Tanggal penulisan :
2 April 2023 pukul 19.27 - 3 April 2023 pukul 9.26
Enjoy gays...
Menuruni anak tangga rumahnya, Aurora langsung di sambut dengan kehadiran sang ayah yang hendak melakukan rutinitas paginya.
"Papa?" Panggil Aurora menghentikan langkah sang ayah yang hendak keluar dari rumah.
"Hei sayang. Morning." Tersenyum lembut, Oliver melangkah menghampiri sang anak lalu mencium keningnya.
"Morning. Papa mau joging?" Ya, rutinitas setiap pagi seorang Tuan Oliver adalah joging. Selain untuk kesehatan jiga kebugaran.
"Yes. Kamu mau ikut?"
"Boleh. Tapi tunggu Ara ganti baju sama pakek sepatu dulu."
"Oke. Papa tunggu di depan."
Sementara Aurora kembali melangkah menaiki tangga menuju kamarnya, Oliver pun juga ikut melangkah keluar rumah untuk menunggu sang anak di sana.
***
Ikut menemani sang ayah seperti ini bukan kali pertama untuk Aurora. Keduanya memang cukup sering joging bersama, terutama saat hari minggu atau Aurora yang tak memiliki kegiatan di pagi hari seperti sekarang.
"Pa?" Panggil Aurora di tengah langkah mereka. Jalanan yang masih sepi di tambah segarnya udara pagi benar-benar membuat suasana diantara keduanya terasa nyaman dan tenang.
"Kenapa sayang?" Sahut Tuan Oliver melirik sekilas dan tersenyum.
"Ara boleh nanya sesuatu gak sama Papa?"
"Boleh dong, nanya aja. Kenapa harus minta izin?"
"Kalo misalkan Ara tiba-tiba nikah, Papa setuju gak?"
"Huh??" Spontan Tuan Oliver menghentikan langkahnya dan menghadap Aurora yang ada di sebelahnya karena terkejut.
"Kamu bilang apa barusan? Nikah?" Lanjutnya bertanya. Memastikan jika pendengarannya barusan tidaklah salah. Aurora pun mengangguk sebagai jawaban.
"Jangan bercanda Aurora. Itu gak lucu dan Papa gak suka." Peringat Tuan Oliver tegas dengan wajah tak sukanya.
"Tapi Ara serius Pa." Ucapan Aurora berhasil membuat sang ayah menghentikan langkahnya kembali dan berbalik menatapnya.
Terlanjur terkejut dan tak tahu harus bersikap bagaimana, Tuan Oliver mengedarkan pandangannya ke segala arah dengan dua tangan yang menempel di pinggang.
Kebetulan tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang, ada warung bubur ayam, mungkin Tuan Oliver bisa menjadikan tempat itu untuk berbicara lebih serius dan panjang bersama sang anak.
"Itu ada bubur ayam, Ara mau gak?" Tanya Tuan Oliver memberi tawaran. Antara mengalihkan pembicaraan atau memang berniat mencari tempat yang lebih nyaman. Entahlah.
Lagi, Ara mengangguk sebagai jawaban atas ajakan sang ayah. Walau sejujurnya dia cukup ragu sekaligus bingung apa yang akan ayahnya katakan padanya. Karena melihat respon sang ayah barusan saja seakan sudah cukup memberi Aurora jawaban jika ayahnya mungkin tak akan setuju dengan pertanyaannya.
Duduk di salah satu kursi yang ada di sana, Aurora menunggu sang ayah memesan. Beruntung, baru mereka berdua yang ada di sana.
"Kenapa tegang gitu mukanya? Aurora takut kalo Papa bakalan marah?" Tegur Tuan Oliver tersenyum lembut seraya duduk di hadapan Aurora.
"Habisnya Papa mukanya gitu." Sahut Aurora cemberut.
"Sorry-sorry. Papa tadi syok aja pas kamu bilang gitu." Kekeh Tuan Oliver tak sanggup melihat wajah menggemaskan sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Aurora
RomanceJodoh memang milik Tuhan. Tapi ketika menunggu tak membuatnya datang, maka berjuanglah untuk menjadikannya masa depan.