Api Petaka

888 70 8
                                    

Lilac melamun sepanjang hari. Sampai pulang sekolah pun ia tetap memikirkan kata-kata Hetapion tentang dirinya. Ia mendadak menjadi orang linglung yang terancam kewarasannya. Segala hal ia kesampingkan termasuk pelajaran. Ia sudah cukup dibuat gila dengan sihir-sihir dan sekarang ia harus dihadapkan kenyataan besar bahwa ia seorang Aethelred. Bangsawan besar, paling tinggi dari yang tertinggi. Tuhan benar-benar memberinya kejutan yang luar biasa.

"Alaric! "

Lamuan Lilac buyar oleh suara Lunark yang memanggil nama seseorang. Lilac mendapati Alaric sedang berjalan ke arah mereka. Senyumannya semenawan langit di musim gugur. Alaric berjalan mendekati Lunark, melewati gadis itu dan berhenti di depannya. Tunggu... apa? Lilac mengerjapkan matanya untuk memastikan dirinya adalah Lilac, bukan Lunark.

Alaric masih berdiri di hadapannya sambil mengadahkan tangan. Lilac melirik ke arah Lunark melalui balik bahu Alaric. Gadis itu tidak menunjukkan reaksi apa-apa.

"A...apa? " tanya Lilac gugup.

"Lencanaku," pinta Alaric.

Lilac baru ingat lencana itu dan langsung menepuk dahinya. Ia sungguh lupa dengan lencana Alaric karena memikirkan dirinya sendiri. Gadis itu merogoh sakunya. Serenteng kunci, buku catatan, pena kusut, ikat rambut...

"Aku yakin menaruhnya disini.... Tunggu sebentar..."

Lilac mengeluarkan seisi saku besarnya. Tidak ada lencana emas yang ia simpan disana. Dimana lagi benda itu?

Sementara itu, Lunark melempar tatapan penuh tanda tanya kepada Andrew dan Kenji. Dua lelaki itu juga tidak tahu apa sebenarnya yang sudah terjadi. Mereka agak heran tiba-tiba Alaric tampak akrab dengan Lilac. Selama ini tidak pernah terlihat ada interaksi apapun kecuali pertengkaran tempo hari.

Di tempat yang tidak terlalu jauh, tepatnya dibawah patung ratu, Helena mengawasi Alaric dan Lilac.

"Ketemu! " seru Lilac riang.

Alaric itu menahan tawanya. Entah mengapa hal itu sangat lucu di mata lelaki itu. Lilac menyerahkan benda mungil itu kepada pemiliknya. Alaric langsung memasang lencana emas itu di jubahnya.

"Aku baru tahu saku jubahku mampu menampung seisi tas," sindir Alaric sambil tersenyum.

"Jubahmu? " sela Lunark kebingungan.

Alaric memutar tubuhnya dan melihat Lunark seakan baru menyadari eksistensinya disini. "Ya, aku tidak sengaja bertemu temanmu kemarin di rumah sakit. Aku meminjaminya jubah, tapi... " Alaric menatap jubahnya yang tampak menyedihkan. "Jubah ini untukmu saja, Hale. "

Mata Lunark melebar. Apa maksudnya ini? Lilac tak kalah terkejut. Begitupun gadis berambut cokelat yang berpegangan di tepi kolam. Helena membelalak tak percaya. Memberi pakaian kepada lawan jenis bisa dianggap memiliki hubungan khusus.

Alaric yang tak menyadari reaksi dua wanita lainnya, tentu ia tidak bisa melihat Helena. Ia juga tak menyadari sifat royalnya hari ini memercikkan api cemburu di dalam benak Lunark dan Helena.

"Lunark, kau bisa berdansa? " tanya Alaric tiba-tiba.

Lunark menyipitkan matanya. "Ya, tentu saja."

"Bagus, beberapa minggu lagi sudah memasuki bulan Desember. Salju akan turun dan pesta musim dingin diselenggarakan di kerajaan. Aku ingin mengajakmu kesana."

Queen Chronicles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang