia sadar siapa yang ada di depannya.

"Untuk membalas dendam pada orang yang membunuh semua keluargamu, menjadi lemah bukanlah hal yang bisa kau banggakan. Apa yang akan kau lakukan nanti jika berhadapan dengannya? Kau pasti mati dalam satu detik," ucapnya lagi.

𝐕𝐚𝐥𝐤𝐲𝐫𝐢𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang