10. Road To Camping

5 0 0
                                    

Tanggal penulisan :

10 November 2022 pukul 14.15

Take your time gays....

Hari libur memang waktu sejuta umat untuk sepuasnya tidur dan bermalas-malasan. Tak ada kegiatan yang melelahkan apalagi tugas kuliah yang membebani pikiran. Sungguh, sesuatu yang harus dimanfaatkan untuk bersenang-senang.

Dengan rasa malas, Aurora membuka mata yang terpejam karena rasa lapar tak lagi bisa di tahan. Duduk sebentar mengumpulkan nyawa yang berterbangan, Aurora menyingkap selimutnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh muka.

Sementara itu, di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda seorang pria muda terlihat tengah serius berkutat dengan bahan-bahan masakan di depannya ditemani kompor yang menyala.

Keterampilannya dalam menggunakan alat-alat dapur benar-benar tak bisa dianggap sebelah mata. Di lihat dari bagaimana dia begitu cekatan memotong dan ahli dalam menu yang akan di buatnya.

"Wihh.... Tumben nih anak Mama pagi-pagi udah sibuk di dapur. Masak lagi. Buat siapa nih?" Ucap seseorang dengan senyum menggoda yang baru saja datang.

"Hari ini kan weekend, aku mau pergi sama temen-temen ya Ma?" Ucap Luca melirik kecil sang ibu meminta izin. Sama sekali tak menanggapi godaan Agnes yang memang sangat suka bercanda. Fokus karena dirinya yang tengah memotong-motong bawang.

"Kemana?" Tanya Ny. Agnes penasaran sekaligus duduk di salah satu kursi pantry.

"Camping."

"Nginep?"

"Iya, cuma satu malem aja. Besoknya langsung balik." Beritahu Luca mencuci tangannya sebentar di wastafel lalu memasukkan potongan bawang ke dalam wajan dan menumisnya.

"Sama temen-temen kamu yang biasa atau apa ada tambahan lagi?"

"Rencananya sih mau ngajakin Aurora sama temen-temennya."

"Ohh.... Pdkt nih ye ceritanya?"

Kali ini Luca terlihat tersipu malu dengan semburat merah di pipi yang coba dia sembunyikan. Rupanya, sang ibu menangkap jelas gelagat berlebihan yang selalu Luca tunjukkan jika berkaitan dengan Aurora. Tapi anehnya, Luca selalu berhasil menyembunyikan itu jika di depan Aurora ataupun yang lainnya. Seolah tak memiliki rasa apa-apa.

Tak hanya satu masakan yang Luca buat, melainkan ada beberapa yang lain. Seperti spaghetti yang tengah Luca buat sekarang adalah salah satunya.

"Enak gak Ma?" Tanya Luca memberikan sedikit hasil masakannya untuk di cicipi sang ibu. Secara tidak langsung mengalihkan pembicaraan itu dari sang ibu.

"Enak kok. Pas. Anak Mama pokoknya hebat deh kalo udah urusan beginian." Puji Agnes bangga dengan hasil masakan sang anak.

"Beneran? Gak kurang apa gitu?"

"Kalo Mama gak. Tapi kan kamu yang masak, menurut kamu gimana?"

"Kurang garem dikit."

"Jangan asin-asin, emang kamu udah pengen nikah?"

"Kok gitu? Apa hubungannya coba?" Tanya Luca mematikan kompornya lalu menata wadah yang sudah dia siapkan di atas meja.

"Kata orang dulu kalo masak keasinan itu tandanya pengen nikah."

Terkekeh dan menggelengkan kepala Luca tak lagi menyahuti ucapan sang ibu karena dia yang tengah menata spaghetti ke dalam wadah agar tidak tumpah. Sebagai seorang anak yang baik, Luca juga tak lupa memberikan sepiring spaghetti untuk sang ibu.

Takdir Cinta AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang