Mawar Berdarah

958 89 4
                                    

"Gunakan otak kalian dan cobalah berguna sedikit saja!!!"

Seisi kelas menoleh ke arah kelompok yang sejak tadi ketuanya berteriak marah. Mereka hanya diberi tugas untuk memotong apel dengan pisau tanpa menyentuhnya. Mereka harus menggunakan sihir secara bergantian. Dan sialnya Lunark harus sekelompok dengan Andrew, Barley, dan seorang lelaki pendiam bernama Hans. Mereka tidak membantu sama sekali. Andrew malah memakan apelnya.

"Kau sejak tadi juga tidak berbuat apa-apa, " keluh Andrew.

"Apa kau bilang?! " teriak Lunark murka. "Aku sudah memotong tiga buah untuk kalian dan kau bilang aku tidak berbuat apa-apa?!"

Lunark menggebrak meja dan melempar pisau ke depan. Pisau itu mendarat dalam keadaan menancap di depan selangkang Andrew. Lelaki itu menahan nafasnya mengetahui masa depannya hampir punah.

"Sekarang lakukan seperti yang kuperintahkan! "

Mereka bertiga langsung berdiri. Tidak lagi malas-malasan. Lunark mengangkat tiga pisau dengan sihirnya lalu melempar tiga buah apel ke udara. Apel itu jatuh sedetik kemudian dalam keadaan utuh.

"Sialan kau... " Lunark memejamkan mata menahan amarah. Ia kembali memungut tiga apel itu dan menatap mereka bertiga. "Saat apel ini kulemparkan, pastikan kalian mengarahkan sihir kalian ke pisau itu. Jika gagal lagi, aku sendiri yang akan memotong leher kalian. "

Lunark menyumbang kekuatannya untuk membuat pisau itu tetap melayang dan seimbang. Gadis itu melempar apel-apelnya ke udara. Andrew, Barley, dan Hans segera menghabisi buah itu.

"Akhirnya, " gumam Lunark lelah.

Marianne mendatangi dan memberi sedikit nilai karena kelompok mereka yang paling akhir. Kelas bubar setelahnya. Lunark melepas jubahnya dan bersiap makan siang.

Matanya menangkap sesosok kepala sekolah sedang berbincang dengan seseorang. Ia menyipitkan mata dan mencoba melihat siapa pria tidak asing itu. Tetapi, saat ia berkedip, kepala sekolah itu sendirian.

Lunark mengucek matanya barangkali ada debu di matanya. Gadis itu membuka matanya kembali dan kepala sekolahnya memang benar-benar sendirian.

~👑~

Brak!

"Kita mulai dari kutu kecil ini," Olivander menunjuk bagian terbawah dari sebuah bagan berisi susunan anggota perdagangan manusia.

"Salamender? " Lunark merasa konyol saat membaca namanya.

"Aku kurang tahu siapa namanya. Kemarin apa kata Franklin ya... "

"Kau mengajak Franklin ke dalam rencana ini? Dan kau menyebarkan identitasku?! " tanya Lunark berang.

"Tidak, tidak. Identitasmu tetap aman. Aku hanya bertanya mengenai ini. Dia sangat mengerti siapa dan apa saja yang mereka perbuat. Di Wizberg-lah semua ini berawal,"

"Lalu mengapa mereka tetap menjadi yang terkecil di komunitas ini? Seharusnya mereka yang terbesar. "

"Begini, Valency, kau belum memahami semuanya. Ketika mendiang Prince of Eterzelda mencetuskan sistem perbudakan paksa. Viscount of Wizberg menolak adanya kebijakan itu. Dan Pangeran Emmerejne membunuhnya di depan rakyat. Lalu Franklin naik pangkat di usianya yang masih muda. Kau tahu apa yang bisa diperbuat anak usia 10 tahun untuk mengatasi ketidakmanusiaan ini? " Olivander menatap Lunark dan tidak menemukan adanya jawaban disana. "Franklin tidak bisa berbuat apa-apa. Ia masih didampingi Ibunya yang meninggal dunia tiga bulan setelah pengangkatannya. Kurang lebih ia sama seperti Vedmord, terombang-ambing tidak jelas sampai akhirnya menyadari eksistensinya sebagai bangsawan. "

Queen Chronicles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang