Ashel menyipitkan mata saat melihat Adel duduk bersila diatas kasur dengan mata yang terpejam. Gadis itu baru saja keluar dari kamar mandi, bahkan sebuah handuk kecil masih ia usap-usapkan pada rambutnya yang basah.
"Ngapain kek gitu? Lagi bertapa kamu?" tanya Ashel, Adel yang mendengar suara gadis itu bertanya langsung membuka mata kiri dan menatap Ashel yang duduk di tepi ranjang.
"Bangunlah, wahai petapa genit. Sana mandi!" Ashel seperti mengucapkan sebuah mantra dan kedua tangannya ia gerakkan diatas kepala Adel, "sudah 1000 tahun kamu bertapa disini dan tidak mandi, badanmu bau sekali!"
Adel tidak bisa menahan tawanya melihat tingkah Ashel yang seperti itu. Dengan segera ia bangkit dan menubruk tubuh Ashel hingga keduanya berguling-guling diatas kasur.
Gadis berambut panjang itu tertawa karena Adel dengan iseng menggelitiki tubuhnya.
"Hahaha, cium nih bau petapa genitmu! Hahaha!"
"Ih, Adel! Serius kamu hahaha-- bau! Mandi sana ih!"
Adel masih ingin menggoda gadis itu sebelum ia kembali mendengar suara percakapan serius antara dua gadis di lantai bawah. Ia kemudian turun dari atas badan Ashel dan menatapnya dengan mata yang bersungguh-sungguh.
"Aku ga sengaja nguping Kak Jinan sama tuh orang, Cel," ucap Adel, mengakui perbuatannya. Tentu Ashel kaget karena Adel sudah bersumpah untuk tidak mengganggu privasi pembicaraan penting orang lain dengan kekuatannya. Pun dengan Zee, ia tidak boleh mengintip orang, tapi sebenarnya ia masih sering mengintip Marsha, jangan bilang siapa-siapa.
"Tapi serius, ini menarik banget. Kamu pasti ga bakal percaya kalau aku bilang mereka udah kenal sebelum kejadian ini."
Mata Ashel membulat, "hah?! Serius?!"
Gadis berambut pendek itu mengangguk yakin, "kamu tahu kan, tiap sore Kak Jinan sering pergi keluar?"
"Yang pamitnya main basket itu?" Adel mengangguk lagi, "itu ternyata dia ketemu tuh cewek di lapangan basket, Cel. Awalnya Kak Jinan sedih kan pas Kak Kinal-- kau tahu--"
"Yah, She's so depressed at that time."
"Nah, terus akhirnya dia ketemu tuh cewek disana. Sama-sama lagi depresi, ketemu, curhat, cocok, ya sudahlah mereka deket. Tapi ga pernah kenalan gitu kudenger."
Alis kiri Ashel naik, bingung dengan apa yang Adel bicarakan di kalimat terakhir, "kok bisa kenal, tapi ga kenalan?"
"Mereka ga pernah sebut nama masing-masing. Gatau kenapa. Tukeran nomor hp juga engga, aneh banget pertemanannya Kak Jinan."
"Close but stranger?"
* * *
Canggung, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana meja makan saat ini.
Jinan yang sibuk membuat omelet dan roti bakar untuk kumpulan gadis-gadis itu harus ekstra bersabar mendengar pertengkaran yang entah kapan akan berakhir.
Ini sudah dua hari sejak pengakuan Gita, dan dengan perundingan yang alot, akhirnya tim Valkyrie membolehkan Cindy dan gadis-gadisnya untuk tinggal di rumah mereka. Karena setelah dipikir-pikir, Beby membesarkan mereka semua untuk saling menjaga. Apalagi sekarang tujuan mereka sama, yakni memburu satu orang yang lagi-lagi, mengkhianati mereka.
Freya Jayawardana.
"Astaga..." Adel mengerang ketika merasakan kursinya tersenggol dari belakang, membuat ia yang hendak minum malah menumpahkan sedikit susu dari dalam gelas.
"Kena?" tanya seorang gadis yang kini duduk di sebelahnya. Adel menatapnya dengan sengit, matanya menajam dan seperti ia hendak memaki gadis itu dengan umpatan kasar. Tapi ia masih menghormati kehadiran Jinan disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐥𝐤𝐲𝐫𝐢𝐞
FanfictionPembalasan dendam akan datang pada saat era baru. Dua kubu yang saling berseberangan harus membunuh terlebih dahulu sebelum mereka terbunuh. Jatuh cinta, tidak ada dalam pilihan. Tapi pemberontak akan selalu ada. Another JKT48 story. gxg HeroesLeg...