Maaf ya gak update beberapa hari karena diserang kemalasan akut.
Oke selamat membaca, jangan lupa tekan vote karena 1 vote sama dengan 1 nafas untuk author jiakkssss..
🍒🍒
"Andrew!"
Andrew menoleh saat seorang gadis memanggilnya. Ternyata gadis itu adalah Lunark. Mereka berada di kelas yang sama. Lunark tidak kebagian tempat duduk. Kenji sudah duduk bersama seorang gadis yang tadi diperkenalkan sebagai Princess of Moonhell. Sementara Lilac duduk di samping gadis cantik yang tidak dikenalnya. Hanya ada satu bangku yang tersisa, di samping Andrew Fauglan. Melihat primadona baru Royal Eternity memanggil serta berjalan ke arahnya, Andrew tersenyum cerah.
"Ini kelas pertamamu, Lunark. Kau boleh duduk disini," kata Andrew sumringah.
Lunark meletakkan bukunya di atas meja lalu duduk di samping Andrew. Karena profesor yang mengajar belum masuk ke dalam kelas, Andrew mengajak Lunark mengobrol.
"Hei, dia keturunan Marquess sungguhan?" tanya Andrew masih penasaran sambil mengedikkan dagunya ke arah Kenji yang sedang bercengkrama dengan Isabella Marjorie.
"Entahlah, dia pernah bilang begitu. Aku sendiri tidak tahu bagaimana rupa Marquess of Serenshire itu."
Andrew menggelengkan kelala sambil mengacungkan kedua jempolnya. "Hebat! Akhirnya si angkuh itu punya saingan."
"Si angkuh?" tanya Lunark bingung.
"Alaric Vedmord. Pemilik gelar tertinggi disini. Masuk tingkat satu," jelas Andrew.
Lunark mengangguk paham. "Sebentar, aku masih belum mengerti soal tingkat-tingkat yang dibicarakan orang-orang tadi." tukas Lunark yang tiba-tiba tertarik mengobrol dengan putra earl itu.
Andrew memutar tubuhnya menghadap Lunark. Gadis itu juga melakukan hal yang sama. Ia melupakan pandangan negatif tentang Andrew kemarin, ternyata lelaki ini cukup seru. Mereka berdua tidak sadar telah menjadi pusat perhatian.
Si pembuat onar dan si cantik idaman semua orang.
"Ada tiga tingkat yang membedakan golongan darah murni dan campuran. Tingkat pertama adalah mereka yang lahir dari pernikahan sah. Mereka disebut darah murni karena kau tahu sendiri kan para bangsawan hanya menikah dengan bangsawan. Anak mereka disebut darah murni, dipandang tinggi dalam keluarganya. Terutama anak sulung.
Tingkat kedua, ini adalah tingkat yang paling banyak disandang murid-murid. Mereka memiliki Ayah atau Ibu bangsawan dan juga Ayah atau Ibu berstatus rakyat biasa. Istilahnya darah campuran antara bangsawan dan jelata. Tingkat ini menunjukkan betapa menjijikkannya para bangsawan itu. Memiliki anak diluar nikah bukan prestasi yang membanggakan. Contohnya aku, korban kebiadaban Ayahku."
"Siapa ibumu?" tanya Lunark polos.
"Seorang Viscountess di negri sana. Dia tidak penting, tak usah dibahas," jawab Andrew malas.
"Ibumu seorang bangsawan, mengapa kau disebut darah campuran?" Tanya gadis itu tak mengerti.
"Karena Ayah dan Ibu tidak pernah menikah. Aku ini anak haram. Baiklah bisakah kita kembali ke topik awal?" Andrew tersenyum lebar yang malah tampak mengerikan.
Lunark hanya mengangguk.
"Tingkat yang terakhir...di tingkat ini, darahmu dipertanyakan. Kau tidak tahu siapa orang tuamu. Mereka berasal darimana atau garis keturunan siapa. Tapi selama kau bisa menghasilkan sihir, sudah pasti salah satu orang tuamu keturunan bangsawan. Atau bisa saja keduanya adalah bangsawan yang mungkin telah melewati kisah pahit yang mengharuskan mereka menyembunyikan status aslinya. Hanya sedikit dari mereka yang berada di tingkat ini. Rata-rata datang dari Arachne," Andrew mengakhiri penjelasan panjangnya.
Lunark mencerna penjelasan Andrew yang sebenarnya mudah dimengerti. Hanya saja hal itu memerlukan proses penerimaan yang panjang untuk orang yang tidak pernah keluar dari kampung halamannya.
"Dimana itu Arachne?" tanya Lunark pelan karena profesor sudah datang.
"Tempat asalku," sahut seorang murid laki-laki di belakang Lunark.
Mereka berdua terkaget dan menoleh ke belakang. Laki-laki kurus berambut hitam keriting tersenyum lebar ke arah Lunark.
"Disana ada banyak tempat pelacuran. Bangsawan datang sesekali, diam-diam," tambahnya.
Profesor Aldama menyimak pembicaraan mereka dari jauh. Ketiga murid itu tampak tak peduli atau tidak tahu akan kehadirannya. Beliau mengangkat tongkat kayu yang biasa digunakan untuk mengajar dan mengetukkannya ke meja dalam tempo lambat. Tapi ketiga muridnya itu mengacuhkannya dan terus berlanjut membahas tentang tempat prostitusi yang mana hal itu sangat tidak pantas dibicarakan antar laki-laki dan perempuan yang belum menikah.
"Fauglan, Valency, Barley, " panggil Profesor Aldama pelan.
Ketiga orang itu langsung menghadap ke depan dan membuka bukunya cepat-cepat. Buku sejarah yang sangat tebal itu secara ajaib membuka pada halaman 56. Lunark kagum dan menatap Profesor Aldama yang juga sedang menatapnya dengan tatapan galak.
⍺ℽⅇ↯, ⅆⅇℊℽ⍺, ℎⅇ⍑⍺p͎ⅈℴℼ
[Aresh, Degra, Hetapion]
Profesor Aldama duduk di kursinya. Para murid segera menyiapkan kertas dan tinta. Royal Eternity tidak memiliki papan tulis seperti sekolah pada umumnya. Murid-murid diwajibkan mencatat semua pelajaran yang keluar dari mulut pengajarnya. Beberapa guru memang ada yang membawa papan tulis milik pribadi yang disihir. Tapi Profesor Aldama bukan tipe orang yang mau repot-repot melipat papan tulis dan memasukannya ke dalam saku. Ia praktis mengucapkan langsung apa yang akan disampaikannya.
Untuk murid baru sudah pasti kesulitan mengikuti metode pembelajaran Royal Eternity yang cukup ekstrim.
Lilac mendapatkan masalah dengan tinta. Benda itu menetes dimana-mana karena kesalahan teknis dari pemggunanya. Andrew langsung menyihir tinta itu supaya bisa digunakan oleh orang awam seperti Lilac yang tidak pernah bersentuhan dengan tinta seperti ini. Lilac menghadap ke belakang sambil berbisik, "Terimakasih."
"Aresh adalah sungai yang mengalir di seluruh Walterlish. Nama Aresh diambil dari nama roh air itu sendiri. Hanya Aethelred Agung yang bisa berkomunikasi dengan Aresh... "
"Profesor, apakah air bisa berbicara? " tanya Lilac mengedepankan logikanya.
Profesor Aldama tidak tersinggung ucapannya dipotong begitu saja dengan pertanyaan yang sangat wajar bagi orang asing seperti Lilac. Ia justru berjalan menuju tempat duduk Lilac.
"Lilac Hale, Walterlish lebih hebat dari yang kau kira. Walterlish memiliki segalanya."
"Kecuali Raja, " tukas salah satu murid.
"Ada, Walterlish masih memiliki Raja, " sahut Profesor Aldama tajam dan penuh keyakinan.
Tiba-tiba Andrew terkekeh. "Lantas dimana dia ketika negri ini dijarah, Profesor? "
Seisi kelas terdiam, mengiyakan pertanyaan Andrew yang dinilai kurang ajar.
"Fauglan... "
Andrew mendongak. Profesor Aldama sudah berdiri menjulang di depannya sambil membawa tongkat mengajarnya.
"Pertanyaanmu akan terjawab ketika Aresh, Degra, dan Hetapion bersujud. Kau bisa mempertanyakannya lagi ketika Agrasias bangkit untuk memenuhi panggilannya. Dan kau bisa mempercayainya ketika Dia Yang Berjubah Putih membuka rahasia langit, " lanjut Profesor Aldama dengan suara sedalam samudra.
Andrew Fauglan terdiam dan Profesor Aldama kembali melanjutkan kelasnya.
~👑~
Maaf ya pendek banget
T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Chronicles
Фэнтези"Kau tahu, di langit tersimpan sebuah rahasia. Rahasia besar mengenai pewaris tahta. Jika kau mau tahu, suruh mereka bercerita. Maka mereka akan bercerita. "