Tanggal penulisan :
14 April 2023 pukul 12.00 - 16 April 2023 pukul 12.05
Enjoy gays...
Hari ini Aurora kebetulan tak ada jadwal kuliah, jadi dia memutuskan untuk mengemas sebagian barangnya karena dia dan Luca akan pindah ke rumah baru yang sudah Luca siapkan sebelumnya. Hanya sendiri, Luca tak bisa membantu sebab ia yang ada pekerjaan penting di kantor dan baru bisa kembali sore nanti.
Kardus ukuran besar yang baru saja Aurora tutup menjadi kardus terakhir yang Aurora kemas. Menghembuskan nafasnya panjang, Aurora melempar tubuhnya di atas tempat tidur begitu saja. Pertanda jika dia begitu lelah karena seharian memilih dan memilah mana barang yang akan dia bawa.
***
Kedatangan Luca ke rumah itu memang selalu di sambut hangat oleh semua orang di sama. Terutama para pekerja yang memang sudah menganggap Luca sebagai teman sekaligus majikan mereka sejak pertama kali Luca datang ke sana.
"Den Luca apa kabar? Lama gak keliatan tambah ganteng aja." Sapa Mang Diman memuji. Menghentikan pekerjaannya sejenak yang tengah menyiram tanaman untuk menghampiri Luca yang masih berdiri di samping mobilnya.
"Hahaha... Bisa aja mujinya Mang. Aku baik, Mang Diman sama yang lain gimana?" Balas Luca dengan tawanya.
"Kita juga baik Den. Den Luca mau jemput Non Ara ya?"
"Iya Mang."
"Nanti di rumah baru jangan lupa buat main ke sini ya Den?"
"Pasti Mang, nanti pasti sering-sering mampir ke sini. Luca masuk dulu ya?" Pamit Luca.
"Iya Den."
Sama-sama melangkah pergi, Luca masuk ke dalam rumah sementara Mang Diman melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda.
***
Ini mungkin bukan kali pertama Luca masuk ke rumah Aurora, tapi ini jadi kali pertama Luca menginjakkan kakinya di tangga rumah itu untuk menuju kamar Aurora. Dia tadi di beritahu Bi asih dimana letak kamar Aurora.
Mengetuk pintu berwarna putih itu sebentar, Luca masuk ke dalam kamar itu tanpa persetujuan. Bukan bermaksud tidak sopan, tapi tadi dalam perjalanan dia sudah memberitahu Aurora jika dia akan datang, dan Aurora memintanya untuk langsung masuk ke dalam kamarnya saja. Tak perlu menunggu di ruang tamu seperti biasa.
Desain elegan sederhana dengan dominasi warna abu-abu muda menjadi pemandangan pertama yang tertangkap oleh mata. Masuk lebih dalam, Luca menatap lekat setiap sudut kamar Aurora yang tertata rapi dan sesuai fungsinya.
Memicingkan matanya terkejut, Luca bingung kenapa hanya ada 1 koper ukuran besar, 1 koper ukuran sedang, serta 2 kardus berukuran besar. Apa tak salah Aurora hanya membawa sedikit barangnya?
Tak bisa langsung bertanya karena sang pemilik kamar yang tak ada di sana, Luca memilih untuk melangkahkan kakinya pada deretan rak buku yang tersusun rapi di salah satu sudut kamar.
Mengambil salah satu buku yang ada di sana, Luca tersenyum bangga karena hampir semua buku yang ada di deretan itu adalah buku bertemakan kedokteran yang memang jadi kebutuhan Aurora. Mungkin hanya ada satu atau dua novel saja dan itu sudah terlihat lama.
Meletakkan kembali buku itu ke tempatnya, Luca membawa pandangannya menyusuri setiap koleksi buku Aurora. Sampai tiba-tiba, sebuah buku yang tak asing menarik perhatiannya.
Mengambilnya dari tumpukan buku yang lain, Luca tersenyum melihat judul buku yang tertera di sampul awal. Ya, itu adalah buku tahunan milik Aurora.
Membukanya satu per satu, Luca belum juga melunturkan senyumannya melihat setiap foto yang ada di sana. Sampai akhirnya, Luca berhenti di lembar foto yang memperlihatkan Aurora dengan seragam SMA nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Aurora
RomanceJodoh memang milik Tuhan. Tapi ketika menunggu tak membuatnya datang, maka berjuanglah untuk menjadikannya masa depan.