Jatuhnya Sang Putra Mahkota (2)

928 82 10
                                    

"Aku masih tidak menyangka kau adalah seorang Putri Mahkota. Apa lagi yang kau sembunyikan di belakangku, Your Highness? "

Lilac tersentak kaget lantas berhenti di undakan tangga asrama Royal Eternity. Ia berbalik. Alaric sedang menatapnya dari atas. Terdapat gelas berisi champagne di tangannya. Alaric berjalan menuruni tangga sedikit demi sedikit. Pria itu berhenti di tangga di bawah Lilac.

"Katakan, Lilac, katakan... " gumam Alaric pelan.

Lilac memegang pundak Alaric lalu memeluknya. Alaric menyandarkan kepalanya di dada Lilac. Alaric merasa takut. Takut kehilangan gadis ini. Ia tidak bisa membayangkan melihat Lilac menikah dengan orang lain yang berstatus sebagai raja. Ia juga tidak mampu membayangkan mendapatkan perintah di bawah suami Lilac kelak.

Para bangsawan memutuskan untuk mencarikan Lilac pasangan yang sepadan dengan gadis itu. Awalnya mereka melirik Alaric lalu Duke of Aragon mematahkan keputusan mereka dengan mengecap Alaric sebagai keturunan pengkhianat. Darah pengkhianat tidak bisa duduk di atas singgasana.

Mereka mulai mengincar Radamel yang seumuran dengan Lilac. Tampaknya mereka juga memperhatikan keseimbangan mental calon ratu mereka dengan tidak menjodohkan Lilac dengan raja tua bangka. Lilac menolak Radamel, ia tidak mau berseteru dengan Helena. Terlebih Lilac tidak pernah sekalipun terlibat pembicaraan dengan Radamel. Mereka berdua hanya tahu nama satu sama lain. Tidak berarti saling mengenal.

Pilihan terakhir mereka adalah Hersen. Mereka ingin menikahkan Hersen dengan Lilac. Tentu saja Hersen tidak tahu menahu tentang rencana ini karena ia sedang kepanasan di kastil Everetta yang terletak di wilayah kekuasaannya sendiri, Delion. Lilac tidak membantah. Ia jadi sedikit tamak. Hersen bukan pria tua. Hersen juga bukan orang yang tidak dihormati. Ia adalah orang yang paling disegani di Walterlish sekaligus orang yang paling diincar gadis-gadis untuk dijadikan suami. Siapa yang tidak menginginkan Hersen dengan posisi seperti itu.

Akan tetapi hatinya meneguhkan diri bahwa Alaric memang orang yang dicintainya. Namun, Alaric hanya seorang Marquess. Dan Hersen adalah Duke sekaligus Putra Mahkota. Lilac dilema luar biasa.

"Alaric, aku berjanji... Aku tidak akan meninggalkanmu, " bisiknya di telinga lelaki itu. "Aku berjanji, aku akan berdiri di sampingmu sebagai seorang Marchioness."

"Wah, kau berjanji meninggalkan tahtamu? " sela seseorang.

Alaric dan Lilac tersentak. Mereka langsung melepaskan diri. Lunark tertawa sambil menaiki tangga. Saat berada di tangga yang sama dengan Alaric, ia berhenti sejenak. Lunark dan Lilac saling menatap. Lilac berubah gusar. Lunark jelas-jelas menekankan kata tahta yang mana sebenarnya adalah milik gadis itu. Lilac melupakan eksistensi Lunark di muka bumi ini. Jika gadis itu angkat suara, selesai sudah.

"Permisi, " ucap Lunark sambil menarik gelas berisi champagne miliki Alaric. Gadis itu meneguknya sampai tandas. "Luar biasa. Kapan-kapan aku akan mengajakmu ke rumah minum milik kenalanku, Juliette White. Aku berjanji champagne buatanya mengalahkan rasa nikmat champagne para bangsawan. "

"Apa maksudmu?! " bentak Lilac.

Lunark tersenyum, sambil mengedikan bahunya. "Siapa tahu aku bisa menjadi Marchioness of Serenshire," katanya menggoda kedua insan ini.

"Kau——"

"Baiklah, kapan? "

Lilac terperangah. Lunark menghentikan tawanya. Dua gadis itu menatap Alaric heran. Lunark langsung memperbaiki raut wajahnya dengan tersenyum tipis.

"Lusa. Kuharap Anda mengizinkan kami pergi, Your Majesty... " Lunark menekan di akhir kata.

Lilac merasa tidak nyaman dibuatnya.

Queen Chronicles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang