Tanggal penulisan :
9 November 2022 pukul 23.09
Enjoy gays.....
Apa yang di khawatirkan beruntung tak menjadi kenyataan. Perjalanan mereka mengantar Aurora pulang tak ada hambatan dan aman sampai tujuan. Turun dari kendaraan masing-masing, mereka tak langsung masuk ke dalam karena menunggu seseorang yang masih belum datang. Siapa lagi kalau bukan Luca.
Luca menjadi yang terakhir sampai karena dia yang tiba-tiba menghilang entah kemana saat di tengah perjalanan. Tapi, bukan kedatangannya yang menjadi pusat perhatian, melainkan sesuatu yang ada di tangan yang susah payah dia bawa.
Turun dari motornya, Luca menghampiri teman-temannya yang masih saja memperhatikan bawaannya dengan seksama.
"Lo, gak salah beli gituan Luc?" Tanya Vino ragu menatap apa yang ada di tangan Luca.
"Kenapa emangnya?" Tanya Luca yang justru bingung dengan ekspresi sahabatnya itu.
"Jadi, lo tiba-tiba minggir buat beli itu?" Tanya Rion karena tadi Luca sempat berpamitan dengannya terlebih dahulu. Rion pikir sahabatnya itu ingin pergi membeli bensin atau apa.
Tak merespon berlebihan, Luca hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Buat lo Ra." Ucap Luca memberikan arumanis berbentuk bebek berwarna kuning yang di bawanya pada Aurora.
"Makasih." Ucap Aurora menerimanya.
Perhatian kecil yang Luca berikan tanpa rasa canggung dan malu pada Aurora di depan teman-temannya membuat mereka hanya bisa tersenyum dan saling melempar tatapan satu sama lain. Seolah berkata dalam bahasa isyarat jika keduanya saling memendam rasa. Padahal, Luca sendiri hanya menganggap itu hal biasa dan wajar. Apalagi Aurora.
"Kita langsung balik ya? Gak papa kan?" Pamit Audrey tak enak hati.
Pasalnya, di saat seperti ini Aurora biasanya butuh mereka ada di sampingnya lebih lama. Tapi, karena hari sudah malam, mereka tak bisa melakukan itu sebab takut akan menggangu waktu istirahat Aurora. Terlebih kedua orang tuanya.
"Gak papa. Thanks karena kalian semua udah mau anterin gue pulang. Dan maaf, karena gue kita gak jadi have fun." Ucap Aurora menatap teman-temannya merasa bersalah.
"Gak usah bilang gitu. Kita udah sempet seneng-seneng kok. Ya, walaupun sebentar." Sahut Alexa menenangkan.
"Lagian, ini juga bukan salah lo. Jadi gak perlu merasa bersalah." Sahut Aline menambahkan.
"Next time kita bisa ke sana lagi bareng-bareng." Ucap Leon dengan senyuman.
"Ya udah, masuk gih, istirahat." Ucap Luca memerintah.
"Sekali lagi makasih ya." Ucap Aurora sebelum pergi.
"Sama-sama." Ucap Audrey mewakili.
Perginya Aurora dari sana tak membuat mereka langsung meninggalkan halaman parkir rumah besar itu begitu saja. Ada sesuatu yang masih mengganjal di hati mereka para laki-laki tentang Kenzo dan Aurora.
"Kalian kenapa?" Tanya Aline penasaran setelah memperhatikan ekspresi para laki-laki di depannya satu per satu.
'Kita boleh nanya gak?" Tanya Leon meminta izin.
"Apa?" Tanya Alice yang secara tidak langsung mengizinkan.
"Ini, beneran rumahnya Aurora?"
Pletok
Vino yang berdiri di samping sahabatnya itu spontan mendaratkan pukulannya di kepala sang sahabat karena mendengar pertanyaan konyol yang Leon keluarkan. Dia sungguh tak habis pikir jika itu yang akan Leon tanyakan karena ekspresi wajahnya yang begitu serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Aurora
RomanceJodoh memang milik Tuhan. Tapi ketika menunggu tak membuatnya datang, maka berjuanglah untuk menjadikannya masa depan.