Ada yang bilang jika ada manusia buruk rupa, maka dia bukan manusia. Melainkan monster. Hal itu juga berlaku pada kebalikannya. Manusia paling rupawan juga bukan manusia. Sebutan apa yang pantas untuk mereka? Malaikat? Dewa? Tidak ada yang tahu.
Musik terhenti dengan begitu indah. Lord Persion mendekatkan wajahnya ke arah Lunark. Untuk sesaat gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana bisa ia baik-baik saja ketika baru saja mengetahui fakta bahwa orang yang membuatnya nyaman, membuatnya jatuh cinta, lalu menjadikannya pusat semesta, ternyata bukan manusia. Mata cokelatnya berserobok dengan mata putih kebiruan itu. Tangannya mendorong Lord Persion yang hendak mencium bibirnya. Lunark terhuyung ke belakang dengan kesadaran yang tersisa sebotol kecil saja.
"Luna... "
"Tidak! " Lunark menukas tanpa suara. Lord Persion mencoba meraih tangannya tapi Lunark semakin mundur menjauh. "Tidak... Tidak... Tidak! "
Semuanya terasa tak nyata. Berdansa di kerajaan tempat ibu, kakek, dan pendahulunya lahir serta dibesarkan lalu mati di kerajaan ini pula. Berdansa mesra bersama pria paling tampan di jagad raya. Tatapan iri dari orang-orang... Apakah semua ini mimpi? Dan... Apakah pria bernama Persion itu juga bagian dari angannya yang selama ini kesepian?
Lunark memegangi dadanya yang sesak. Pemikiran tak berujung itu menyakiti hatinya. Tak ada satupun yang melihat dirinya ketakutan, kesakitan. Tak ada satupun karena mereka telah berdansa dengan pasangan masing-masing. Lunark mundur berbalik dan berlari keluar dari aula dansa.
Lord Persion berdiri di tengah lautan manusia. Ia berbalik, melewati Grandia dan mengangguk. Hersen memperhatikan bahasa tanpa suara mereka. Saat Grandia melintasi ruangan dan mengejar Lunark, Hersen mengikuti Lord Persion.
"Berhenti disana! " teriak Hersen keras.
Lord Persion tidak mengindahkannya. Ia terus berjalan lalu naik tangga lagi menuju lantai tiga. Hersen berseru, "Hentikan dia! " kepada para prajurit kerajaan. Mendengar putra mahkota yang memerintahkan, mereka pun menurut. Lord Persion tidak mempercepat jalannya(kabur) karena bagaimanapun ia telah menjadi buronan. Dia berhenti di tangga teratas dan berbalik secara mendadak membuat Hersen dan pasukannya langsung berhenti secara otomatis. Mereka menunggu.
"Siapa kau? Bagaimana caramu menyusup kemari? " desak Hersen.
Lord Persion hanya tersenyum separo. Hersen dibuat jengkel bukan main. Ia merebut pedang milik prajurit di dekatnya lalu mengayunkannya ke arah Lord Persion. Pedang itu terpental sebelum menyentuh Sang Lord. Hersen hanya melongo mendengar pedang itu jatuh ke dasar tangga dengan berisik. Prajurit yang lain melempar pedangnya ke depan. Berkat pelatihan khusus seharusnya pedang mereka menancap di tubuh target. Namun pedang itu juga senasib dengan pedang sebelumnya.
"Beraninya kau... " gumam Hersen.
Lord Persion mengatakan sesuatu yang membuat Hersen ingin membunuhnya di tempat. "Putra Mahkota palsu, lekas menyingkir dari jalan Sang Ratu. " Dan kemudian ia menghilang. Lenyap begitu saja.
~👑~
Lunark keluar dari ruangan dansa lalu berlari menuju tempat sepi yang ditangkap indra penglihatannya. Ia jatuh tersungkur di bawah kaki patung Ammaurion II. Kaki telanjang si patung menjadi tempatnya duduk.
Lunark termenung, tidak menangis, hanya depresi. Gadis itu mengacak-acak rambutnya frustasi. Otaknya seperti meleset ke sisi lain. Ia menelengkan kepala ke samping lalu memukulnya beberapa kali supaya otak itu kembali ke tempatnya.
"Lord apanya! Yang kutahu Lord adalah bangsawan pria!!! " teriak Lunark ke arah kerajaan. Tempat si rambut putih itu berada. "Injak saja wajahku jika ingin membuatku gila! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Chronicles
Fantasia"Kau tahu, di langit tersimpan sebuah rahasia. Rahasia besar mengenai pewaris tahta. Jika kau mau tahu, suruh mereka bercerita. Maka mereka akan bercerita. "