✨Happy Reading✨
''Bisa-bisanya..''
Aku memutar badanku, terbangun di sebuah ruang putih kosong yang tak ada satupun furnitur didalamnya. Hanya ada suara yang sedari tadi bergumam tak jelas.
''Aku sudah bersusah payah untuk kembali, tapi mengapa kau malah menghancurkannya?''
Suara itu kembali menggema dalam ruangan sempit ini, kakiku lemas dan tanganku bergetar. Siapa? Aku dimana?
''Siapa lo?''
''Lihatlah, semua ini ulahmu.''
Tiba-tiba dinding putih itu berbuah menjadi sebuah layar yang menunjukkan sebuah ruangan rumah sakit, yang di dalamnya terdapat diriku dengan berbagai alat medis menempel ditubuhku.
''Gue?''
''Zera..''
''Ingatlah, alasan kau kembali kesini. Alasan mengapa kau memilih mati dan kembali!''
Suara itu kembali menggema, hampir membuat telingaku sakit.
''Kau sudah mengorbankan segalanya! Jangan berpikir untuk melupakannya! Zera! Zera! Zera!''
''Huah!!'' seketika setelah aku terduduk, aku merasakan rasa sakit yang amat, memenuhi sekujur tubuhku. Perih, ngilu, panas, dingin, berat, pusing.
Semua bercampur menjadi satu.
Dan saat aku menyadarinya, aku bisa melihat ruangan yang penuh dengan obat-obatan dan ini.. Sama dengan apa yang ditunjukkan tembok putih itu.
Ceklek!
''Hah? A-anakku!!'' mendengar suara familier itu, aku menoleh dengan pelan dan menemukan ibuku berlari kearah ku, dapat kulihat dirinya menangis dan segera memelukku.
''Ibu bakalan panggil dokter, kamu rebahan lagi ya..'' pinta ibu sambil membantu aku merebahkan diriku, aku pun hanya menyetujuinya. Toh kepalaku sangat pusing.
Beberapa detik kemudian, pintu kembali dibuka. Aku bisa melihat tiga laki-laki tengah berdiri mematung disana, tentu aku tak bisa tak terkejut karena diantaranya ada dia.
Arsad.
Ah.. Aku ingat. Alasan aku bisa menjadi seperti ini, semua ini karena aku tertabrak mobil saat sedang menyebrang. Sial! Bodohnya aku! Untung saja aku masih hidup dasar!
''Zera.'' ayah memelukku, ia juga mencium pipiku. Aku hanya tersenyum menanggapi.
''Zera..'' menoleh dan mendongak, aku melihat wajah Aftha. Matanya memerah, sedangkan wajahnya terlihat begitu suram. Terlihat seperti bocah yang habis menangis karena es krim nya terjatuh.
''Akhirnya kamu bangun!!'' aku tersentak saat Aftha menangis dan matanya mengeluarkan air mata yang deras.
Sa-sama sekali tidak pas untuk ukuran badannya.
Lalu, aku melirik belakang Aftha. Disana aku melihat Arsad yang menatapku sendu, bibirnya juga menyunggingkan senyum yang amat teduh.
Aku tak mengerti maksud dari senyum itu. Tetapi.. Mengapa wajah Arsad banyak lebam?
''A–"
''Dek Zera biar saya periksa dulu, tolong bergeser sedikit.'' suara dokter memotong ucapan ku yang ingin memanggil Arsad. Dengan begitu aku hanya pasrah saat Dokter mengotak-atik tubuhku, sesekali aku melirik Arsad yang terus menatapku.
Berapa lama aku tertidur?
''Kondisi dek Zera udah stabil, hanya saja ada beberapa luka yang masih perlu ditangani. Untungnya tak banyak luka parah yang dek Zara dapatkan, jadi pemulihannya akan berjalan cepat jika tak ada kendala.'' ujar Dokter setelah memastikan keadaanku, membuatku tanpa sadar menghela napas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART [KLAZERA]
Подростковая литератураAku adalah orang kaya, sayangnya aku mati di umur 35 tahun. Setelah menghabiskan waktu ku menikmati kekayaan hanya selama 7 tahun. Aku tidak kesal, sungguh. Tetapi, KENAPA AKU HARUS KEMBALI KE MASA LALU?! Aku sama sekali tidak memiliki penyesalan da...