RESTART [41] : PERASAAN ARSAD

133 20 9
                                    

✨ Happy Reading ✨

"Kalian beneran udah baikan?" Zera memandang dua pemuda di hadapannya dengan raut tak percaya, apalagi melihat senyum paksa dari salah satunya.

"Beneran, kamu nggak percaya?" Aftha menepuk-nepuk bahu Arsad, dibalas anggukkan oleh Arsad.

"Ya-yaahh.. syukur deh kalau beneran udah baikan." Zera tersenyum kaku, apalagi saat melihat bibir Aftha yang berkedut. Ayolah! Zera tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui akting mereka berdua.

"Lagian Minggu depan 'kan ada tanding, nggak baik kalau sesama anggota malah nggak akur." Aftha menurunkan tangannya dari bahu Arsad, ia tersenyum manis sembari mengangkat bahunya.
"Ah.. ya, minggu depan ya." Zera memegang dagunya, sedikit ragu. Apa dia bisa minggu depan? Proyek Garen benar-benar mengganggunya belakangan ini, apalagi dia masih memiliki janji temu dengan Dean. Ternyata satu Minggu kedepan ia sibuk.

Arsad memiringkan kepalanya melihat Zera yang sedang sibuk dengan pikirannya.

"Lo kenap—"

"Ada apa Zera? Ada masalah?" Aftha menyerobot kata-kata Arsad, memotongnya yang ingin bertanya pada Zera. Sontak pemuda dengan netra abu-abu itu memejamkan matanya, menahan emosi.

"Eh nggak kok, cuma lagi mikirin pelajaran." Zera berbohong, ia tak mungkin menceritakan masalah mengenai pekerjaan dan juga Dean. Yaah.. bukan apa-apa, hanya saja ia tak ingin mencampur adukkan kegiatannya yang sudah kacau balau ini.

"Hmm, bentar lagi ujian akhir semester ya.." Arsad bersedekap dada, memandang lapangan yang berisi beberapa anak basket tengah beraktivitas.

Zera mengangguk, ia juga ikut memandang lapangan tempat fokus Arsad saat ini.

Aftha membenahi posisi duduknya yang sebelumnya disamping Arsad, kini ia duduk mendekat ke arah Zera yang ada di depannya. Mereka tengah bersantai di kursi taman yang ada di samping lapangan setelah menghabiskan waktu dengan bola basket.

Arsad yang segera menyadari itu sontak mendelik, apa lagi yang akan dilakukan kapten basketnya itu?

"Mau kakak ajarin?" Aftha merangkul bahu Zera, membuat gadis itu terlonjak di tempatnya. Ia tak menyadari pergerakan Aftha dan tiba-tiba pemuda itu sudah merangkulnya dari samping.

"Ngagetin!" Zera memukul lengan Aftha, hanya dibalas kekehan ringan pemuda itu.

"Nggak usah, 'kan ada Arsad." Zera menunjuk Arsad dengan jempolnya. Arsad yang awalnya memasang wajah jengkel sontak tersenyum cerah, setidaknya Zera masih ingat ia ada disini.

"Oh.." Aftha memandang Arsad yang senyam-senyum, bibirnya mengerucut dan ia segera membuang muka. Lagi-lagi Arsad, selalu saja Arsad.

Lama-lama Aftha muak dengan nama Arsad.

"Tapi 'kan kakak lebih tau, kakak kamu ini peringkat satu seangkatan terus loh." Aftha menunjuk dirinya sendiri, tersenyum bangga.

Zera terlihat tertarik, dan Arsad menyadarinya. Pemuda itu segera menarik kembali perhatian Zera.

"Zera juga peringkat pertama, jadi nggak perlu khawatir." Ujar Arsad dengan senyuman aneh.

Zera memandang Arsad dan mengangguk setuju. "Tapi.."

"Aftha, ayo pulang sekarang." Kalimat Zera terpotong, oleh sesosok pemuda yang tak ingin ia temui sama sekali. Nova.

Nova berdiri menjulang di sampingnya, di samping Zera.

Zera ogah untuk mendongak, ia menggeser duduknya untuk menjauh dari Nova dengan wajah cemberut.

Aftha mendongak. "Ah.. sekarang?"

RESTART [KLAZERA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang