Her Highness (2)

834 94 7
                                    

Attention please!

Sebelumnya aku minta maaf banget di part sebelumnya (Her Highness ) ceritanya kepotong.

Aku baru sadar waktu baca dia di library dan.... Gak nyampe selesai dong. Eh tapi kalau di library kalian bagaimana? Kalau di ponselku cuma nyampe setengah doang jadi nggantung gitu ceritanya.

PLEASE COMMENT!

Kalau misal ceritanya udah sampe selesai, kalian komen ya plisss aku gatau ini yang error hp ku atau memang ga nyampe akhir. Pokoknya ini aku post bagian yang gak ikut ke publish. Cuma sedikit bagian akhirnya. Maksud aku akhir dari part itu bukan cerita ini ya hehe.

Sekali lagi maaf atas ketidaknyamanannya
🙏😭

***

Angin musim gugur membelai rambut sebahu Lilac dengan lembut. Ia pun tersenyum.

"Keluarkan energi kalian. Tarik kembali sampai angin-angin itu menyelubungi jemari kalian!"

Lunark tersenyum penuh keyakinan. Ia sudah mengerti soal angin karena anginlah sihir pertama yang keluar darinya. Gadis itu memarik nafas panjang, membiarkan emosinya menguar ke angkasa. Ia membayangkan angin berubah menjadi manusia yang kemudian berdansa dengannya. Senyumannya melebar ketika sesuatu yang dingin menggenggam lembut jemarinya.

"Lunarkaise Valency! Lolos! " seru Marianne membuat orang-orang menoleh heran. Semua melihat pusaran angin melayang di atas telapak tangan gadis itu.

Murid-murid yang lain langsung fokus. Tak mau kalah oleh anak baru. Mereka berhasil menyusul Lunark. Kenji membuat angin berpusar dengan tenang. Andrew menciptakan pusaran sebesar api lilin. Marianne menggelengkan kepala tak habis pikir. Helena memamerkan pusaran anginnya yang hebat. Marianne memujinya dan memberi nilai tinggi.

Tersisa Lilac. Ia belum merasakan adanya angin di sela-sela jemarinya. Selama ini kemampuannya hanya membakar, membakar, dan membakar. Lilac merasa orang-orang mulai memperhatikannya. Ia diserang panik. Gadis itu menoleh tapi matanya tidak mau membuka. Telinganya menangkap ucapan tak mengenakan dan itu membuatnya semakin panik. Bagaimana jika ia tidak bisa? Bagaimana jika ia gagal, tidak lulus dan tertinggal lalu...

"Your Highness..."

Sebuah suara halus, suara paling halus yang pernah didengarnya, berbisik lembut di telinga Lilac. Ia mencoba membuka mata untuk mengetahui siapa pemilik suara itu. Matanya tetap terpejam. Apa yang terjadi kepadanya?

"Your Highness... "

"Kau berbicara denganku? Siapa kau? " itu hanyalah pertanyaan dari dalam hati. Bibir Lilac tak sanggup mengeluarkan kata-kata.

"Siapa kau?!"

"Hetapion... "

Hening sejenak. Lilac merasa ada yang tidak asing dengan nama itu. Hetapion... Hetapion... Hetapion... Oh ayolah, Lilac! Kau pernah mendengar nama ini. Cobalah mengingatnya.

Mata Lilac terbuka. Hetapion.... Sang angin, api, dan juga air. Salah satu dari tiga roh yang mendiami Walterlish. Lilac menoleh melihat tangannya digenggam oleh sebuah tangan tak transparan. Angin mulai muncul disela-sela jemarinya. Lilac menatap ke sekeliling. Orang-orang tampak normal bahkan profesornya juga tak menunjukkan reaksi apapun. Mereka tak dapat melihat Hetapion. Tak ada yang menyadarinya.

Lilac menatap Hetapion takut-takut. Wujudnya berupa manusia dewasa, tidak jelas karena tembus pandang. Sang angin melepaskan pegangan tangannya sambil berucap, "Selamat datang kembali di Walterlish, Your Highness. "

Setelahnya ia hilang.

~👑~

Right, cuma ini yang gak ada di part sebelumnya dan ini kelanjutannya ya.

Tapi kalau ternyata bagian ini sudah tercantum di hp kalian, silahkan komen dan aku akan menyimpulkan kalau ini errornya di hp ku aja dan akan aku unpublish part ini.

Sekian terimakasih.
🍃

Queen Chronicles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang