Tanggal penulisan :
30 Juli 2022 pukul 16.07 (belum termasuk revisi)
Enjoy gays....
Menghilangkan rasa trauma bukanlah perkara mudah. Berbagai terapi yang dijalani serta dukungan dari orang tua dan para teman adalah kunci yang membuat Aurora bisa bertahan sampai sekarang.
1 tahun telah berlalu sejak kejadian hari itu. Aurora menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa seperti biasa. Namun, untuk urusan bergaul dengan laki-laki, Aurora masih enggan dan sangat menghindarinya.
Pernah sekali waktu dia berusaha untuk mencoba. Tapi bukannya hasil baik yang di terima, Aurora justru harus jatuh pingsan dan di rawat di rumah sakit. Sejak saat itu, siapapun laki-laki yang berusaha mendekati Aurora, semua teman-temannya pasti akan membuat laki-laki itu menjauh dari Aurora.
"Woi! Klamunin apa lo? Kesambet baru tahu rasa lo." Tegur Audrey yang tiba-tiba muncul dan mengagetkan Aurora.
"Gue laper. Kelamaan nungguin elo." Sahut Aurora kesal dengan wajah cemberut.
"Ya sorry, lo liat sendiri noh antreannya kayak apa? Udah kayak mak-mak rebutan minyak goreng." Sahut Audrey santai seraya menunjuk deretan mahasiswa yang tengah mengantri makan siang mereka.
"Ya udah siniin makanannya. Daripada nanti elo yang gue makan?" Ucap Aurora sedikit jengkel merebut makanan pesanannya.
"Galak banget bu.... Pms lo ya?"
"Laper itu bisa ngerubah orang tau."
"Iya iya."
Tak mau berdebat lagi, Audrey memilih menikmati pastanya. Karena Aurora pun langsung menyantap makanannya tanpa mengatakan apapun lagi.
"Ra?" Panggil Audrey di tengah makan mereka.
"Hm."
"Pulang kuliah temenin gue ke toko buku yuk?"
"Mau ngapain? Cari komik lagi?"
"Hehehe.... Tau aja lo. Ada komik terbaru, gue mau beli."
Pertemanan yang sudah sangat lama terjalin tentu membuat mereka bisa saling mengerti satu sama lain. Termasuk, tentang hobby sang sahabat yang memang sangat menyukai komik.
"Gak bosen apa lo baca komik mulu? Gue aja bosan."
"Itu mah elo. Ya gue kagak."
"Kenapa gak sama Andrea atau Alice aja?"
"Ye.... Lo lupa? Mereka kan ada jadwal kelas sama Pak Bambang sore nanti. Mana bisa."
"Oh, ya udah. Tapi beliin gue es teh ya?"
"Pamrih mulu lo kalau diajakin temen sendiri."
"Ya mau apa gak?"
"Maulah. Masak enggak."
"Btw si Alexa nyantol dimana? Katanya mau nyamperin kita."
"Gak tahu. Kepincut anak-anak mahasiswa baru mungkin. Tau sendiri kan temen lo yang satu itu kayak gimana?"
Masih mengedarkan seluruh pandangannya ke seluruh kantin kampus, Aurora akhirnya melihat sang sahabat dari arah pintu masuk. Melambaikan tangannya memberi kode, Alexa yang melihatnya pun langsung melangkah menghampiri mereka.
"Panjang umur tuh orang." Sahut Audrey menatap sang teman seraya menikmati lemon tea nya.
"Hay gays." Sapa Alexa saat jarak diantara mereka sudah dekat.
"Idih, makan-makan gak ngajakin gue lo pada. Jahat banget." Ucapnya pura-pura kesal saat duduk di sebelah Audrey dan melihat bekas makan teman-temannya.
"Keburu mati kelaperan kalo kita nungguin lo, Lexa." Sahut Audrey.
"Lagian, kemana aja sih lo? Bilangnya otw-otw.... Eh, taunya sampek makanan kita abis lo baru nongol." Tanya Aurora.
"Tebar pesona sama mahasiswa baru lo ya?" Sahut Audrey su'uzhon.
"Sembarangan. Di jaga tuh ya mbak omongannya. Tanpa gue tebar pesona pun, mereka udah pada kesemsem sama gue." Balas Alexa tak terima di tuduh begitu saja.
"Iya deh iya yang cantiknya kayak bidadari."
"Di iyain aja lah biar cepet. Males gue." Timpal Aurora dengan tawanya.
"Emang sialan kalian." Ucap Alexa dengan wajah kesal.
"Lo mau pesen makan gak? Mumpung kita masih disini nih. Kita temenin." Tanya Audrey memberi tawaran.
"Gak usah deh. Gue juga masih kenyang kok."
"Yakin lo?" Alexa mengangguk sebagai jawaban.
"Tumben. Makan apaan lo?"
"Ada, tadi. Di bawain bekel sama supir. Gue lupa sarapan soalnya tadi pagi."
"Ya udah, yuk cabut. 10 menit ada kelas gue." Ajak Aurora seraya memakai tasnya dan berdiri. Keduanya pun ikut berdiri dan pergi dari sana bersama.
***
Rencananya, mereka memang hanya pergi berdua. Tapi, berhubung Alexa tiba-tiba minta ikut, mereka pun akhirnya pergi berriga. Untungnya, mereka sama-sama hoby buat baca buku. Entah itu Novel, komik, ataupun buku pengetahuan. Jadi, mereka sama sekali gak masalah kalau harus nemenin Audrey sedikit lebih lama di toko buku.
Tak hanya menunggu Audrey menyelesaikan urusannya, Aurora dan yang lain juga ikut untuk mencari. Siapa tahu, ada sesuatu yang menarik yang bisa mereka temui atau beli.
"Maaf mas." Ucap Aurora tak enak hati karena dirinya yang tidak sengaja memegang tangan seorang pria saat dia ingin mengambil salah satu buku yang menarik perhatiannya.
"Gak papa mbak. Mbaknya aja." Ucap pria itu yang juga merasa tak enak hati.
"Saya gak beli kok. Cuma liat-liat doang. Buat masnya aja. Permisi."
Belum sempat pria itu kembali membuka suara, Aurora sudah terlanjur pergi dan menghampiri Alexa yang kebetulan ada tak jauh darinya. Sang tenan juga sempat memperhatikan interaksi sekilas diantara mereka tadi.
"Siapa Ra?" Tanya Alexa meletakkan buku yang baru saja dia baca di tempatnya kembali.
"Gak tau."
"Cakep tuh, gak minat lo?" Melirik sekilas ke arah pria itu yang ternyata masih di sana.
"Gak. Buat lo aja kalau mau." Cuek menanggapi godaan sang sahabat, Aurora justru terlihat mengambil salah satu buku di depannya dan membacanya sekilas.
"Ye.... Yang di sana mau di kemanain?"
"Buang aja ke laut. Orisinil tuh. Gak bosen apa lo sama dia mulu?"
"Wah, nih anak. Kalau ngomong emang gak pernah di saring."
"Ya lagian, liat yang cakep dikit udah langsung oleng aja lo."
"Ye.... Buat cuci mata gak masalah dong. Yang penting, hati gue yang gak di cuci."
"Terserah deh."
Meninggalkan Alexa begitu saja, Aurora memilih untuk menghampiri Audrey yang baru saja selesai melakukan pembayaran.
"Udah kan Rey?" Tanyanya.
"Udah nih. Balik yuk?"
"Eh, gak mampir makan sekalian nih?" Tanya Alexa karena memang sudah waktunya makan malam.
"Gak ah. Gue mau ketemu sama saudara. Dia baru balik dari Korea kemarin." Sahut Audrey.
"Oh, ya udah. Yuk balik."
Tanpa banyak beradu argumen, ketiganya pun pergi dari toko buku itu.
Pekalongan, 17 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Aurora
RomanceJodoh memang milik Tuhan. Tapi ketika menunggu tak membuatnya datang, maka berjuanglah untuk menjadikannya masa depan.