Tanggal penulisan :
(........) karena catetannya ilang jadi lupa, kapan nulis chapture ini.
Take your time gaya...
Seperti biasa, Aurora akan datang ke kampus dengan mobil merah kesayangannya. Terparkir rapih di tempat biasa, Aurora keluar dengan semangat belajar mencari ilmu.
Namun sayangnya, mood itu harus terganggu karena kedatangan Kenzo tiba-tiba saat Aurora baru saja melangkah. Menarik Aurora begitu saja tanpa peduli semua mata tertuju padanya. Padahal, memar di tangan belum juga sembuh, tapi kembali membiru karena ulah Kenzo yang selalu seenaknya.
"Woi!!" Teriakan dari seseorang menghentikan langkah Kenzo yang hendak membuka pintu mobilnya. Hal itu pun berhasil membuat Aurora berhasil melepaskan tangannya dari cengkraman.
Mendengus kesal, Kenzo membalikkan tubuhnya dan melihat seseorang yang berani meneriaki nya dengan tatapan penuh amarah. Untuk kedua kalinya orang yang sama menggagalkan rencananya.
"Lo itu gak tau tata krama atau gimana? Ini masih pagi, gak bisa apa kalo gak bikin perhatian banyak orang?" Tanya Luca dengan senyum menjengkelkan dan melangkah mendekati mereka.
"Lo lagi lo lagi! Lo gak bisa apa kalo gak ikut campur urusan orang?" Sahut Kenzo keaal.
"Gua sama sekali gak punya niat buat ikut campur urusan lo. Tapi, gue punya mata dan gue lihat. Ya.... Sebagai cowok yang normal, gue berhak dong klakuin apa yang seharusnya?" Masih dengan gaya santainya dan cengengesan. Luca menarik tangan Aurora pelan agar berdiri di sebelahnya.
"Urusan gue bukan sama lo, jadi minggir." Mendorong tubuh Luca begitu saja, Kenzo berniat meraih tangan Aurora kembali.
"Aits. Gak bisa gitu." Cegah Luca menepis tangan Kenzo sebelum berhasil memegang tangan Aurora.
"Ara ini temen gue, jadi, apa yang jadi urusan Ara juga jadi urusan gue. Lagian, Ara kan udah bilang kalo lo itu cuma mantan, terus kenapa masih gangguin dia?" Ucap Luca memberi penjelasan.
"Sekarang gue masih bisa sabar daripada kemarin. Tapi nanti, gue bakalan buat perhitungan sama lo!" Ancam Kenzo tegas dengan tatapan mematikan.
"Oke. Gue tunggu." Sahut Luca santai mengiringi kepergian Kenzo dari sana.
"Tangan lo memar lagi tuh." Ucap Luca melihat bekas cengkraman Kenzo di tangan Aurora. Tempat yang sama dengan cengkraman kemarin.
"Gue bisa obatin nanti di ruang kesehatan." Sahut Aurora ikut menatap bekas memar itu.
"Thanks ya udah bantuin gue lagi." Lanjutnya.
"Sama-sama. Lagian gue juga gak sengaja liat kok. Tadinya gue mau sapa lo pas lo baru aja keluar mobil. Eh, tiba-tiba tuh cowok samperin lo dan narik lo gitu aja."
"Lo kelas pagi?" Luca mengangguk.
"Udah sarapan belum?"
"Belum sih, kenapa?"
"Gue juga belum. Gimana kalo makan bareng? Tadi Mama bawain gue bekel lumayan banyak. Katanya buat lo juga kalo misalkan lo masuk pagi dan belum sempet sarapan."
"Kok kebetulan banget?"
"Gak tau. Gue aja bingung."
"Makan di sana aja gimana?" Tunjuk Luca pada sebuah pohon besar yang ada di taman kampus. Aurora pun mengangguk setuju.
***
Siang ini, Aurora harus rela duduk seorang diri di cafetaria kampus guna menikmati makan siangnya. Tak ditemani keempat sahabatnya seperti biasa karena kesibukan kuliah masing-masing. Meskipun sebenarnya sedikit malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Aurora
Storie d'amoreJodoh memang milik Tuhan. Tapi ketika menunggu tak membuatnya datang, maka berjuanglah untuk menjadikannya masa depan.