Tanggal penulisan :
29 Oktober 2022 pukul 10.02
Enjoy gays....
Tempat yang selalu ramai pas makan siang? Pastinya sesuatu yang berbau makanan dan minuman. Salah satunya kantin kampus yang gak akan pernah sepi kalau udah masuk jam makan siang.
"Ra? Lo mau apa?" Tanya Audrey pada sang sahabat. Kelimanya baru saja masuk ke area kantin dan sudah disuguhkan dengan banyak dan panjangnya antrian para mahasiswa di sana.
"Kayak biasa aja." Sahut Aurora walau sebenarnya dia sedikit malas saat melihat antrian yang ada.
"Yakin lo? Panjang banget tuh." Tunjuk Alice meyakinkan. Karena food court tempat makanan yang biasa menjual keinginan Aurora masih terlalu penuh dengan antrian.
"Ya udah, terserah kalian aja kalau gitu. Gue ngikut. Daripada gue kelaperan nungguin tuh antrian yang gak tahu kapan kelarnya."
"Oke." Ucap Audrey seraya mengangkat jempol tangannya.
Setelah kepergian Audrey dan Alice untuk memesan makanan, ketiganya di buat bingung mencari tempat duduk karena banyaknya mahasiswa di sana.
"Gak ada yang kosong, gimana nih?" Tanya Alexa setelah menscane semua tempat yang tersedia di sana, dan semuanya penuh terisi orang.
"Mau gimana lagi, terpaksa gabung sama mahasiswa lain." Sahut Aline enteng.
"Tumben? Biasanya lo gak mau?" Tanya Aurora cukup terkejut. Karena diantara kelimanya, hanya Aline yang paling tidak mau jika harus bergabung dengan orang lain.
"Daripada kita harus berdiri nungguin yang kosong? Pegel kaki gue."
"Ya udah, di sana aja. Tuh cowok kayaknya sendiri. Tempatnya juga masih cukup buat kita berlima." Ucap Alexa memberi saran seraya menunjuk seorang pria yang duduk di ujung belakang dan tengah memunggungi mereka.
"Kuy, ke sana." Sahut Aline lebih dulu melangkah.
"Itu anak hari ini kesambet atau gimana?" Tanya Aurora berbisik di tengah langkah.
"Kayaknya. Gue aja bingung." Sahut Alexa ikut berbisik. Tak mau jika ucapan mereka di dengar sang sahabat yang berjalan di depan mereka.
"Permisi mas. Kita boleh gabung sini gak?" Tanya Aline menyentuh bahu pria itu meminta izin.
"Eh, iya mbak. Duduk aja." Sahut sang pria canggung karena sedikit terkejut.
"Makasih mas." Tanpa rasa malu atau sungkan, Aline mendudukkan dirinya di sebelah sang pria. Sementara kedua sahabatnya yang melihat itu hanya bisa diam terpaku di tempat mereka karena tercengang dengan apa yang baru saja mereka lihat.
Seorang Aline Yudhayana, sahabat mereka, yang begitu dingin dan anti sosial dan sejak dulu tak pernah sekalipun mau berucap atau bahkan bertegur sapa dengan siapapun selain mereka sahabatnya, kini, dengan begitu mudahnya, meminta izin untuk ikut duduk bersama.
Apa benar hanya karena rasa lapar dia mau melakukannya? Atau mungkin, ada sesuatu yang lain yang membuatnya tiba-tiba berubah?
"Woi! Mau sampek kapan kalian berdua berdiri di situ? Gak capek apa?" Tegur Aline sedikit berteriak mengejutkan keduanya dari lamunan.
Walau masih dengan kebingungan mereka, Aurora dan Alexa tetap melangkahkan kakinya dan duduk di sana. Alexa di samping pria itu sementara Aurora berhadapan dengan ketiganya.
"Eh, ketemu lagi kita." Ucap Pria itu tersenyum ramah saat menatap Aurora.
"Loh, yang semalem kan?" Tanya Aurora juga terkejut karena pria di depannya adalah Luca.
"Kalian berdua udah saling kenal?" Tanya Aline menatap keduanya bergantian.
"Baru semalem. Dia anak sahabat orang tua gue. Kok lo bisa ada di sini?" Jawab Aurora diakhiri bertanya.
"Gue kuliah disini." Jawab Luca.
"Oh, mahasiswa baru. Semester berapa?" Tanya Alexa.
"Semester 5 jurusan internasional bisnis."
"Wih, barengan sama si kembar."
"Kembar?"
"Aline sama Alice. Mereka juga jurusan internasional bisnis. Tapi masih semester 3."
"Gays?" Tegur Alice yang baru saja datang dengan membawa nampan berisikan makanan di tangannya. Sementara Audrey membawa nampan berisikan minuman dan cemilan untuk mereka.
"Duduk Audrey, bukan diem aja." Ucap Aline seraya mendorong pelan tubuh sang sahabat untuk duduk dan meletakkan nampannya di atas meja.
"Aline yang ngajakin kita buat gabung sama masnya." Ucap Aurora menjelaskan kebingungan dua sahabatnya.
"Huh?" Kaget mereka bersama.
"Kaget kan lo? Sama. Kita aja juga syok tadi." Sahut Alexa.
"Kalian mau makan? Gue duluan ya?" Pamit Luca seraya bangkit.
"Eh, gak gabung dulu sama kita?" Ucap Alice karena merasa tak enak sebab meja yang mereka tempati bukan milik mereka.
"Next time aja. Gue ada kelas."
Setelah kepergian Luca, Aline langsung mengambil makanan miliknya. Sementara keempat sahabatnya justru diam dan menatapnya dengan intens.
Sadar jika dirinya di tatap dan menjadi pusat perhatian, Aline pun meletakkan sendoknya kembali dan tak melanjutkan makannya demi bisa menatap sahabat serta saudara kembarnya lebih nyaman.
"Kenapa?" Tanya Aline to the point.
"Lo... Sehat kan?" Tanya Alexa ragu juga takut.
"Sehat."
"Lo tadi gak sempet kepentok atau jatuh kan?" Tanya Audrey memastikan.
"Gak."
"Terus, kok lo tiba-tiba aneh gini?" Tanya Aurora ikut menginterogasi.
"Aneh gimana?"
"Lo kayak bukan Aline yang kita kenal. Lo tiba-tiba berubah." Jawab Alexa menjelaskan.
"Berubah apanya? Gue bukan power rangers." Jawab Aline yang justru terkekeh menanggapi.
"Seriusan Aline. Lo aneh banget tahu." Sahut Audrey menekankan.
"Karena gue tiba-tiba mau gabung sama cowok tadi terus minta izin sama dia?" Tanyanya menebak apa yang tengah sahabatnya pikirkan. Ketiganya pun kompak mengangguk.
"Bukannya itu biasa, ya? Aneh darimananya coba?" Lanjut Aline berucap yang justru bingung dengan sikap sahabatnya sekarang.
"Karena lo gak pernah klakuin itu sebelumnya." Tutur Alice menjelaskan.
"Oh..." Seakan tanpa rasa bersalah dan wajah tanpa dosanya, Aline kembali mengangkat sendoknya untuk makan.
"Cuma gitu doang? Gak ada penjelasan lain gitu?" Tanya Alexa sedikit kesal dengan tanggapan yang Aline berikan.
"Gak."
"Gue nyerah." Ucap Alexa mengangkat kedua tangannya lalu mengambil makanan miliknya dan memakannya.
"Sampek sekarang, gue masih aja bingung kenapa kalian bisa jadi saudara kembar." Sahut Audrey menatap Aline dan Alice bergantian. Lalu ikut menyantap makanannya sebelum dingin.
Tak heran rasanya Audrey mengatakan hal itu. Karena nyatanya, saudara kembar itu memang memiliki dua kepribadian yang berbeda. Alice adalah seseorang yang begitu humble, ramah pada siapapun, serta aktif mengikuti kegiatan apapun. Sementara Aline, dia adalah seseorang yang begitu dingin, pemilih, to the point, dan tak memiliki teman lain selain mereka.
Tak mau terlalu berlebihan menanggapi sikap sang sahabat dan saudara kembarnya yang sedikit berbeda, Aurora dan Aline hanya tersenyum seraya menggelengkan kepala lalu ikut menikmati makanan mereka.
Pekalongan, 29 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Aurora
RomanceJodoh memang milik Tuhan. Tapi ketika menunggu tak membuatnya datang, maka berjuanglah untuk menjadikannya masa depan.