Andrew menyusuri gang kecil yang dipenuhi preman. Mereka sudah mengenal dirinya. Sebagai seorang bangsawan yang kebetulan berjiwa preman, Andrew begitu disegani oleh berandal-berandal itu. Niat hati ingin menyewa salah satu pelacur di rumah bordil Madam Giessele. Tapi di ujung jalan berkabut, ia malah mendapati seseorang yang tidak tahu diri. Orang itu seakan tidak peduli dengan kedatangannya.
Andrew mengangkat dagunya tinggi-tinggi saat hendak melewati orang itu. Tapi beberapa meter tak jauh dari tempat orang itu berdiri, dagunya langsung merosot nyaris menyatu dengan bumi bersama dengan mentalnya yang tadi dijunjung tinggi. Ia meringis malu saat melewati Olivander. Olivander menatapnya heran tapi memilih tidak peduli. Andrew masuk ke rumah bordil dan bergabung bersama para wanita-wanita cantik.
Hanya pelajar sakit jiwa yang berani memasuki tempat-tempat haram seperti itu. Olivander meniup asap yang keluar dari bibirnya. Andrew Fauglan mengingatkannya pada dirinya sendiri waktu masih remaja.
"Oi! " sapa Franklin tidak ramah sambil menendang segunung salju yang terbentuk menutupi pohon beri. "Dimana dia? " tambah Franklin.
"Entahlah, aku hanya menemukan Ferdinand disini, " jawab Olivander, masih merokok.
"Maksudmu Fauglan? "
"Terserah siapa itu."
Hari ini mereka berencana menyerang pasar budak Eterzelda. Olivander berhasil mendapatkan informasi dari seorang saudagar Erasmus mengenai Brankas Pyllaris. Menurut informasi yang beredar, Brankas Pyllaris berada di kerajaan. Ya, Hersen menyimpan segala macam uang entah itu halal atau haram di satu tempat. Brankas Pyllaris sebenarnya bukan nama tempatnya. Karena tidak memiliki nama, Olivander menamainya Brankas Pyllaris.
Mereka akan menghancurkan pasar budak terlebih dahulu, memancing Hersen dan pemerintahan mengalihkan perhatiannya dari Brankas Pyllaris. Setelah mereka terperdaya, Lunark dan Olivander akan meraup habis semua orang yang disimpan disana. Sementara tugas Franklin hanya menambah kecemasan di kalangan bangsawan. Pria itu mempertaruhkan hidup dan nama baiknya untuk ini.
"Nah, itu dia," Franklin menjentikkan jarinya kala melihat Lunark berjalan tergopoh-gopoh membawa pedang dan tas.
Gadis iti berhenti di depan mereka, berkacak pinggang sambil menunduk. Ia benar-benar kelelahan membawa beban sebanyak itu. Terlebih ia baru tidur dua jam saja. Lunark menyerahkan pedangnya ke atas telapak tangan Franklin. Titip sebentar.
"Apa ini? " tanya Franklin kurang minat.
"Emerald, " jawab Lunark.
Tangan Franklin merosot sampai ke tanah. Tangannya seakan mengangkat beban seberat satu ton. Padahal itu hanya perasaan Franklin saja. Preman-preman disana langsung mengerubunginya. Tapi Olivander mengangkat sebelah tangan dan mengusir mereka kembali ke gang lagi.
"Apa ini sungguh Emerald? " tanya Franklin nyaris tanpa suara. Pedang legendaris itu berada di tangannya. Pedang tua yang sudah ada sejak zaman Aethelred. Pedang itu DI TANGANNYA!!!
"Perlu bukti? " tanya Lunark jengkel.
"Tidak, terimakasih," tolaknya.
Ia sudah tahu kemampuan dahsyat pedang ini. Dan ia tidak menguji cobanya. Lunark mengambil pedangnya lagi lalu menyerahkan bom tangan ke Olivander.
"Pesananmu, " ujar Lunark.
Olivander tersenyum puas. Akhirnya keinginan terbesar dalam hidupnya (menghancurkan dukedom) akan terbayar lunas dimuka.
"Aku tidak sabar menyerang nanti malam... " gumam Olivander sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Aku akan pergi sekolah dulu. Profesor Marianne mengancam akan mendepak diriku dari sekolahan jika ketahuan membolos lagi, " sahut Lunark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Chronicles
Fantasy"Kau tahu, di langit tersimpan sebuah rahasia. Rahasia besar mengenai pewaris tahta. Jika kau mau tahu, suruh mereka bercerita. Maka mereka akan bercerita. "