06. Mantan

6 2 0
                                    

Tanggal penulisan :

29 Oktober 2022 pukul 20.00

Enjoy gaya...

Mata kuliah hari ini selesai lebih cepat dari biasanya. Keluar dari kelasnya dengan wajah yang sedikit lelah karena terus berpikir, Aurora mengambil ponselnya dari dalam tas. Berniat memberi kabar pada para sahabatnya jika dia telah selesai. Maklum, jurusan berbeda yang kelimanya ambil mau tak mau mengharuskan mereka untuk saling berkirim pesan.

Tapi, belum sempat Aurora mengetikkan pesannya di layar ponsel, seorang laki-laki tiba-tiba menghadang langkahnya dan menarik lengan Aurora begitu saja tanpa persetujuan. Tentu, Aurora tak hanya pasrah begitu saja. Dia berusaha berontak dan melepaskan. Tapi apa daya, kekuatan yang dimilikinya tak sebanding dengan laki-laki itu.

***

"Bro? Lo langsung balik?" Tanya seorang laki-laki pada temannya. Keduanya tengah jalan bersama menuju tempat parkir karena kelas yang telah selesai.

"Iya, kenapa?" Sahutnya. Menghentikan langkah di depan motornya.

"Gak nongkrong dulu sama anak-anak yang laen? Kita semua udah lama gak ketemu, gak kangen lo?"

"Ya, kangen. Tapi mau gimana lagi? Gue ada tanggungjawab dari bokap buat ngurusin kantor."

"Jadi, lo beneran bakal pimpin perusahaan?"

"Ya emang tujuan gue balik ke indo kan buat itu. Kalau gak, ya ngapain?"

"Terus, kapan lo punya waktu luang? Anak-anak udah pada nanyain soalnya."

"Next time gue kabarin kalian."

"Oke deh."

"Ya udah, gue balik ya? Salam aja buat anak-anak yang laen." Pamit Luca seraya menaiki motornya.

"Hati-hati lo." Pesan sang teman sebelum Luca menyalakan motornya.

"Eh, tunggu ca." Cegah sang teman saat Luca hendak memakai helmnya.

"Kenapa?"

"Itu kayak Aurora." Gumamnya. Menatap seseorang yang dia yakini jika itu temannya.

"Mana?" Tanya Luca meletakkan kembali helmnya dan mengikuti kemana arah pandang sang teman.

"Itu." Tunjuk sang teman pada seorang wanita yang tengah di tarik paksa oleh seorang laki-laki menuju mobilnya.

Tanpa berbasa-basi, Luca langsung turun dari motornya dan berlari mengejar keduanya.

***

"Kenzo lepas!" Teriak Aurora seraya terus berusaha melepaskan cengkraman laki-laki itu di tangannya.

"Lo harus ikut gue sekarang!"

"Lepasin dia!" Bak adegan dalam film, Luca datang sebagai seorang pahlawan. Menarik tubuh Aurora cukup kencang hingga cengkraman tangan Kenzo terlepas.

Menutup pintu mobilnya dengan keras, Kenzo mendengus kesal karena tiba-tiba ada orang yang mengganggu urusannya.

"Lo siapa?! Gak usah ikut campur sama urusan gue!" Teriak Kenzo tak suka.

"Gue gak bakalan ikut campur kalo cara ko gak kasar." Tekan Luca juga dengan tatapan tak suka.

"Terserah gue mau pakek cara apa! Itu hak gue! Dia juga cewek gue! Lo, gak berhak ikut campur." Tersulut emosi, Kenzo menunjuk wajah Luca dengan telunjuknya.

"Dia cowok lo?" Tanya Luca menatap Aurora di sebelahnya yang terlihat begitu ketakutan dan hampir menangis.

"Bukan, kita udah putus." Jawab Aurora menggelengkan kepalanya dengan kuat.

"Lo liat kan? Dia aja gak ngakuin lo cowoknya? Darimana ceritanya lo bilang Aurora itu cewek lo?" Ucap Luca dengan gaya songongnya.

"Brengsek!!" Kepalan tangan yang sejak tadi sudah mengerat kuat akhirnya Kenzo layangkan. Tapi, reflek yang Luca lakukan tentu jauh lebih cepat dan membuatnya berhasil menghindar.

"Aits. Gak kena." Ledek Luca tertawa.

"Urusan kita belum selesai! Lo inget itu!" Ancam Kenzo sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan keduanya.

"Ara!" Panggil Audrey cukup kencang. Memalingkan pandangan mereka dari mobil Kenzo yang sudah berlalu pergi.

"Lo gak papa?" Tanya Audrey yang langsung memeluk sang sahabat dengan erat

"Gue takut rey." Akhirnya pecah sudah tangis Aurora di pelukan sang sahabat.

"Udah, tenang ya." Mengusap punggung Aurora perlahan, Audrey berusaha memberi sahabatnya itu ketenangan.

"Masnya yang tadi siang di kantin kampus kan?" Tanya Alice memastikan ingatannya tak salah.

"Iya mbak." Jawab Luca tersenyum canggung.

"Thanks ya mas udah nolongin sahabat kita." Ucap Alexa mewakili.

"Iya mbak, sama-sama."

"Kenzo gak sempet ngapa-ngapain lo kan?" Tanya Audrey saat pelukan terlepas. Mengecek tubuh Aurora dari atas hingga bawah, samping dan belakang untuk memastikan jika sang sahabat benar-benar aman dan tak terluka.

"Temennya aman kok mbak. Paling cuma memar di tangan aja karena tadi di tarik paksa." Sahut Luca menjelaskan.

"Kita balik ya?" Tanya Audrey memberi tawaran dan hanya dibuahi anggukan kepala dari Aurora.

"Sekali lagi maksaih udah nolongin Aurora mas." Ucap Alice sebelum kelimanya pergi.

"Sama-sama."

Setelah Aurora dan sahabat-sahabatnya pergi, Luca pun kembali ke parkiran motor. Dimana sang teman masih berdiri menunggunya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Reflek lo masih bagus aja kayak dulu." Ucap sang teman memuji.

"Daripada lo? Masih aja jadi tukang nonton, sama kayak dulu." Bukannya berterimakasih di beri pujian, kalimat ledekan dengan tawa menyebalkan justru Luca berikan.

"Ye.... Resek lo."

"Ngomong-ngomong, lo kok kenal sama Aurora?"

"Sahabatnya yang namanya Alice, itu pacar gue. Makanya tadi gue langsung telpon dia kalau Aurora lagi di gangguin sama Kenzo."

"Kenapa gak lo tolongin dulu Aurora nya baru telpon cewek lo?"

"Biasanya emang gitu kalo gue pas liat. Tapi tadi kan ada lo, ya udah."

"Emang, tuh cowok sebenernya siapa?"

"Mantannya Aurora. Mereka jadian udah satu tahun. Tapi, Aurora mutusin dia karena ketahuan selingkuh. Dan, ya, Kenzo gak terima. Makanya dia selalu gangguin Aurora."

"Oh..." Mengangguk-anggukkan kepalanya paham, Luca pun melangkah menaiki motornya.

"Gitu doang? Gak ada ekspresi laien gitu selain oh?"

"Ya emang gue harus gimana? Eksaited? Sedih?"

"Gak seru lo."

"Lo nya aja yang berlebihan. Udah ah, gue balik." Pamit Luca memakai helmnya lalu pergi.

"Ye.... Untung temen. Kalo gak udah gue geprek dia." Ucapnya kesal lalu ikut menaiki motornya yang tak jauh dari sana dan pergi.

Pekalongan, 30 Juli 2023

Takdir Cinta AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang