8

559 80 1
                                    

Sudah selama ini tapi mereka masih mengagumi kekuatan satu sama lain. Bahkan sekarang Ashel dan Marsha sering berkolaborasi untuk membersihkan rumah dengan kekuatan mereka. Apalagi Adel dan Zee, mereka selalu jadi pahlawan saat di rumah mati listrik.

Hanya Jinan yang belum tahu kekuatannya sendiri. Shani dan Gracia bahkan sepakat kalau kekuatan Jinan berada dalam hati dan pikirannya yang selalu tenang, jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab yang ia miliki juga terlampau hebat untuk kapten semuda dirinya.

Mereka sudah sampai, yang mereka lihat hanya sebuah gubuk kecil seperti pos penjagaan berdiri di dekat sungai.

"Hanya ada mereka, Kak. Aku ga liat orang lagi disini," ucap Zee. Ia melihat ada 12 orang tengah berjaga di pos itu. Beberapa ada yang di tanah main gaple, dan beberapa mengobrol di gelapnya malam. Hanya ada satu lampu petromax yang menerangi tempat tersebut.

"Ga mungkin, Zee. Gue denger banyak banget detak jantung orang. Ada suara orang nangis juga." Adel membantah gadis itu dengan apa yang ia dengar.

"Sumpah, demi BHnya Marsha, Del. Gue cuma liat mereka doang!"

"Heh! Kenapa BH gue dibawa-bawa?!"

"Ya daripada isi BH lo gue bawa-- aduh!" Marsha geram, ia langsung melempar sebuah ranting kayu dan mengenai kepala belakang Zee.

"Hei, udah-udah. Jangan berisik, nanti mereka bisa denger," ucap Jinan. Tiga gadis itu pun langsung terdiam karena tatapan sang Kapten langsung membekukan mereka.

"Aw!" Dey tiba-tiba berteriak saat merasakan kakinya sakit. Ia melihat ke bawah dan ada satu semut merah disana yang baru menggigit kulitnya.

"H-hei, kenapa aku digigit?"

Semut itu langsung menatap Dey dan mengatakan sesuatu dengan bahasanya sendiri. Gadis yang lain menatap Dey dengan serius, menunggu semut itu mengatakan apa pada Dey.

"Dia bilang apa, Ka Dey?" tanya Marsha.

"Serius kamu?" tanya Dey pada sang semut.

"Dey? Dia bilang apa?" Kali ini Jinan yang bertanya.

Gadis pirang itu menatap Jinan, "cuma ngegosip hutan, Kak. Katanya raja mereka kawin sama betina lain."

"Astaga Tuhan!"

"Nyesel banget gue dengerin mereka ngobrol."

"Anjir lah, nyesel nungguin."

Dey tersenyum tanpa dosa pada mereka, lantas mendengarkan lagi sang semut saat ia kembali memanggil.

"Dia bilang banyak orang di bawah tanah."

Zee langsung membelalakkan mata menyadari kebodohannya. Ia langsung melihat ke bawah tanah dan lebih memfokuskan pikirannya agar bisa melihat menembus materi yang lebih padat dan tebal itu. Sontak Zee langsung terjengkal ke belakang saat matanya melihat apa yang sejak tadi Adel dengar.

"Zee? Lo gapapa?" tanya Adel yang ada di dekatnya. Ia langsung mendekati gadis itu dan menepuk-nepuk pipinya agar sadar. Matanya nampak kosong dan wajahnya sangat terkejut.

Telunjuk Zee terangkat dan menunjuk ke bagian bawah pos itu, "Del... Me-mereka..."

Jinan langsung menyusun strategi saat mengetahui letak dimana tawanan itu ditahan-- di bawah tanah.

"Kita bisa beresin yang di atas, tapi kalau di bawah ada orang jahat bersama tawanan, kita harus hati-hati." Jinan menatap anak buahnya satu persatu, wajah mereka nampak serius mendengar rencana yang akan disusun.

"Zee, ada berapa orang di bawah tanah?" tanya Jinan.

"120 lebih kak, ditambah 15 orang yang keknya jahat karena mereka bawa senjata. Ruangannya sempit, mereka dempet-dempetan di dalem." Jinan mengangguk, tidak mungkin mereka meledakkan tempat itu karena pasti akan ada korban jiwa.

𝐕𝐚𝐥𝐤𝐲𝐫𝐢𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang