Attention please...
Sudah klik vote pa belom?
Sebelum melanjutkan alangkah baiknya klik vote terlebih dahulu pren...
Makasih atas perhatiannya.🍒
Suasana di kelas tata krama Profesor Elise gaduh oleh satu hal, sampai para murid laki-laki yang sedang diajar oleh Profesor Spencer menoleh ingin tahu. Lilac mendapat pukulan keras di betisnya karena tidak bisa menekuk lutut dengan benar. Gadis itu yakin akan menemukan memar di kakinya nanti malam. Murid satunya lagi yang juga menjadi tersangka kegaduhan ini melempar buku-buku diatas kepalanya ke dalam kolam.
"Kalian adalah bangsawan tercela! " bentak Profesor Elise.
Lilac dan Lunark hanya bertukar pandang lalu menatap profesornya lagi. Lilac krmbali mencoba menekuk lutut sesempurna mungkin. Sementara Lunark menjambret buku milik salah satu perempuan tingkat III dan meletakan benda itu di atas kepala. Profesor Elise mengambil buku itu dan mengembalikannya ke sang pemilik.
"Kelakuanmu seperti penjahat, " tukas Profesor Elise galak.
"Penjahat yang sudah pernah disidang, huh? " sahut Helena lantang membuat Lunark mendesis kesal.
Ia sudah berjanji kepada Grandia tak akan membuat masalah dengan Helena lagi yang berakhir merugikan dirinya sendiri. Terlebih tempo hari sewaktu proses penyegelan serta sidang beberapa hari yang lalu, kentara sekali Hersen sangat menyayangi Helena sampai membuat Lunark begitu menderita. Mengingat nama Hersen dan Helena, Lunark berniat ingkar janji. Peduli setan dengan hukuman, pikirnya.
Lunark berjalan ke arah Helena dengan tatapan yang tajam dan menusuk. Profesor Elise yang mencium bau-bau akan adanya pertengkaran, langsung menghentikan muridnya. Lilac juga turut membantu membawa Lunark menjauh dari sana. Setelah Profesor Elise pergi, barulah ia berbisik-bisik.
"Kau tidak mau merasakan neraka lagi, bukan? " tanya Lilac.
Lunark mengingat-ingat lagi tentang rasa sakit yang ia dapatkan beberapa hari terakhir. Api suci, segel sihir... semuanya mengerikan. Sekarang setelah pikirannya jernih, ia hanya menatap ke arah Helena yang juga sedang menatapnya dengan tatapan meremehkan. Lunark melirik kakinya yang ditali oleh tali berwarna merah. Ia mencoba menarik tali itu tapi tidak bisa. Semalam ia juga mencoba menggunting tali sialan itu tapi sama saja tak ada hasil.
Baiklah, ia akan mengalah.
Ia mendekati Profesor Elise dan kembali belajar.
~👑~
Keributan kembali terjadi saat makan malam. Penyebabnya bukan Lunark ataupun Lilac. Melainkan Andrew. Lelaki itu menghajar seorang murid tingkat II di koridor. Anak itu bernama Jeremy. Ia menyulut api dengan cara meludahi kaki Lunark dan mengatainya sebagai penganut ilmu hitam terkutuk. Andrew langsung menarik seragamnya dan menghajarnya dengan membabi buta. Beberapa murid berbadan besar mencoba memisahkan mereka. Tiga orang menarik Andrew dan dua orang menyelamatkan Jeremy sebelum digilas oleh maniak itu. Seketika koridor itu menjadi ramai sekali karena pemainnya adalah Andrew Fauglan.
Sedangkan yang diludahi hanya terkekeh pelan. Tangannya terulur untuk merebut sebotol air milik seseorang untuk membasuh kakinya.
"Sudahlah, Andrew, membalas gonggongan anjing hanya akan membuatmu tampak seperti mereka," ucap Lunark lembut tetapi sebenarnya menjatuhkan lawannya dengan sempurna.
Jeremy dibuat syok oleh ucapan gadis itu. Lelaki itu mengibaskan tangannya yang sedang dipegang dan menampar Lunark dengan keras. Lunark menyentuh pipinya dengan tatapan kosong. Tak pernah seumur hidupnya terpikir akan ditampar oleh seorang pria. Sesuatu yang dingin mulai merasuki jari-jari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Chronicles
Fantasy"Kau tahu, di langit tersimpan sebuah rahasia. Rahasia besar mengenai pewaris tahta. Jika kau mau tahu, suruh mereka bercerita. Maka mereka akan bercerita. "