16

493 63 3
                                    

Perlahan mata Jinan terbuka saat kesadarannya sudah kembali. Ia merasakan dinginnya aspal yang basah menyentuh pipinya.

"Lo kan tadi udah jalan, bege! Sekarang giliran gue." Suara Adel langsung menyadarkan pikiran bingung Jinan dan membuatnya terduduk diatas aspal, melihat dua gadis tengah merokok dengan sebuah ponsel yang ada diantara kedua tubuh mereka.

"Eh, Kak Jinan bangun, Del." Dengan segera mereka langsung membuang rokok itu dan mendekat ke arah Jinan.

Jinan tak ingin mempermasalahkan rokok itu untuk sekarang, kepalanya terasa pusing dan tubuhnya lemas, "i think i need an infuse inject."

"Oh yeah, of course, you will get the inject."

Huracan Adel memasuki area rumah disusul KLX yang Zee bawa. Mereka masuk memapah Jinan dan membawanya langsung ke ruang tengah, mendudukkannya di sofa dan menyuruhnya istirahat sebentar.

"Gue panggil Kak Dey dulu, keknya Kak Jinan perlu di infus. Badannya udah lemes kaya HVS kena air gini," ucap Zee.

Adel menatap kesal pada Zee yang sudah berjalan naik ke lantai dua, "ya kan tadi Kak Jinan udah bilang butuh diinfus, Ngab."

Sepeninggal Zee, Jinan lantas menatap Adel yang duduk di karpet sambil makan kuaci, "tadi aku ngapain aja, Del?" tanya Jinan dengan suara lemasnya.

"Aku juga gatau, Kak. Tiba-tiba Kak Jinan ngamuk sampe bawa-bawa apa itu tadi namanya--"

"Hagibis, Del," sambung Dey yang datang membawa alat medis peninggalan Shani dan sekantong infus di tangan Zee.

"Nah iya, Hagibis." Adel kembali memasukkan beberapa biji kuaci yang berhasil ia kupas ke dalam mulutnya sebelum lanjut cerita, "tadi kan aku sama Ara pingsan tuh, pas kabur aku bangun. Terus kata Ashel Kak Jinan masih disana sendiri. Aku sama Zee terus tukeran posisi. Kita balik, Ashel bawa mobil Mazda terus Chika bawa Supra Kak Jinan sama Gita."

"Gita kalian bawa?" tanya Jinan. Adel, Dey, dan Zee mengangguk, "iya, Kak. Keknya lagi disiksa sama cewek-cewek di ruang bawah," ucap Zee, ia sedikit bergidik mengingat bagaimana Marsha, Chika, dan Ashel jika sudah dalam mode evil mereka.

"Ara gimana?"

"Dia ok, cuma lagi tidur aja buat mulihin syaraf dia yang mati tadi," jawab Dey. Jinan hanya mengangguk, cukup lega karena tidak kehilangan satu keluarga lagi dalam hidupnya.

"Distrik itu luluh lantak, Kak. Hagibis Kak Jinan bener-bener serem."

Jinan ingat bagaimana ia dan angin-angin itu seakan berteman dan bekerjasama untuk memerdekakan emosinya. Dan saat itu juga ia teringat akan gadis yang terakhir kali ia lihat sebelum pingsan.

"Gita mau diapain, Kak? Sudah pasti dia yang bunuh Ci Shani sama Ci Gre. Bahkan tadi sore Marsha dapet vision kaya Ci Gre, disana dia liat Gita bunuh Kak Kinal," ucap Adel.

Zee kemudian ingat saat ia berhadapan dengan Gita sebelumnya. Saat itu ia juga berada di lokasi yang sama dengan yang diceritakan Marsha, tapi ia melihat dari point of view Gita yang tengah menghabisi mereka satu persatu.

"Kak Jinan kalau bolehin, gue mau bunuh dia sekarang," ucap Zee. Jinan yang sedikit menahan perih akibat Dey menusukkan jarum ke pembuluh darahnya langsung menggeleng.

"Jangan, jangan dulu. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padanya."

* * *

"Sshhhh! Gila sakit banget!"

Cindy mengerang ketika ia membuka kaki palsunya di dalam Nissan GTR yang dikendarai Celine. Lajunya tidak terlalu cepat karena takut akan terjadi banyak benturan pada mereka.

𝐕𝐚𝐥𝐤𝐲𝐫𝐢𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang